Sulteng, RN. Gubernur diwakili Plt Sekda Derry B. Djanggola membuka acara musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tingkat Provinsi S...
Sulteng, RN.
Gubernur diwakili Plt Sekda Derry B. Djanggola membuka acara musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tingkat Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2017 pada Selasa (4/4) di Hotel Swissbell, ditandai pemukulan gong. Musrenbang pertanian diikuti lebih kurang 400 peserta meliputi para pegawai dari dinas provinsi, dan kabupaten/kota yang membidangi pertanian, perkebunan, peternakan dan pangan, para penyuluh, unsur bappeda provinsi dan kabupaten/kota serta perwakilan asosiasi tani.
Musrenbang pertanian 2017 mengangkat tema, "Sinergitas Kebijakan Pembangunan Pertanian Dalam Mendorong Peningkatan Produksi Komoditas Strategis Dan Unggulan Menuju Sulawesi Tengah Yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing". Menurut gubernur lewat Plt Sekda pemilihan tema tersebut sangat relevan dengan misi ke-3 pembangunan Sulteng yaitu mewujudkan pengelolaan sumber daya agribisnis dan maritim yang optimal dan berkelanjutan serta sejajar dengan provinsi maju di kawasan timur Indonesia.
Adapun capaian kinerja pembangunan pertanian Sulteng tahun 2016 meliputi produksi padi sebesar 1.101.345 ton, produksi jagung sebesar 316.815 ton, dan kedelai sebesar 15.418 ton. Dari sub sektor perkebunan, produksi kakao Sulteng mencapai 148.278 ton, kelapa dalam sebesar 164.659 ton, dan cengkeh 14.891 ton. Dari sub sektor peternakan, populasi ternak sapi mencapai 320.537 ekor dan kambing 402.124 ekor.
Jumlah penduduk rawan pangan Sulteng pada 2016 turun menjadi 14,56 % dari sebelumnya 17,55 % pada tahun 2015. Sementara secara makro, PDRB pertanian Sulteng (diluar perikanan dan kehutanan) terus meningkat dari sebesar 25 juta 107 ribu rupiah pada 2015 menjadi 26 juta 27 ribu rupiah pada 2016. Sedang untuk indikator kesejahteraan petani, data NTP gabungan rata-rata tahun 2016 sebesar 93,35%, turun sebesar 8,85 % daripada NTP 2015 sebesar 102,20 % .
Gubernur diwakili Plt Sekda Derry B. Djanggola membuka acara musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tingkat Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2017 pada Selasa (4/4) di Hotel Swissbell, ditandai pemukulan gong. Musrenbang pertanian diikuti lebih kurang 400 peserta meliputi para pegawai dari dinas provinsi, dan kabupaten/kota yang membidangi pertanian, perkebunan, peternakan dan pangan, para penyuluh, unsur bappeda provinsi dan kabupaten/kota serta perwakilan asosiasi tani.
Musrenbang pertanian 2017 mengangkat tema, "Sinergitas Kebijakan Pembangunan Pertanian Dalam Mendorong Peningkatan Produksi Komoditas Strategis Dan Unggulan Menuju Sulawesi Tengah Yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing". Menurut gubernur lewat Plt Sekda pemilihan tema tersebut sangat relevan dengan misi ke-3 pembangunan Sulteng yaitu mewujudkan pengelolaan sumber daya agribisnis dan maritim yang optimal dan berkelanjutan serta sejajar dengan provinsi maju di kawasan timur Indonesia.
Adapun capaian kinerja pembangunan pertanian Sulteng tahun 2016 meliputi produksi padi sebesar 1.101.345 ton, produksi jagung sebesar 316.815 ton, dan kedelai sebesar 15.418 ton. Dari sub sektor perkebunan, produksi kakao Sulteng mencapai 148.278 ton, kelapa dalam sebesar 164.659 ton, dan cengkeh 14.891 ton. Dari sub sektor peternakan, populasi ternak sapi mencapai 320.537 ekor dan kambing 402.124 ekor.
Jumlah penduduk rawan pangan Sulteng pada 2016 turun menjadi 14,56 % dari sebelumnya 17,55 % pada tahun 2015. Sementara secara makro, PDRB pertanian Sulteng (diluar perikanan dan kehutanan) terus meningkat dari sebesar 25 juta 107 ribu rupiah pada 2015 menjadi 26 juta 27 ribu rupiah pada 2016. Sedang untuk indikator kesejahteraan petani, data NTP gabungan rata-rata tahun 2016 sebesar 93,35%, turun sebesar 8,85 % daripada NTP 2015 sebesar 102,20 % .
Selaras dengan itu, plt sekda menyampaikan arah kebijakan masing-masing sub sektor tahun 2018 yaitu sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, mempertahankan swasembada dan meningkatkan kontribusi Sulteng terhadap komoditas pajala (padi, jagung dan kedelai) serta bawang merah dan cabe.
Untuk sub sektor perkebunan, meningkatkan produksi kakao, kelapa dalam, cengkeh dan kelapa sawit. Sedang sub sektor peternakan, plt sekda berharap stakeholder menyukseskan program Sulteng sejuta sapi lewat inseminasi buatan dan upsus siwab (upaya khusus sapi indukan wajib bunting)
Sementara itu, sejumlah masalah yang akan menghambat arah kebijakan 2018 meliputi, keterbatasan infrastruktur dan sarana prasarana lahan dan air, rendahnya akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh serta belum intensnya koordinasi kerja antar sektor.
Olehnya ia berharap terjalin kerjasama dan koordinasi dari stakeholder, peserta musrenbang pertanian berdasarkan porsi masing-masing untuk meningkatkan hasil dan menyelesaikan permasalahan yang ada. “Yakni pemerintah selaku fasilitator dan regulator, sedang eksekutor di lapangan adalah petani, peternak dan para pelaku lainnya,” tandasnya.
Turut menghadiri pembukaan, Sekjen Kementerian Pertanian RI, Bupati Sigi Irwan Lapata, Kadis Tanaman Pangan dan Hortikultura Trie Iriany Lamakampali, Kadis Perkebunan dan Peternakan Nahyun Biantong, dan Kadis Pangan Abdullah Kawulusan. (Manto)
Untuk sub sektor perkebunan, meningkatkan produksi kakao, kelapa dalam, cengkeh dan kelapa sawit. Sedang sub sektor peternakan, plt sekda berharap stakeholder menyukseskan program Sulteng sejuta sapi lewat inseminasi buatan dan upsus siwab (upaya khusus sapi indukan wajib bunting)
Sementara itu, sejumlah masalah yang akan menghambat arah kebijakan 2018 meliputi, keterbatasan infrastruktur dan sarana prasarana lahan dan air, rendahnya akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh serta belum intensnya koordinasi kerja antar sektor.
Olehnya ia berharap terjalin kerjasama dan koordinasi dari stakeholder, peserta musrenbang pertanian berdasarkan porsi masing-masing untuk meningkatkan hasil dan menyelesaikan permasalahan yang ada. “Yakni pemerintah selaku fasilitator dan regulator, sedang eksekutor di lapangan adalah petani, peternak dan para pelaku lainnya,” tandasnya.
Turut menghadiri pembukaan, Sekjen Kementerian Pertanian RI, Bupati Sigi Irwan Lapata, Kadis Tanaman Pangan dan Hortikultura Trie Iriany Lamakampali, Kadis Perkebunan dan Peternakan Nahyun Biantong, dan Kadis Pangan Abdullah Kawulusan. (Manto)
COMMENTS