Sampit, RN. Ketua Komisi II DPRD Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Rudianur mengaku prihatin terhadap sikap oknum aparatur si...
Sampit, RN.
Ketua Komisi II DPRD Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Rudianur mengaku prihatin terhadap sikap oknum aparatur sipil negara (ASN) yang menghina produksi beras lokal.
“Saya sangat menyayangkan sikap oknum ASN yang menghina beras produksi petani lokal seharusnya hal itu tidak terjadi sebab hal itu bisa berdampak tidak baik terhadap produk petani di daerah itu,” katanya kepada wartawan di Sampit, Kamis (23/2).
Rudianur menilai sikap oknum ASN tersebut sangat tidak terpuji karena dengan terang- terangan menyebut beras lokal dengan jenis siam epang “keras dan bila dimakan mematahkan gigi”.
Tindakan oknum ASN tersebut sangat bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang mempromosikan beras siam epang supaya laku di pasaran.
“Kecintaan terhadap produk lokal oknum ASN tersebut tidak ada, bahkan yang bersangkutan juga tidak ada rasa memiliki, sehingga tidak bangga dengan apa yang dimiliki oleh daerah. Orang-orang yang seperti itu seharusnya diberikan pembinaan secara khusus, agar kedepannya tidak merusak citra daerah,” katanya.
Rudianur mendesak kepada Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi sebagai pimpinan tertinggi di wilayah itu untuk memanggil oknum ASN yang menghina beras produksi petani lokal tersebut. Sementara itu, Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi mengaku kecewan dengan dihinanya beras produksi petani lokal tersebut.
“Saya sudah perintahkan kepada seluruh pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk mencari data oknum ASN yang telah dengan berani menghina beras lokal tersebut,” terangnya.
Supian Hadi juga berjanji akan memberikan sanksi tegas terhadap oknum ASN tersebut.
“Tindakannya itu telah merugikan dan menciderai hati petani Kotawaringin Timur untuk itu dia harus bertanggungjawab atas ucapannya itu,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pemuda Tani Kecamatan Teluk Sampit Abdur Rasid mengaku kecewa lantaran sejumlah oknum ASN menghina kualitas beras siam epang yang merupakan beras asli lokal produk petani daerah itu.
"Parahnya, penghinaan ini keluar dari mulut oknum ASN yang seharusnya membantu nasib petani lokal. Kalau tidak mau membeli, tidak perlu menghina. Sikap mereka bertolak belakangan dengan apa yang telah dilakukan bupati. Bupati justru gencar membantu mempromosi beras siam epang," ucapnya.
Petani Teluk Sampit mulai memasarkan siam epang cap Jelawat pada 28 Oktober 2016 lalu. Bupati H Supian Hadi mendukung penuh pemasaran beras itu dengan harapan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani.
Selama ini, pemasarannya didominasi di kalangan ASN. Pemerintah daerah berkomitmen membantu pemasaran dengan mengimbau ASN untuk membeli beras lokal. Namun itu lebih pada gerakan moral dan sama sekali tidak ada paksaan bagi ASN untuk membeli beras tersebut.
Sebagian besar ASN antusias membeli beras siam epang dengan niat tulus membantu meningkatkan kesejahteraan petani lokal. Apalagi, harga beras yang dijual lebih murah dibanding di pasaran.
Siam epang cap Jelawat dikemas dengan berat 5 kg dengan harga Rp55.000 per sak atau Rp11.000 /kg. Harga itu jauh lebih murah karena di pasaran harganya sekitar Rp13.000 /kg. (Joe)
“Saya sangat menyayangkan sikap oknum ASN yang menghina beras produksi petani lokal seharusnya hal itu tidak terjadi sebab hal itu bisa berdampak tidak baik terhadap produk petani di daerah itu,” katanya kepada wartawan di Sampit, Kamis (23/2).
Rudianur menilai sikap oknum ASN tersebut sangat tidak terpuji karena dengan terang- terangan menyebut beras lokal dengan jenis siam epang “keras dan bila dimakan mematahkan gigi”.
Tindakan oknum ASN tersebut sangat bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang mempromosikan beras siam epang supaya laku di pasaran.
“Kecintaan terhadap produk lokal oknum ASN tersebut tidak ada, bahkan yang bersangkutan juga tidak ada rasa memiliki, sehingga tidak bangga dengan apa yang dimiliki oleh daerah. Orang-orang yang seperti itu seharusnya diberikan pembinaan secara khusus, agar kedepannya tidak merusak citra daerah,” katanya.
Rudianur mendesak kepada Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi sebagai pimpinan tertinggi di wilayah itu untuk memanggil oknum ASN yang menghina beras produksi petani lokal tersebut. Sementara itu, Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi mengaku kecewan dengan dihinanya beras produksi petani lokal tersebut.
“Saya sudah perintahkan kepada seluruh pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk mencari data oknum ASN yang telah dengan berani menghina beras lokal tersebut,” terangnya.
Supian Hadi juga berjanji akan memberikan sanksi tegas terhadap oknum ASN tersebut.
“Tindakannya itu telah merugikan dan menciderai hati petani Kotawaringin Timur untuk itu dia harus bertanggungjawab atas ucapannya itu,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pemuda Tani Kecamatan Teluk Sampit Abdur Rasid mengaku kecewa lantaran sejumlah oknum ASN menghina kualitas beras siam epang yang merupakan beras asli lokal produk petani daerah itu.
"Parahnya, penghinaan ini keluar dari mulut oknum ASN yang seharusnya membantu nasib petani lokal. Kalau tidak mau membeli, tidak perlu menghina. Sikap mereka bertolak belakangan dengan apa yang telah dilakukan bupati. Bupati justru gencar membantu mempromosi beras siam epang," ucapnya.
Petani Teluk Sampit mulai memasarkan siam epang cap Jelawat pada 28 Oktober 2016 lalu. Bupati H Supian Hadi mendukung penuh pemasaran beras itu dengan harapan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani.
Selama ini, pemasarannya didominasi di kalangan ASN. Pemerintah daerah berkomitmen membantu pemasaran dengan mengimbau ASN untuk membeli beras lokal. Namun itu lebih pada gerakan moral dan sama sekali tidak ada paksaan bagi ASN untuk membeli beras tersebut.
Sebagian besar ASN antusias membeli beras siam epang dengan niat tulus membantu meningkatkan kesejahteraan petani lokal. Apalagi, harga beras yang dijual lebih murah dibanding di pasaran.
Siam epang cap Jelawat dikemas dengan berat 5 kg dengan harga Rp55.000 per sak atau Rp11.000 /kg. Harga itu jauh lebih murah karena di pasaran harganya sekitar Rp13.000 /kg. (Joe)
COMMENTS