Kapolsek Matur diDuga Intimidasi Wartawan Soal Pemberitaan Kasus Pemerkosaan Anak diBawahUmur

Datuak Marajo Nan Labiah Agam, RN Berdasarkan pemberitaan pada tanggal 14 mei 2018 dengan judul “Datuak Marajo Nan Labiah di Lapor Ke...

Datuak Marajo Nan Labiah

Agam, RN
Berdasarkan pemberitaan pada tanggal 14 mei 2018 dengan judul “Datuak Marajo Nan Labiah di Lapor Kepolisi, Diduga Perkosa Anak di Bawah Umur”  hal tersebut mengundang reaksi cepat dari pihak yang tak bertanggung jawab.

Pasalnya juga kapolsek Matur Kab. Agam Ipda Hijrul Aswad  diduga mengintimidasi wartawan.
Pada tanggal 15 mei 2018 sekira pukul 11. 30 wib Kapolsek Matur IPDA Ijrul Aswad  menghubungi wartawan RN via ponsel , mempertanyaakan pemberitaan yang tayang pada tanggal 14 mei tersebut, dengan mengucapkan kalimat, “jangan cari gara – gara dengan saya ya, wartawan tak beretika, besok jumpai saya baik – baik di kantor saya ya ” Sambil memutuskan teleponya.

Pada tanggal 17 mei 2018 wartawan RN mengkonfirmasi senioritas pratisi hukum Suhatri, SH. Via ponselnya, Suhatri Mengatakan hal ini sudah melanggar Undang – Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak  ancamannya Pasal 81 (1) setiap orang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling  singkat 3 (tiga) tahun dan  denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Sambungnya lagi Suhatri, jika ada oknum penyidik Polsek Matur diduga tidak independensi dalam menangani kasus maka pihak pelapor bisa melaporkan penyidik ke propam polda Sumbar tuturnya kepada RN.

Ipda Hijrul Aswad

Pada hari yang sama RN juga meminta tanggapa Directur Eksekutif BIDIK RI Sam Tanjung selaku pemerhati hukum.
Minta Kapolda Sumbar perintahkan Polres Agam  ambil alih kasus dugaan pemerkosaan anak dibawah umur yang diduga pelakunya oknum datuak simarajo nan labiah, kasus ini harus ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Agam , hukum harus tegak bagi siapa saja tidak memandang pemangku adat jika seseorang pelakunya adalah seorang datuak pemangku adat kata sam.

Wakil Ketua Aliansi Wartawan Republik Indonesia (AWRI) Muhammad Nasir, mengecam tindakan Kapolsek Matur yang diduga menyampaikan kalimat yang tidak berdisplin kepada mitra Polri . Undang – Undang RI Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pokok Pers Pasal 6 Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut :
a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;
b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan;
c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar;
d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum;
e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Surat Tanda Penerimaan Laporan  Nomor : STPL/ 10 / IV/ K/2018 Sek. Matur  yang tertuang dalam surat tersebut,  yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa pada hari ini minggu 29 april 2018  sekira pukul 10.00 wib, telah datang ke polsek matur seorang laki – laki berkebangsaan indonesia  melaporkan bernama “Janahar”  tempat tanggal lahir  lubuak gadang 03 april 1966 jenis kelamin laki – laki pekerjaan wiraswasta  alamat jorong lubuak gadang nagari IV Koto Palambayan Kec. Palambayan Kab. Agam.

Kronologis uraian singkat kejadian,  benar pada hari kamis tanggal 26 april 2018 telah terjadi kejahatan terhadap kesusilaan terhadap gadis dibawah umur yang bernama RS (Korban)  yang dilakukan oleh TERLAPOR (Datuak Simarajo Nan Labiah) di Rumah TERLAPOR di Jorong Katapiang Nagari Lawang Kec. Matur Kab. Agam tempat korban bekerja sebagai asisten rumah tangga  (Pembatu Rumah Tangga ), kejadian ini diberitahukan oleh korban kepada PELAPOR (Orang tua korban) sewaktu pulang kampung bahwa TERLAPOR ( Datuak Simarajo Nan Labiah) memasuki kamar tidur korban dan menutup pintu dan jendelanya dari dalam, TERLAPOR membuka secara paksa semua pakaian korban dan mengajaknya berhubungan suami istri tersebut namun TERLAPOR memaksa dan menutup mulut si korban agar tidak berteriak di dalam kamarnya dan langsung melakukan hubungan suami istri secara paksa terhadap korban yang masih dibawah umur.

Korban menceritakan pula kepada PELAPOR (orang tua korban) bahwa kejadian ini sudah berulang kali yaitu sebanyak 3 x  (tiga kali) di hari yang berbeda pada waktu menjelang siang  hari pada pukul 09.00 wib disaat istri TERLAPOR pergi bekerja ke Puskesmas Matur.
Atas kejadian tersebut PELAPOR (orang tua korban) melaporkannya ke Polsek Matur guna proses hukum lebih lanjut.
(Tim)