Pandeglang, Radar Nusantara Potret kemiskinan di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten seolah tak ada habisnya, hidup dalam garis kem...
Pandeglang, Radar Nusantara
Potret kemiskinan di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten seolah tak ada habisnya, hidup dalam garis kemiskinan bukanlah keinginan namun hal itu kerap ditemui hampir di semua desa dan kecamatan, salah satunya di Desa Cililitan Kecamatan Picung.
Kepada awak media, Rusdi warga Kp. Kadukalahang Desa Cililitan saat ditemui dikediamannya mengaku satu keluarga dengan 3 anak tinggal di gubug reyot kira-kira sudah 12 tahun, dengan ukuran bangunan 4x5 M2, berlantai tanah, atap dan dindingnya sudah bolong tanpa kamar mandi.
"kondisi saya sedang menganggur ditambah situasi sekarang sedang terdampak Covid-19, untuk memperbaiki rumah saat ini belum mampu bahkan untuk makan saja kesulitan terkadang ngutang ke tetangga atau nunggu kiriman anak yang bekerja kuli kasar di jakarta, tutur Rusdi. Kamis, (16/7/2020).
Dikatakan Rusdi, bahwa kerjanya serabutan tidak memiliki pekerjaan yang jelas hanya menunggu perintah orang untuk kuli harian jika tak ada yang nyuruh "ya saya hanya nganggur, buat makan saja kekurangan namun Alhamdulillah selama ini telah dibantu oleh pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH), sehingga kami merasa terbantu untuk biaya pendidikan 2 (dua) anak saya yang masih di SMP," imbuhnya.
Hasil pantauan, rumah Rusdi kondisinya sangat mengkhawatirkan yang hampir ambruk karena bangunan yang terbuat dari kayu dan bambu ini kondisinya sudah rapuh dan sudah tidak layak huni, melihat fisik rumah khawatir ambruk dan tentunya mengancam jiwa penghuninya.
Di tempat yang sama, Wati (49) adalah istri Rusdi mengaku " saya sehari hari demi membantu kebutuhan keluarga untuk beli beras karena suami sering menganggur kadang-kadang kuli nyuci baju tetangga itupun klo ada yang nyuruh, " paparnya.
"Selama di sini sudah beberapa kali ganti Lurah namun dari pihak pemerintah belum ada perhatian, bahkan sekedar melihat kondisi kami belum pernah seperti Kepala Desa , Camat dan TKSK belum pernah kesini, "imbuhnya.
Ia juga menyampaikan bahwa memang dulu pernah di pintai data oleh Ketua RT di foto dan lain namun sampai sekarang belum ada apa-apa, Pernah ada yang kemari yaitu dari pihak kepolisian sewaktu bulan puasa kemarin dan alhamdulillah memberikan bantuan sembako, kami sangat senang dan terima kasih kepada Jajaran Polsek Picung yang sudah memperhatikan kami.
"Saya ini dapat bantuan PKH tapi kan itu mah kebutuhan anak sekolah, saya kan punya anak yang sekolah di tingkat SMP 2 orang, Saya berharap adanya perhatian dari pemerintah berupa RTLH, tolong ajukan, "pintanya.
Di tempat terpisah, TKSK Kecamatan Picung Rohadi, Menjelaskan "Terkait kondisi warga Desa Cililitan yang bernama Rusdi, TKSK Picung tidak mengetahui karena belum adanya laporan berbentuk proposal,
Di samping itu karena ruang lingkup tugasnya se-Kecamatan, itu mestinya di ajukan dari pihak Desa melalui TKSK dan buatkan proposalnya oleh Desa kemudian secepatnya akan kami ajukan ke Dinas sosial,
"Adapun realisasi dan tidaknya itu adalah kewenangan Dinas dirinya hanya mengajukan dan mengawal proposal, Kendati demikian Kami akan selalu dorong dan perjuangkan supaya terealisasi mengingat klo di lihat kondisinya memang sangat memperihatinkan"
tutupnya. (EB/Wans).
