Kapuas Hulu (Kalbar), RN Terkait dugaan Penodaan Agama yang dilakukan oleh 3 (tiga) Pelajar SMAN 1 Mentebah, Forum Kerukunan Antar Umat...
Kapuas Hulu (Kalbar), RN
Terkait dugaan Penodaan Agama yang dilakukan oleh 3 (tiga) Pelajar SMAN 1 Mentebah, Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kapuas Hulu melakukan Sosialisasi Multikultural di ruang Kelas SMAN 1 Mentebah Kecamatan Mentebah, Rabu, 22 November 2017, pukul 09.50 - 11.50 WIB.
Sosialisasi tersebut diikuti setiap perwakilan kelas kurang lebih 80 Pelajar SMAN 1 Mentebah, dan dari pihak FKUB yang melakukan Sosialisasi kurang lebih 7 orang, diantaranya : Perwakilan dari Polsek Mentebah (Hermansyah), Penyuluh Agama Islam Ustd. (Sukirno, S.Pd.I), Ketua FKUB Kabupaten Kapuas Hulu, (Zainuddin, S.Ag,S.Pd.I), Unsur Agama Hindu, (Iputu Sudiarta), Unsur Agama Kristen pendeta (Lether, S. Th), Unsur Agama Kong Hu Cu, (Sepin), Unsur Agama Katolik, (Yan Lanting), Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Kab Kapuas Hulu, (H. Muhammad Saie, AP), Pemandu dari staf Kemenag Kapuas Hulu, (Suryadi, S.Ag,MM).
Dalam kesempatan tersebut Ketua FKUB Kabupaten Kapuas Hulu, menyampaikan hendaknya semua warga negara saling menghargai dan hidup bertoleransi satu sama lain.
"Di Kabupaten Kapuas Hulu multi Agama, bukan hanya satu Agama dan juga multi suku. Kalau mau hidup di Indonesia, harus siap dengan perbedaan Suku dan Agama. Harus siap berbeda, agar siap menerima perbedaan-perbedaan Suku dan Agama lain," ungkap Zainuddin, S.Ag,S.Pd.I.
Lanjut Ketua FKUB, "Setiap Agama punya panduan, baik Agama yang sudah diakui maupun yang belum diakui. Saat ini ditambah lagi, satu Agama yang di akui. Agama yang baru diakui tersebut disebut penghayat kepercayaan," terjangnya.
Dalam sosialisasi tersebut, Ketua FKUB juga menyinggung terkait persoalan Ahok (mantan Gubernur DKI Jakarta). "Ingat, apa yang dilakukan Pak Ahok...gara-gara mengubah salah satu ayat Al Quran, masuk penjara. Apalagi kalau misalnya menginjak-nginjak Al Quran, perbuatan tersebut sudah melukai dan menodai umat Islam.
"Dan kalau di Indonesia, yang paling tinggi adalah Pancasila. Pancasila merupakan warisan nenek moyang, bahkan Presiden pun harus tunduk pada Pancasila. Pancasila merupakan penyatu dan perekat perbedaan yang ada di seluruh Indonesia," tutupnya.
Sedangkan menurut pendeta Lether, S.Th Anggota FKUB dari unsur Agama Kristen, bahwa tidak ada Agama yang mengajarkan pertikaian ataupun perpecahan. Semua agama mengajarkan kebaikan. Pedoman kita adalah Bhennika Tunggal Ika, yang artinya walaupun berbeda-beda tetap satu juga, ungkapnya.
Sementara Yan Lanting, anggota FKUB dari unsur Agama Katolik dan Iputu Sudiarta, anggota FKUB dari unsur Agama Hindu, menyampaikan bahwa agar Para pelajar jangan sampai terpengaruh dan terprovokasi oleh media sosial maupun paham-paham radikal.
"Tujuan kami (FKUB) datang ke sini ingin memberikan pencerahan kepada para adek-adek (pelajaran). Para pelajar jangan sampai terpengaruh dan terprovokasi oleh media sosial maupun paham-paham radikal. Pedoman kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya walaupun berbeda-beda tetap satu juga," pungkasnya.
