CIMAHI, RN Rumah Sakit Dustira memiliki sejarah panjang. Rumah sakit yang terletak di Jalan Dustira, Kota Cimahi itu merupakan peninggalan ...
CIMAHI, RN
Rumah Sakit Dustira memiliki sejarah panjang. Rumah sakit yang terletak di Jalan Dustira, Kota Cimahi itu merupakan peninggalan Belanda yang dulunya dijadikan sebagai tempat perawatan tentara Belanda.
Hingga saat ini, rumas sakit yang dikelola Tentara Nasional Indonesia (TNI) tersebut masih berdiri kokoh. Meski sudah memasuki era digital, nuansa heritage-nya masih terlihat dan terasa.
Penasaran dengan sejarah lengkapnya, sekitar 150 orang yang diinisiasi Komunitas Tjimahi Heritage melakukan jelajah Rumah Sakit Dustira.
Hadir pula Kepala Rumah Sakit Dustira saat ini, yakni Kolonel CKM Agus Rido Utama.
Setelah mendapat sambutan dari Kepala Rumah Sakit Dustira, para penjelajah yang didominasi anak-anak dan kalangan milenial itu mulai menelusuri beberapa sudut Rumah Sakit Dustira dan mendapat penjelasan seputar sejarahnya dari Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Mahmud Mubarok.
Salah satu area yang dikunjungi adalah monumen Kepala Rumah Sakit Dustira pertama, yakni Letkol Dokter Raden Kornel Singawinata. Menurut keterangan http://keluargamac.blogspot.com, saat pertama kali diserahkan dari Belanda ke TNI, namanya bukanlah Rumah Sakit Dustira tapi Rumah Sakit Territorium III.
Mahmud mengungkapkan, Rumah Sakit Dustira merupakan salah satu garnisun bersejarah di Kota Cimahi. Jika melihat di pintu gerbang, rumah sakit itu dibangun tahun 1887.
"Tapi hasil riset kami agak mengejutkan," ungkapnya.
Lanjut Mahmud Berdasarkan hasil risetnya, justru Rumah Sakit Dustira dibangun tahun 1897. Bukti itu menurutnya cukup kuat, yakni berupa foto-foto zaman Belanda. Data itu dikuatkan dengan adanya surat kabar zaman Belanda yang menyebutkan bahwa persiapan pembangunan rumah sakit tersebut dilaksanakan sejak tahun 1896.
"Artinya kalau kemudian dibandingkan dengan 1887. Maka kita punya kesimpulan bahwa ini sebetulnya dibangun 1897," terangnya.
Dulunya, lahan seluas 14 hektrare itu memang kosong yang memang dipersiapkan untuk kawasan garnisun di Kota Cimahi. Saat itu hanya ada Stasiun Cimahi beserta rel kereta api.
Keberadaan Stasiun Cimahi pun memang untuk menunjang akses tentara zaman dulu dengan rumah sakit.
"Jadi ketika orang Belanda mulai tinggal di sini mereka membutuhkan fasilits kesehatan. Ketika mereka pulang perang, ada yang luka dibawanya ke sini," jelas Mahmud.
Kemudian ditahun 1950-an, Rumah Sakit Dustira mulai mengalami perubahan. Rumah sakit itu mulai diperuntukan bagi pribumi sejak diserahkan seluruh asetnya dari Belanda kepada TNI.
Menurur Mahmud, secara keseluruhan kondisi Rumah Sakit Dustira masih terjaga sejarahnya. Hal itu bisa terlihat dari bagian depan yang masih menonjolkan bangunan zaman Belanda.
Kepala Rumah Sakit Dustira Kolonel CKM Agus Rido Utama menyatakan, pihaknya selalu berkomitmen untuk tetap mempertahankan unsur heritage di rumah sakit yang dipimpinnya. Meskipun memang ada beberapa sisi yang mengalami perkembangan.
"Ada beberapa yang sudah kita rubah, kita renovasi meski bangunanya masih dalam bentuk heritage. Nuansa heritagenya tetap kita pertahankan," tegasnya.
Dikatakannya, seluruh masyarakat Kota Cimahi harus bangga memiliki Rumah Sakit Dustira. Sebab menurutnya rumah sakit itu termasuk lima rumah sakit tertua di Indonesia.
