SUMEDANG, RN Meski masih satu tahun lebih lagi menuju Pilkada serentak 2024, DPD Partai Golkar Sumedang telah mulai berbenah dengan membuka ...
SUMEDANG, RN
Meski masih satu tahun lebih lagi menuju Pilkada serentak 2024, DPD Partai Golkar Sumedang telah mulai berbenah dengan membuka pendaftaran bakal calon (Balon) Bupati dan Wakil Bupati Sumedang periode 2024 - 2029. Dari kegiatan selama dua hari itu akhirnya terjaring tujuh orang kader-kader terbaik. Yaitu, Erwan Setiawan, Taufik Gunawansyah, Edi Azhari, Riki Bagus Pratama, Ari Budiman, Rangga Amirulloh Muslim, dan Sonia Sugian.
Melihat dari komposisi balon yang mendaftar tampaknya begitu variatif, sebab hampir mewakili setiap lapisan masyarakat. Mulai dari petahana, politisi senior, kalangan milenial, termasuk gender. Ini menandakan Partai Golkar Sumedang tidak kekurangan stok calon pemimpin, sekaligus bisa dikatakan cukup berhasil dalam proses pengkaderannya.
Lebih dari itu semua, penulis tertarik pada dua sosok dari tujuh orang pendaftar Yakni, Wakil Bupati Sumedang H. Erwan Setiawan, SE dan mantan Ketua DPRD serta Wabup Sumedang, H. Taufiq Gunawansyah, S.Ip.,M.Si.
Kenapa?
Karena keduanya begitu tampak mesra dan sauyunan. Dalam arti, keduanya sama-sama memliki niat kuat untuk membesarkan dan membawa Partai Golkar kembali menjadi pemenang Pemilu, khususnya di Kabupaten Sumedang.
Setidaknya, hal ini terlihat pada saat sesi wawancara bersama para awak media, Erwan dan Kang Opik--sapaan akrab Taufiq Gunawansyah yang saling bersebelahan tampak akrab dan coba meyakinkan pada para pewarta bahwa mereka bertekad fokus dulu pada Pemilu legeslatif dan Pilpres, untuk membawa Partai Golkar pada kejayaan. Baru kemudian, memikirkan soal Pilkada 2024 mendatang.
Bagi sebagian pihak, apa yang disampaikan Erwan dan Kang Opik adalah hal normatif dan memang merupakan tanggungjawab kader untuk bisa membesarkan serta memenangkan partainya pada Pemilu. Namun, penulis justru melihatnya hal tersebut adalah kode besar kalau keduanya kemungkinan besar bakal berduet pada kontestasi Pilkada 2024 mendatang.
Kok bisa, mereka kan berada pada gerbong yang sama? jelas bisa. Hanya syaratnya Partai Golkar paling tidak harus bisa memenangkan 10 kursi atau 20 persen dari jumlah kursi di DPRD Sumedang, sebagai syarat ambang batas pencalonan.
Kalaupun tidak bisa memenuhi, atau katakanlah kurang 1 atau 2 kursi, rasanya bukan perkara sulit bagi partai lain memberikan dukungan pada duet ini (Erwan - Opik). Karena, dengan berduetnya pasangan Erwan - Opik, peluang untuk bisa memenangkan kontestasi Pilkada cukup besar.
Berikut, penulis akan coba menelisik kekuatan Erwan - Opik yang tampaknya sangat potensial diduetkan :
Pertama : Erwan Setiawan
Meski masih terbilang "anak baru" di Partai Golkar, Erwan adalah petahana Wabup Sumedang. Sudah barang tentu, ia telah mempersiapkan bahkan mungkin memiliki jejaring kuat di hampir setiap pelosok Kabupaten Sumedang, termasuk telah mempersiapkan tim khusus dari kalangan birokrasi, yang sekiranya bisa diajak bekerjasama mendulang suara di luar Partai Golkar.
Hipotesa ini bukan tanpa alasan. Karena kalangan birokrasi yang diseret dalam politik praktis bukan barang baru. Hal ini kerap terjadi di hampir tiap perhelatan Pilkada. Baik di Sumedang maupun daerah lain.
Bukan hanya itu, Erwan adalah putra H. Umuh Muchtar, seorang tokoh menasional berkat eksistensinya dalam dunia sepak bola. Ia adalah manajer Persib Bandung yang memiliki dukungan suporter fanatik cukup banyak di Sumedang.
Dengan eksistensi H. Umuh, para penggila tim Maung Bandung yang ada di Sumedang rasanya hampir dipastikan bakal mendukung Erwan bila maju Pilkada. Selain itu, H.Umuh diyakini mampu menjadi magnet suara bagi kalangan lainnya. Misal, dari kalangan pelaku usaha.
Kelebihan lain Erwan adalah domisilinya yang berada di wilayah barat, tepatnya Tanjungsari. kendati begitu, pengaruh Erwan dan H. Umuh ini bisa melebar ke wilayah-wilayah barat lain. Misal Jatinangor Cimanggung, Sukasari, yang memiliki populasi penduduk cukup sangat besar di Sumedang.
Mengutip dari Sumedangkab.bps.go.id, populasi penduduk Jatinangor dan Cimanggung mencapai 186,2 ribu. Rinciannya, 98 ribu Jatinangor dan 88,2 ribu Cimanggung. Jumlah ini tentu bisa dijadikan modal emas bagi Erwan guna mendulang suara sebanyak-banyaknya.
