Harga Beras Mencekik Warga, Petani Tetap Sesak Nafas

Pandeglang, RN   Melambungnya harga beras belum lama di pasaran mulai dari harga Rp 12.000,- hingga Rp 13.000,- per-liter membawa damp...

Pandeglang, RN  

Melambungnya harga beras belum lama di pasaran mulai dari harga Rp 12.000,- hingga Rp 13.000,- per-liter membawa dampak yang cukup merepotkan sekaligus menyulitkan terutama bagi sejumlah Kepala Rumah tangga yang berpenghasilan pas-pasan sementara disisi lain Beras merupakan makanan pokok yang harus Mereka konsumsi jadi mau tidak mau dan apapun cara serta upayanya Mereka harus membeli beras.tinggal bagaimana Mereka harus mensiasati antara penghasilan dan pengeluaran dalam per harinya. 

"Bayangkan saja Suami Saya berprofesi hanya seorang pemulung tapi Dia harus menghidupi Istri dan Kedua Anaknya untuk membeli satu liter beras saja rasanya kewalahan," keluh Sani (Bukan nama sebenarnya.Red) salah satu Ibu Rumah Tangga warga Desa Labuan pada RN. 

Hal sama diungkapkan Rosid Nelayan Desa Teluk Kec. Labuan Kab. Pandeglang, bahwasannya sepanjang musim angin barat utang perharinya sudah numpuk di warung milik tetangga terutama utang Beras. "Mau berangkat ke laut bagaimana cuaca seperti itu, akhirnya untuk makan sehari-harinya terpaksa Saya utang dulu terutama Beras. Beras meskipun harganya mencekik tetap Saya utang," ujar Rosid dengan tatapan mata yang hampa.
              

Lalu dengan meroketnya harga Beras siapa dan pihak mana yang di untungkan. Wartawan RN Akhir pekan lalu (20/1) menemui salah satu Ketua Kelompok Tani berinisial DN menurutnya soal tingginya harga beras di pasaran bukan berarti memberikan dampak positif bagi kaum petani justru sebaliknya, Petani tetap saja dirugikan lantaran harga gabah yang Mereka jual pada Bandar lokal tetap memakai harga lama itupun kalau gabahnya layak di konsumsi dan memiliki kwalitas baik akan tetapi menurut DN jika Gabah yang Mereka jual berkwalitas rendah jangankan di beli di lirikpun tidak. Beda jika Bandar menjual kembali pada tengkulak apalagi tengkulak itu di luar Daerah, sang Bandar menjualnya dengan harga tinggi dan tengkulakpun secara hitungan bisnis Dia tidak mau mengalami kerugian akibatnya setelah gabah di rubah menjadi Beras kemudian di jual di pasaran Mereka menjualnya dengan harga yang berlaku saat itu, beber DN.
             

DN Berharap dengan kondisi harga beras seperti itu Ia mengharapkan Dinas terkait terutama Dinas Pertanian di samping membantu sarana dan prasarana yang selama ini di salurkan pada sejumlah Kelompok Tani tapi lebih dari itu minimal bisa memberikan solusi agar harga gabahpun terutama gabah yang di jual petani yang masih berprofesi sebagai buruh Tani bisa menstabilkan di pasaran, harap DN. ( D I )