Pandeglang, Radar Nusantara Potret kemiskinan di Tanah Air tak ada habis-habisnya. Menengok kehidupan salah satu guru di Sekolah Dasar Ne...
Pandeglang, Radar Nusantara
Potret kemiskinan di Tanah Air tak ada habis-habisnya. Menengok kehidupan salah satu guru di Sekolah Dasar Negeri Karya Buana 3 bernama Nining Suryani membuktikan masih banyak orang yang hidup dalam kesusahan sekalipun pengabdiannya tergolong sudah cukup lama menjadi seorang guru.
Sudah satu tahun 6 bulan, Nining mengaku guru honorer berusia 44 tahun beserta suami dan dua orang anaknya itu hidup di dalam WC (water closet) / toilet berukuran 4 x 4 meter di ujung bangunan SD Negeri Karya Buana 3 tepatnya di Jalan Mega Camara Km 10 Kampung Cimapag RT 004 /RW 004 Desa Karyabuana Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
Baca :
https://www.radarnusantara.com/2019/07/crime-prevention-kapolres-tangerang.html
Nining Suryani beserta keluarga terpaksa tinggal di tempat yang sempit dan pengap tersebut lantaran kondisi ekonominya yang tidak memungkinkan untuk menyewa kontrakan ataupun memiliki rumah sekalipun ia mengaku memiliki lahan yang cukup untuk dibuat rumah.
Didalam ruangan ada 2 kamar toilet, satu untuk dewan guru, dan satu lagi buat murid serta ada ruang untuk sholat berukuran 1 X 2 meter dan sedikit tempat untuk menyimpan kompor untuk memasak, "ungkap Nining ke awak media radarnusantara.com saat ditemui ditempatnya dan ditemani suaminya Ebi Husaebi, Jumat (12/7/2019).
"Saya menyulap ruangan WC menjadi sebuah kamar kecil untuk beristirahat, dan juga dapur untuk tempat memasak walaupun hanya tidur beralaskan selembar tikar yang ditaruh diubin tapi tetap nyaman namun mengingat tempatnya yang sempit akhirnya kami bikin emper lagi kebelakang buat kamar tidur dan warung untuk suami jual jajanan gorengan buat anak - anak sekolah, "imbuhnya.
Dirinya berharap agar pihak pemerintah bisa membantu kesulitan yang dialami sekarang ini terutama tempat tinggal yang layak mengingat penghasilan jadi guru honorer jauh dari kata cukup apalagi saat ini suaminya tak bekerja.
"Saya sudah mengabdikan diri menjadi guru honorer di SD Negeri Karyabuana 3 kurang lebih sudah 15 tahun namun hingga sekarang nasib saya belum beruntung masih tetap jadi guru honorer belum menjadi PNS, "paparnya sedih.
Terpisah, Drs. H. Ajat Sudrajat saat dikonfirmasi mengatakan memang betul ibu Nining tinggal di WC dibelakang Sekolah Dasar Negeri Karyabuana 3 sudah setahun lebih dan itu pun inisiatif saya sebagai Kepala Sekolah dan teman-teman, kalau
ada perumahan sekolah pasti saya bantu tempatkan diperumahan namun karena tidak ada akhirnya terpaksa tinggal disana,"jelasnya, Sabtu (13/7/2019).
"Seorang guru walaupun masih tergolong honorer sebetulnya memang tidak layak tinggal di WC Sekolah namun karena keadaan tidak memiliki rumah akhirnya terpaksa tinggal menetap disana, "jelasnya.
Baca juga :
https://www.radarnusantara.com/2019/07/melalui-ldkm-bem-stkip-mencetak.html
Ajat menambahkan bahwa Nining adalah guru honorer yang aktif di sekolah bahkan saya pun merasa capek kalau mengingatnya karena honornya hanya diberikan Rp. 350.000,- perbulan dan itupun dibayarkan setiap 3 bulan sekali.
"Saya berharap kedepan di SDN Karyabuana 3 ini ada rumah dinas dan perpustakaan juga seperti disekolah lain, sebenarnya tanah milik sekolah cukup luas ada 2009 meter dan sayapun sudah mengajukan proposal namun belum ada realisasi,"tandasnya. **(iwan RN/Yeyen.S).