Potret kemiskinan di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten seolah tak ada habisnya, hidup dalam garis kemiskinan bukanlah keinginan namun hal itu kerap ditemui hampir di semua desa dan kecamatan, salah satunya di Desa Cililitan Kecamatan Picung.
Kepada awak media, Rusdi warga Kp. Kadukalahang Desa Cililitan saat ditemui dikediamannya mengaku satu keluarga dengan 3 anak tinggal di gubug reyot kira-kira sudah 12 tahun, dengan ukuran bangunan 4x5 M2, berlantai tanah, atap dan dindingnya sudah bolong tanpa kamar mandi.
"kondisi saya sedang menganggur ditambah situasi sekarang sedang terdampak Covid-19, untuk memperbaiki rumah saat ini belum mampu bahkan untuk makan saja kesulitan terkadang ngutang ke tetangga atau nunggu kiriman anak yang bekerja kuli kasar di jakarta, tutur Rusdi. Kamis, (16/7/2020).
Dikatakan Rusdi, bahwa kerjanya serabutan tidak memiliki pekerjaan yang jelas hanya menunggu perintah orang untuk kuli harian jika tak ada yang nyuruh "ya saya hanya nganggur, buat makan saja kekurangan namun Alhamdulillah selama ini telah dibantu oleh pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH), sehingga kami merasa terbantu untuk biaya pendidikan 2 (dua) anak saya yang masih di SMP," imbuhnya.
Hasil pantauan, rumah Rusdi kondisinya sangat mengkhawatirkan yang hampir ambruk karena bangunan yang terbuat dari kayu dan bambu ini kondisinya sudah rapuh dan sudah tidak layak huni, melihat fisik rumah khawatir ambruk dan tentunya mengancam jiwa penghuninya.
Di tempat yang sama, Wati (49) adalah istri Rusdi mengaku " saya sehari hari demi membantu kebutuhan keluarga untuk beli beras karena suami sering menganggur kadang-kadang kuli nyuci baju tetangga itupun klo ada yang nyuruh, " paparnya.
"Selama di sini sudah beberapa kali ganti Lurah namun dari pihak pemerintah belum ada perhatian, bahkan sekedar melihat kondisi kami belum pernah seperti Kepala Desa , Camat dan TKSK belum pernah kesini, "imbuhnya.
Ia juga menyampaikan bahwa memang dulu pernah di pintai data oleh Ketua RT di foto dan lain namun sampai sekarang belum ada apa-apa, Pernah ada yang kemari yaitu dari pihak kepolisian sewaktu bulan puasa kemarin dan alhamdulillah memberikan bantuan sembako, kami sangat senang dan terima kasih kepada Jajaran Polsek Picung yang sudah memperhatikan kami.
"Saya ini dapat bantuan PKH tapi kan itu mah kebutuhan anak sekolah, saya kan punya anak yang sekolah di tingkat SMP 2 orang, Saya berharap adanya perhatian dari pemerintah berupa RTLH, tolong ajukan, "pintanya.
Di tempat terpisah, TKSK Kecamatan Picung Rohadi, Menjelaskan "Terkait kondisi warga Desa Cililitan yang bernama Rusdi, TKSK Picung tidak mengetahui karena belum adanya laporan berbentuk proposal,
Di samping itu karena ruang lingkup tugasnya se-Kecamatan, itu mestinya di ajukan dari pihak Desa melalui TKSK dan buatkan proposalnya oleh Desa kemudian secepatnya akan kami ajukan ke Dinas sosial,
"Adapun realisasi dan tidaknya itu adalah kewenangan Dinas dirinya hanya mengajukan dan mengawal proposal, Kendati demikian Kami akan selalu dorong dan perjuangkan supaya terealisasi mengingat klo di lihat kondisinya memang sangat memperihatinkan"
tutupnya. (EB/Wans).
COMMENTS