Saling Tuding Antara Peserta Dan Panitia Jambore PABDESI Jabar, Siapa Yang Bohong?

Kuningan, RN Peserta Jambore BPD 2024 tuding Penitia Diduga Gelapkan Uang Peserta, Ketua PABDESI Kuningan Mengaku Rugi Besar, Siapa Yang Boh...

Kuningan, RN

Peserta Jambore BPD 2024 tuding Penitia Diduga Gelapkan Uang Peserta, Ketua PABDESI Kuningan Mengaku Rugi Besar, Siapa Yang Bohong dalam hal ini.

Beberapa waktu lalu digelar Jambore Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang bertempat di Linggarjati, Kuningan, Jawa Jawa Barat. Diikuti peserta 3.700 orang dari luar Kuningan dan 700 peserta dari Kuningan. 

Di lansir dari salah satu media online di jawa barat Peserta jambore diharuskan menyetor biaya akomodasi Rp.350.000, dengan ketentuan Rp.200.000 untuk konsumsi dan penginapan sedangkan Rp.150.000 nya untuk transportasi.

Namun sebagian peserta merasa tidak mendapatkan haknya berupa konsumsi dan fasilitas penginapan. Padahal, para peserta mengaku sudah menyetor lunas biaya akomodasi sebanyak Rp350 ribu. Bahkan merasa disengsarakan.

“Tak hanya menelantarkan para peserta Jambore BPD 2024, fasilitas kegiatan tersebut juga tidak memadai,” ungkap Ma’mun, salah seorang peserta Jambore.

Ma’mun mengatakan, lokasi acara berada di Lapangan Terbuka yang hanya beratapkan tenda. Saat acara sedang berlangsung, curah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur lokasi acara, sehingga kegiatan tersebut tidak berjalan dengan kondusif.

“Saya meminta pertanggungjawaban pengurus atau panitia PABPDSI Provinsi Jawa Barat terkait kerugian yang dialami oleh 6 ribu peserta Jambore BPD 2024,” tegasnya.

Berbeda dengan tudingan itu, Yayat Ketua PAPBDESI Kuningan, justru mengaku bahwa panitia merasa rugi besar. Ia mengungkapkan hal tersebut saat dikonfirmasi di Balai Desa Panawuan, kemarin.

“Jambore BPD tingkat Jabar yang digelar beberapa waktu lalu di wilayah Linggarjati Kuningan meninggalkan hutang panitia yang cukup besar,” aku Yayat

Yayat mengisahkan, Jambore PABPDSI sudah di rencanakan 8 bulan sebelum dilaksanakan dengan harapan jumlah peserta yang akan hadir mencapai 6000 orang.

Tetapi, satu bulan sebelum pelaksanaan, Ketua DPC Kuningan dicopot sebaga8 ketua panitia, karena dianggap tidak mampu menyediakan sarana akomodasi berupa tempat dan akhirnya kepanitiaan diambil alih oleh propinsi.

"DPC Kuningan awalnya berencana untuk menyediakan tempat Jambore di obyek wisata Waduk Darma, namun mengingat di sana tidak ada penginapan dan akan menggunakan tenda dan brapa tenda ratus tenda yang harus persiapkan ?, rupanya pihak propinsi tidak kinerja kepenitiaan dari Kuningan, sehingga menganggap kami tidak mampu dan akhirnya SK kepanitiaan di cabut,” kisah Yayat.

Mengenai anggaran peserta jambore, lanjut Yayat, dikenakan Rp 200.000. per orang yang masuk ke pada pihak penitia provinsi, dengan jumlah peserta yang ikut 3.700, dari luar Kunigan, sedangkan yang dari Kuningan sendiri sekitar 700 orang. 

“Untuk peserta dari Kuningan uang yang disetorkan ke panitia 200 ribu dapat feedback 100 ribu karena tidak menginap, untuk uang dari peserta khusus Kabupaten Kuningan di kelola sendiri tidak di setorkan ke pihak panitia provinsi” tuturnya.

"Jadi kalau ada informasi biaya peserta di setorkan Rp 350 ribu pada Penitia provinsi, berarti itu hoax," tegasnya 

Sementara itu sebelumnya, tersiar kabar bahwa peserta Jambore banyak yang terlantar, akibat tidak dapat penginapan. Mengenai hal tersebut, Yayat menjelaskan. 

Sebetulnya hal itu hanyalah miss komunikasi. Dalam hal ini, panitia sebelumnya sudah berkomunikasi dengan paguyuban pengelola hotel untuk kesiapan tempat bagi peserta jambore. Hasil komunikasi ada tiga kesepakatan. Pertama, pihak hotel akan menampung peserta hotel sesuai dengan uang muka. Yang Ke dua, pihak hotel akan menerima peserta jambore sesuai dengan jumlah uang yang masuk (Lunas untuk semua peserta-Red) dan yang ke 3 , pihak hotel akan menerima peserta jambore yang belum bayar asalkan ada jaminan dari panitia.

“Nah disini rupanya banyak peserta Jambore yang tidak bisa masuk hotel dengan alasan bahwa pihak hotel tidak bisa menerima karena diluar kesepakatan. Peserta over dari yang dipesan panitia karena berpegang pada kesepakan yang pertama sesuai dengan uang muka, “Nah disini rupanya banyak peserta Jambore yang tidak bisa masuk hotel dengan alasan bahwa pihak hotel tidak bisa menerima karena diluar kesepakatan. Peserta over dari yang dipesan panitia karena berpegang pada kesepakan yang pertama sesuai dengan uang muka,” jelasnya.

Bahkan menurut Yayat, sampai sekarang panitia masih punya hutang sewa hotel untuk akomodasi para peserta jambore yang cukup besar. 

Yayat juga mengaku dirinya telah mengeluarkan uang pribadinya guna guna membayar tim seni dan sound sistem,

" Terkait untuk grup seni dan sound sistem sudah saya bayar pake uang saya sendiri sekitar Rp 20 juta an nggak sampai Rp 30 juta ," pungkasnya 

Ada ada saja, kalau begini siapa yang salah.????

(Fulls)