Potret kemiskinan di Tanah Air tak ada habis-habisnya. Menengok kehidupan salah satu guru di Sekolah Dasar Negeri Karya Buana 3 bernama Nining Suryani membuktikan masih banyak orang yang hidup dalam kesusahan sekalipun pengabdiannya tergolong sudah cukup lama menjadi seorang guru.
Sudah satu tahun 6 bulan, Nining mengaku guru honorer berusia 44 tahun beserta suami dan dua orang anaknya itu hidup di dalam WC (water closet) / toilet berukuran 4 x 4 meter di ujung bangunan SD Negeri Karya Buana 3 tepatnya di Jalan Mega Camara Km 10 Kampung Cimapag RT 004 /RW 004 Desa Karyabuana Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
Baca :
https://www.radarnusantara.com/2019/07/crime-prevention-kapolres-tangerang.html
Nining Suryani beserta keluarga terpaksa tinggal di tempat yang sempit dan pengap tersebut lantaran kondisi ekonominya yang tidak memungkinkan untuk menyewa kontrakan ataupun memiliki rumah sekalipun ia mengaku memiliki lahan yang cukup untuk dibuat rumah.
Didalam ruangan ada 2 kamar toilet, satu untuk dewan guru, dan satu lagi buat murid serta ada ruang untuk sholat berukuran 1 X 2 meter dan sedikit tempat untuk menyimpan kompor untuk memasak, "ungkap Nining ke awak media radarnusantara.com saat ditemui ditempatnya dan ditemani suaminya Ebi Husaebi, Jumat (12/7/2019).
"Saya menyulap ruangan WC menjadi sebuah kamar kecil untuk beristirahat, dan juga dapur untuk tempat memasak walaupun hanya tidur beralaskan selembar tikar yang ditaruh diubin tapi tetap nyaman namun mengingat tempatnya yang sempit akhirnya kami bikin emper lagi kebelakang buat kamar tidur dan warung untuk suami jual jajanan gorengan buat anak - anak sekolah, "imbuhnya.
Dirinya berharap agar pihak pemerintah bisa membantu kesulitan yang dialami sekarang ini terutama tempat tinggal yang layak mengingat penghasilan jadi guru honorer jauh dari kata cukup apalagi saat ini suaminya tak bekerja.
"Saya sudah mengabdikan diri menjadi guru honorer di SD Negeri Karyabuana 3 kurang lebih sudah 15 tahun namun hingga sekarang nasib saya belum beruntung masih tetap jadi guru honorer belum menjadi PNS, "paparnya sedih.
Terpisah, Drs. H. Ajat Sudrajat saat dikonfirmasi mengatakan memang betul ibu Nining tinggal di WC dibelakang Sekolah Dasar Negeri Karyabuana 3 sudah setahun lebih dan itu pun inisiatif saya sebagai Kepala Sekolah dan teman-teman, kalau
ada perumahan sekolah pasti saya bantu tempatkan diperumahan namun karena tidak ada akhirnya terpaksa tinggal disana,"jelasnya, Sabtu (13/7/2019).
"Seorang guru walaupun masih tergolong honorer sebetulnya memang tidak layak tinggal di WC Sekolah namun karena keadaan tidak memiliki rumah akhirnya terpaksa tinggal menetap disana, "jelasnya.
Baca juga :
https://www.radarnusantara.com/2019/07/melalui-ldkm-bem-stkip-mencetak.html
Ajat menambahkan bahwa Nining adalah guru honorer yang aktif di sekolah bahkan saya pun merasa capek kalau mengingatnya karena honornya hanya diberikan Rp. 350.000,- perbulan dan itupun dibayarkan setiap 3 bulan sekali.
"Saya berharap kedepan di SDN Karyabuana 3 ini ada rumah dinas dan perpustakaan juga seperti disekolah lain, sebenarnya tanah milik sekolah cukup luas ada 2009 meter dan sayapun sudah mengajukan proposal namun belum ada realisasi,"tandasnya. **(iwan RN/Yeyen.S).
COMMENTS