Putussibau, RN. Jembatan berpondasi kayu di wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia yang menghubungan Kecamatan Badau dan Empanang, Kab...
Putussibau, RN.
Jembatan berpondasi kayu di wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia yang menghubungan Kecamatan Badau dan Empanang, Kabupaten Kapuas Hulu-Kalimantan Barat, ambruk pada hari Rabu 15 Februari 2017.
Terkait persoalan tersebut, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Sumber Daya Air Kapuas Hulu, Ana Mariana,ST mengatakan jalan dan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Badau - Empanang dan Puring Kencana merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
"Kondisi jalan dan jembatan itu sudah saya sampaikan ke pemerintah pusat, katanya tahun ini belum bisa di bangun karena tidak ada anggaran. Kita berharap Pemerintah Pusat segera mengambil langkah dalam mengatasi persoalan jalan dan jembatan daerah perbatasan, "ungkap Kepala Dinas PU, via telepon, Senin (20/2/2017) Pukul 12.30 WIB.
Hal senada dikatakan Agus warga perbatasan yang mengatakan selama ini pembangunan pemerintah pusat terfokus di kecamatan Badau, padahal jalan dan jembatan Kecamatan Badau - Puring Kencana juga merupakan daerah perbatasan Indonesia - Malaysia.
"Pemerintah pusat harus tahu, daerah perbatasan itu bukan hanya di Kecamatan Badau, namun dari Badau hingga Puring Kencana juga harus diperhatikan,"terang Agus dengan nada kesal. Selama ini pejabat pusat sering berkunjung ke Puring Kencana, namun seakan - akan ruas jalan dan jembatan Badau - Puring Kencana dianak tirikan,"tandas salah satu Warga Perbatasan Indonesia-Malaysia.
Sementara itu Dandim 1206 Putussibau Letkol.Inf.Muhammad Ibnu Subroto mengatakan mengkhawatirkan jika kondisi jembatan tersebut tidak segera ditangani oleh Pemerintah atau instansi terkait, "dikhawatirkan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat. Pasalnya Jembatan tersebut menghubungkan dua kecamatan di daerah perbatasan. Minimal untuk sementara mesti dibangun jembatan darurat. Seperti yang diberitakan sebelumnya dengan judul "Jembatan Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia, Ambruk.
Terhadap persoalan tersebut, Camat Puring Kecana, juga membenarkan bahwa Jembatan tersebut Ambruk karena pondasi yang terbuat dari kayu tersebut sudah tidak kuat lagi. Dengan kondisi tersebut, Kita minta kepada Pemerintah melalui Dinas terkait agar tanggap terhadap persoalan tersebut. Jangan sampai pembangunan infrastuktur perbatasan terkesan tidak merata, paling tidak dibangun jembatan darurat,"ungkap Herkulanus Albinus, via telepon, senin (20/2/2017), pukul 14.20 WIB.
Sementara itu dalam pantauan media Radar Nusantara, bahwa selama ini pembangunan infrastruktur hanya dipusatkan di Kecamatan Badau, termasuk pembangunan Jalan Linkar Dalam Kota Kecamatan Badau. Bahkan pembangun Jalan Lingkar Kecamatan Kota Badau dibangun terhubung dengan jalan tikus atau jalan ilegal. Ironisnya lagi, jalan Lingkar Badau yang menghabiskan Milyaran rupiah tersebut diduga dikerjakan asal-asal. Tetapi jembatan penghubung yang merupakan urat nadi perekonomian dan kehidupan masyarakat perbatasan, tidak dibangun sampai akhirnya ambruk. (Santo)
Jembatan berpondasi kayu di wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia yang menghubungan Kecamatan Badau dan Empanang, Kabupaten Kapuas Hulu-Kalimantan Barat, ambruk pada hari Rabu 15 Februari 2017.
Terkait persoalan tersebut, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Sumber Daya Air Kapuas Hulu, Ana Mariana,ST mengatakan jalan dan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Badau - Empanang dan Puring Kencana merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
"Kondisi jalan dan jembatan itu sudah saya sampaikan ke pemerintah pusat, katanya tahun ini belum bisa di bangun karena tidak ada anggaran. Kita berharap Pemerintah Pusat segera mengambil langkah dalam mengatasi persoalan jalan dan jembatan daerah perbatasan, "ungkap Kepala Dinas PU, via telepon, Senin (20/2/2017) Pukul 12.30 WIB.
Hal senada dikatakan Agus warga perbatasan yang mengatakan selama ini pembangunan pemerintah pusat terfokus di kecamatan Badau, padahal jalan dan jembatan Kecamatan Badau - Puring Kencana juga merupakan daerah perbatasan Indonesia - Malaysia.
"Pemerintah pusat harus tahu, daerah perbatasan itu bukan hanya di Kecamatan Badau, namun dari Badau hingga Puring Kencana juga harus diperhatikan,"terang Agus dengan nada kesal. Selama ini pejabat pusat sering berkunjung ke Puring Kencana, namun seakan - akan ruas jalan dan jembatan Badau - Puring Kencana dianak tirikan,"tandas salah satu Warga Perbatasan Indonesia-Malaysia.
Sementara itu Dandim 1206 Putussibau Letkol.Inf.Muhammad Ibnu Subroto mengatakan mengkhawatirkan jika kondisi jembatan tersebut tidak segera ditangani oleh Pemerintah atau instansi terkait, "dikhawatirkan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat. Pasalnya Jembatan tersebut menghubungkan dua kecamatan di daerah perbatasan. Minimal untuk sementara mesti dibangun jembatan darurat. Seperti yang diberitakan sebelumnya dengan judul "Jembatan Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia, Ambruk.
Terhadap persoalan tersebut, Camat Puring Kecana, juga membenarkan bahwa Jembatan tersebut Ambruk karena pondasi yang terbuat dari kayu tersebut sudah tidak kuat lagi. Dengan kondisi tersebut, Kita minta kepada Pemerintah melalui Dinas terkait agar tanggap terhadap persoalan tersebut. Jangan sampai pembangunan infrastuktur perbatasan terkesan tidak merata, paling tidak dibangun jembatan darurat,"ungkap Herkulanus Albinus, via telepon, senin (20/2/2017), pukul 14.20 WIB.
Sementara itu dalam pantauan media Radar Nusantara, bahwa selama ini pembangunan infrastruktur hanya dipusatkan di Kecamatan Badau, termasuk pembangunan Jalan Linkar Dalam Kota Kecamatan Badau. Bahkan pembangun Jalan Lingkar Kecamatan Kota Badau dibangun terhubung dengan jalan tikus atau jalan ilegal. Ironisnya lagi, jalan Lingkar Badau yang menghabiskan Milyaran rupiah tersebut diduga dikerjakan asal-asal. Tetapi jembatan penghubung yang merupakan urat nadi perekonomian dan kehidupan masyarakat perbatasan, tidak dibangun sampai akhirnya ambruk. (Santo)
COMMENTS