Mariyo Karompaes Campur Tangan Dalam Pengadaan Tanah ?

Lampung Timur, RN Bagai mengurai benang kusut dalam proses jual beli atau pengadaan tanah dengan luas sekitar 25,8 hektar milik masyara...

Lampung Timur, RN

Bagai mengurai benang kusut dalam proses jual beli atau pengadaan tanah dengan luas sekitar 25,8 hektar milik masyarakat petani warga Desa Tanjung Kencono Kecamatan Way Bungur yang rencananya untuk kegiatan industri produksi tepung tapioka.

Selain uang untuk biaya jasa makelar atau broker yang diduga tidak dibayar, ternyata hasil penjualan tanah terindikasi dipotong Rp. 1 juta perbidang untuk biaya surat menyurat, infak dan santunan. 

Ada lagi uang masyarakat dengan nilai puluhan hingga ratusan juta diduga tidak dibayar, sehingga kesemua uang itu diduga digelapkan oleh Samsul Arifin Kepala Desa Tanjung Kencono dan Niki Hariyanto. Niki mitra dengan PT. Sorini industri tapioka di Desa Tambah Subur Kecamatan Way Bungur bersama Muhammad Akin

"Pembayaran tanah masyarakat ada yang dikurangi seperti punya Mardiana 50 juta, Jumirah 50 juta, Anto 30 juta, Mahfud 100 juta tapi ditutup sementara (ditalangi oleh Narmi). Masih ada lagi yang belum ngomong." ungkap Akin yang beralamat di Desa Kedaton I Kecamatan  Senin, 11/3 jam 09:35 WIB melalui WhatssApp.

Selanjutnya, juga ada uang dengan nilai puluhan hingga ratusan juta rupiah yang diduga berasal dari hasil pengurangan ukuran luas tanah masyarakat penjual yang diduga dilakukan oleh Samsul Arifin dan Niki Hariyanto.

"Tanah yang dikurangi ukuranya (milik) Misgiono dari luas 7450 m2 menjadi 6250 m2 dikurangi 1200 m2, Jaino, Sudra dan masih ada lagi,"papar Muhammad Akin wakil Mk

Disaat pengukuran tanah yang diperjualbelikan itu terdapat daratan daerah aliran sungai (DAS) atau garis sempadan sungai (GSS) yang berjarak 50 meter dari bibir sungai Way Bungur yang juga ada dugaan dikurangi oleh Samsul Arifin dan Niki.

"Tanah DAS itu memang ada, jaraknya 50 meter dari pinggir sungai Way Bungur, saya yang angsung terjun ikut mengukur ditemani anak (Sukirno) pulang sampai jam 10 malem dilokasi."ujar Narmi warga Desa Tambah Subur Kecamatan Way Bungur.

Menurut Narmi, bukan hanya Sukamto yang diduga diminta atau dipotong Rp.5 juta oleh Samsul Arifin dan Niki akan tetapi terdapat 8 orang berikut dirinya disaat tak lagi dilibatkan oleh Samsul dan Niki.

"Yang diminta duit 5 juta itu jumlah semuanya ada 8 orang dan kalau yang lainnya (52 orang) berikut saya sendiri diminta duit 2 juta juga,"kata Narmi.

Terjadi indikasi nepotisme dalam jual beli pengadaan tanah di Desa Tanjung Kencono tersebut, karena selain Niki Hariyanto terdapat Mariyo Karompas alias Riyo anak Niki Hariyanto yang juga berperan aktif terlibat campur tangan dalam proses pembelian atau pengadaan tanah lahan kebun karet sekitar 7,500 meter persegi milik Sugiyono.

"Kemaren ada tukang handshaw datang mau tebang pohon karet, saya tanya Riyo kok jadi gini, kata Riyo sesuai surat perjanjian setiap pembelian tanah pasti berikut tanam tumbuh diatasnya, itulah salahnya saya gak minta surat perjanjian," ungkap Sugiyono Sabtu, 9/3 jam 10:00 WIB yang ditemukan saat sedang menyadap getah pohon karet ditemani istrinya.

Begitu juga dengan masyarakat warga Dusun 5 Desa Tanjung Kencono yang penghasilan dari sungai Way Bungur sebagai nelayan mengeluh, keluhan nelayan itu disampaikan kepada Mariyo Karompas. Karena kedepan akan terdampak limbah apabila dikemudian hari terwujud perusahaan tersebut berdiri melakukan kegiatan industri produksi tepung tapioka.

"Saya bilang sama Riyo, walaupun limbah gak beracun tapi jaring kami berubah warna coklat, jadi bagaimana mau dapet ikan kalau kerjanya bersihin jaring setiap diangkat. Kami di Dusun ini ada 7 orang yang usahanya tukang cari ikan, belum lagi di Desa Tambah Subur dan Tanjung Tirto." keluh Suratman Sabtu, 9/3 jam 9:30 WIB di rumahnya. (Rop/Sau)