Kekuatan lain Erwan adalah faktor logistik. Dalam dunia politik praktis dan pragmatis, bahkan cenderung oportunis, logistik atau kekuatan finansial merupakan modal utama untuk bisa mendulang suara dalam pertarungan elektoral. Dan, untuk soal ini, Erwan dan kekuatan bisnis H. Umuhnya sudah tak diragukan lagi.
Bukan suudzon, apalagi hendak menyudutkan. Dalam pilkada, pada dasarnya politik uang kultur yang tidak sulit dan akan pernah hilang dalam proses demokrasi. Sebab, semua merupakan cara paling ampuh guna mendapat perhatian atau mendulang suara demi sebuah kemenangan.
Kedua : Kang Opik
Tak bisa dipungkiri, saat ini Kang Opik adalah salah satu kader terbaik Partai Golkar Kabupaten Sumedang. Dan, sangat pantas maju atau dicalonkan pada Pilkada 2024 mendatang.
Parameternya jelas, Kang Opik adalah politisi matang dan sudah sangat malang melintang dalam dunia perpolitikan di Kabupaten Sumedang. Bahkan, ia pernah menduduki posisi-posisi strategis di pemerintahan. Misal, menjadi Wabup dan Ketua DPRD, dan Ketua DPD Partai Golkar Sumedang.
Dengan tingkat ketokohan, popularitas, intelektualitas, serta pengalamannya di eksekutif maupun legeslatif, tampaknya tidak sulit bagi pria yang kini berprofesi sebagai pengusaha ini mendapatkan sokongan penuh dari Partai Golkar. Bahkan, tak menutup kemungkinan partai lain pun diam-diam ada yang ingin menjadikan Kang Opik sebagai bidikannya.
Apalagi, berdasar hasil survei receh penulis dari mulai birokrat hingga kalangan masyarakat bawah, cukup banyak yang mengharapkan suami Bunda Bilqis ini kembali maju Pilkada sekaligus memenangkannya.
Seperti halnya Erwan yang cukup kuat di wilayah barat, Kang Opik pun sangat populer di wilayah perkotaan dan Sumedang Timur. Begitupun dengan logistik, tampaknya juga bukan perkara sulit baginya.
Dengan demikian, bila kedua tokoh ini bisa dipersatukan, maka potensi menang pada Pilkada Sumedang 2024 mendatang terbuka lebar.
Mampukah Golkar Menyatukan Duet Erwan - Opik?
Bila tujuannya tegak lurus ingin sama-sama membesarkan dan memenangkan Partai Golkar, tentu pertanyaan pada sub judul di atas tak perlu ada. Namun, ini politik. Kadang, apa yang terucap tak selamanya berbanding lurus dengan isi hati.
Masuknya Erwan ke Partai Golkar, penulis rasa hanya memiliki satu tujuan, yaitu menjadi Bupati Sumedang dengan dicalonkan oleh Partai beringin. Karena kalau tidak, rasanya ia tak perlu repot pindah partai. Ia cukup kembali membuat konsensus dengan Doni Ahmad Munir selaku petahana bupati untuk sama-sama kembali berpasangan pada Pilkada 2024. Dan, semuanya selesai. Pasangan petahana ini bakal sulit ditandingi.
Tapi, meski dengan segala kelebihannya seperti yang penulis sebutkan di atas, posisi Erwan untuk mendapat sokongan penuh menjadi calon Bupati Sumedang dari Partai Golkar juga bukan perkara mudah. Lantaran, di sana ada Kang Opik yang sama-sama berpotensi kuat untuk dicalonkan jadi Bupati Sumedang.
Dengan begitu tentu perlu ada langkah-langkah strategis yang harus dilakukan Partai Golkar. Selain memastikan meraih 10 kursi atau lebih pada Pileg 2024 mendatang, Partai beringin ini juga harus bisa menciptakan kondusifitas internal partai dengan meyakinkan Erwan - Kang Opik menerima posisi yang diamanatkan. Yaitu, Erwan sebagai bupati dan Kang Opik menjadi wakil. Sebab, rasanya kecil kemungkinan, Erwan mau menerima menjadi wakilnya Kang Opik. Namun, bila Kang Opik mau menerima sebagai wakil, rasanya satu kaki Partai Golkar telah berada di Gedung Pemerintahan Kabupaten Sumedang.
Tapi, sebaliknya akan menjadi petaka bagi Partai Golkar bila tidak terjadi kesepahaman diantara dua tokoh sentral tersebut. Misal, Kang Opik atau Erwan sama-sama ngotot ingin menjadi Sumedang 1. Maka, akan ada dua kemungkinan. Yaitu :
Pertama : Erwan cabut dari Partai Golkar dan membentuk poros baru, dengan cara masuk atau "membeli" partai lain yang bisa menampung syahwat politiknya menjadi Sumedang 1. Atau, bisa juga merapat kembali pada Doni Ahmad Munir dan tetap menjadi wakilnya. Karena jaminan menang Pilkada telah berada di tangan.
Kedua : Kang Opik yang cabut dari Golkar dan merapat ke Doni Ahmad Munir untuk menjadi wakilnya. Peluang menang pasangan ini jauh lebih besar, karena kemungkinan besar konstituen Partai Beringin ini bakal mengikuti langkah Kang Opik. Artinya, Erwan hanya memiliki kendaraan politiknya saja, sedangkan penumpangnya masuk ke gerbong Kang Opik.
Akhirul kata, ini semua hanya hipotesa penulis. Saya yakin, Partai Golkar telah memiliki strategi khusus dan memikirkan matang-matang tentang segala kemungkinan yang bakal terjadi. Meski, semua itu bakal alot dan sangat tidak mudah.
Dan, mungkinkah duet Erwan - Opik terwujud? menarik kita tunggu !
Aris
COMMENTS