Sedangkan dalam pantauan di lapangan, proses sosialisasi tersebut berjalan tidak maksimal karena para pelajar ada yang sibuk bermain dengan sendirinya tanpa teguran dari Kepala Sekolah Alexander yang juga hadir dalam sosialisasi tersebut. Namun selama sosialisasi berlangsung, situasi aman dan kondusif. (Santo)
Terkait dugaan Penodaan Agama yang dilakukan oleh 3 (tiga) Pelajar SMAN 1 Mentebah, Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kapuas Hulu melakukan Sosialisasi Multikultural di ruang Kelas SMAN 1 Mentebah Kecamatan Mentebah, Rabu, 22 November 2017, pukul 09.50 - 11.50 WIB.
Sosialisasi tersebut diikuti setiap perwakilan kelas kurang lebih 80 Pelajar SMAN 1 Mentebah, dan dari pihak FKUB yang melakukan Sosialisasi kurang lebih 7 orang, diantaranya : Perwakilan dari Polsek Mentebah (Hermansyah), Penyuluh Agama Islam Ustd. (Sukirno, S.Pd.I), Ketua FKUB Kabupaten Kapuas Hulu, (Zainuddin, S.Ag,S.Pd.I), Unsur Agama Hindu, (Iputu Sudiarta), Unsur Agama Kristen pendeta (Lether, S. Th), Unsur Agama Kong Hu Cu, (Sepin), Unsur Agama Katolik, (Yan Lanting), Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Kab Kapuas Hulu, (H. Muhammad Saie, AP), Pemandu dari staf Kemenag Kapuas Hulu, (Suryadi, S.Ag,MM).
Dalam kesempatan tersebut Ketua FKUB Kabupaten Kapuas Hulu, menyampaikan hendaknya semua warga negara saling menghargai dan hidup bertoleransi satu sama lain.
"Di Kabupaten Kapuas Hulu multi Agama, bukan hanya satu Agama dan juga multi suku. Kalau mau hidup di Indonesia, harus siap dengan perbedaan Suku dan Agama. Harus siap berbeda, agar siap menerima perbedaan-perbedaan Suku dan Agama lain," ungkap Zainuddin, S.Ag,S.Pd.I.
Lanjut Ketua FKUB, "Setiap Agama punya panduan, baik Agama yang sudah diakui maupun yang belum diakui. Saat ini ditambah lagi, satu Agama yang di akui. Agama yang baru diakui tersebut disebut penghayat kepercayaan," terjangnya.
Dalam sosialisasi tersebut, Ketua FKUB juga menyinggung terkait persoalan Ahok (mantan Gubernur DKI Jakarta). "Ingat, apa yang dilakukan Pak Ahok...gara-gara mengubah salah satu ayat Al Quran, masuk penjara. Apalagi kalau misalnya menginjak-nginjak Al Quran, perbuatan tersebut sudah melukai dan menodai umat Islam.
"Dan kalau di Indonesia, yang paling tinggi adalah Pancasila. Pancasila merupakan warisan nenek moyang, bahkan Presiden pun harus tunduk pada Pancasila. Pancasila merupakan penyatu dan perekat perbedaan yang ada di seluruh Indonesia," tutupnya.
Sedangkan menurut pendeta Lether, S.Th Anggota FKUB dari unsur Agama Kristen, bahwa tidak ada Agama yang mengajarkan pertikaian ataupun perpecahan. Semua agama mengajarkan kebaikan. Pedoman kita adalah Bhennika Tunggal Ika, yang artinya walaupun berbeda-beda tetap satu juga, ungkapnya.
Sementara Yan Lanting, anggota FKUB dari unsur Agama Katolik dan Iputu Sudiarta, anggota FKUB dari unsur Agama Hindu, menyampaikan bahwa agar Para pelajar jangan sampai terpengaruh dan terprovokasi oleh media sosial maupun paham-paham radikal.
"Tujuan kami (FKUB) datang ke sini ingin memberikan pencerahan kepada para adek-adek (pelajaran). Para pelajar jangan sampai terpengaruh dan terprovokasi oleh media sosial maupun paham-paham radikal. Pedoman kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya walaupun berbeda-beda tetap satu juga," pungkasnya.
Sedangkan dalam pantauan di lapangan, proses sosialisasi tersebut berjalan tidak maksimal karena para pelajar ada yang sibuk bermain dengan sendirinya tanpa teguran dari Kepala Sekolah Alexander yang juga hadir dalam sosialisasi tersebut. Namun selama sosialisasi berlangsung, situasi aman dan kondusif. (Santo)
COMMENTS