"Kalau di Jawab Barat pasti yang tertua," katanya. R. Harry KP.
Rumah Sakit Dustira memiliki sejarah panjang. Rumah sakit yang terletak di Jalan Dustira, Kota Cimahi itu merupakan peninggalan Belanda yang dulunya dijadikan sebagai tempat perawatan tentara Belanda.
Hingga saat ini, rumas sakit yang dikelola Tentara Nasional Indonesia (TNI) tersebut masih berdiri kokoh. Meski sudah memasuki era digital, nuansa heritage-nya masih terlihat dan terasa.
Penasaran dengan sejarah lengkapnya, sekitar 150 orang yang diinisiasi Komunitas Tjimahi Heritage melakukan jelajah Rumah Sakit Dustira.
Hadir pula Kepala Rumah Sakit Dustira saat ini, yakni Kolonel CKM Agus Rido Utama.
Setelah mendapat sambutan dari Kepala Rumah Sakit Dustira, para penjelajah yang didominasi anak-anak dan kalangan milenial itu mulai menelusuri beberapa sudut Rumah Sakit Dustira dan mendapat penjelasan seputar sejarahnya dari Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Mahmud Mubarok.
Salah satu area yang dikunjungi adalah monumen Kepala Rumah Sakit Dustira pertama, yakni Letkol Dokter Raden Kornel Singawinata. Menurut keterangan http://keluargamac.blogspot.com, saat pertama kali diserahkan dari Belanda ke TNI, namanya bukanlah Rumah Sakit Dustira tapi Rumah Sakit Territorium III.
Mahmud mengungkapkan, Rumah Sakit Dustira merupakan salah satu garnisun bersejarah di Kota Cimahi. Jika melihat di pintu gerbang, rumah sakit itu dibangun tahun 1887.
"Tapi hasil riset kami agak mengejutkan," ungkapnya.
Lanjut Mahmud Berdasarkan hasil risetnya, justru Rumah Sakit Dustira dibangun tahun 1897. Bukti itu menurutnya cukup kuat, yakni berupa foto-foto zaman Belanda. Data itu dikuatkan dengan adanya surat kabar zaman Belanda yang menyebutkan bahwa persiapan pembangunan rumah sakit tersebut dilaksanakan sejak tahun 1896.
"Artinya kalau kemudian dibandingkan dengan 1887. Maka kita punya kesimpulan bahwa ini sebetulnya dibangun 1897," terangnya.
Dulunya, lahan seluas 14 hektrare itu memang kosong yang memang dipersiapkan untuk kawasan garnisun di Kota Cimahi. Saat itu hanya ada Stasiun Cimahi beserta rel kereta api.
Keberadaan Stasiun Cimahi pun memang untuk menunjang akses tentara zaman dulu dengan rumah sakit.
"Jadi ketika orang Belanda mulai tinggal di sini mereka membutuhkan fasilits kesehatan. Ketika mereka pulang perang, ada yang luka dibawanya ke sini," jelas Mahmud.
Kemudian ditahun 1950-an, Rumah Sakit Dustira mulai mengalami perubahan. Rumah sakit itu mulai diperuntukan bagi pribumi sejak diserahkan seluruh asetnya dari Belanda kepada TNI.
Menurur Mahmud, secara keseluruhan kondisi Rumah Sakit Dustira masih terjaga sejarahnya. Hal itu bisa terlihat dari bagian depan yang masih menonjolkan bangunan zaman Belanda.
Kepala Rumah Sakit Dustira Kolonel CKM Agus Rido Utama menyatakan, pihaknya selalu berkomitmen untuk tetap mempertahankan unsur heritage di rumah sakit yang dipimpinnya. Meskipun memang ada beberapa sisi yang mengalami perkembangan.
"Ada beberapa yang sudah kita rubah, kita renovasi meski bangunanya masih dalam bentuk heritage. Nuansa heritagenya tetap kita pertahankan," tegasnya.
Dikatakannya, seluruh masyarakat Kota Cimahi harus bangga memiliki Rumah Sakit Dustira. Sebab menurutnya rumah sakit itu termasuk lima rumah sakit tertua di Indonesia.
"Kalau di Jawab Barat pasti yang tertua," katanya. R. Harry KP.
COMMENTS