Diduga Raib Dana Bumdes Galesong Baru, Akhirnya Mati Suri

Takalar, RN Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) merupakan suatu badan usaha yang dibentuk oleh pemerintah desa dan pengelolaannya melalui pengur...

Takalar, RN

Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) merupakan suatu badan usaha yang dibentuk oleh pemerintah desa dan pengelolaannya melalui pengurus yang dipilih dari Musyawarah Desa (Musdes) sesuai Peraturan Menteri Desa (PDT) dan Tertinggal No. 4 tahun 2015.

Pengelolaan anggaran penyertaan dana Bumdes yang dikelolah secara terpisah oleh pengurus terpilih, dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan peningkatan usaha masyarakat desa dalam mengelolah potensi yang ada di desa.

Sumber dana yang berasal dari anggaran dana penyertaan Bumdes sesuai Musyawarah Desa (Musdes) dan di manfaatkan untuk sebesar-besar dalam meningkatkan potensi usaha di desa, demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat desa.

Namun, lain halnya terjadi di Desa Galesong Baru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, anggaran penyertaan Bumdes anggaran tahun 2019 sebesar Rp. 100 juta dan anggaran tahun 2020 sebesar Rp. 50 juta diduga raib alias entah kemana.

Pasalnya, anggaran dana penyertaan Bumdes Desa Galesong Baru yang dianggarkan tahun 2019 dan tahun 2020 diduga tidak lagi berada di bendahara Bumdes oleh pengurus entah kemana dan diketahui sampai saat ini tidak lagi berjalan alias Mati Suri.

Nampak, tempat yang dijadikan Kantor Bumdes yang dibangun beberapa tahun lalu telah diresmikan oleh Bupati Takalar dibulan Januari 2020 tidak lagi berjalan dan tertutup serta terkunci gembok.

Bendahara Bumdes Galesong Baru Asriani saat ditemui di rumah kediaman bersama Ketua Bumdes Salla Nur Dg. Nyonri untuk dikonfirmasi terkait hal tersebut, mengatakan Bumdes sudah lama tidak lagi berjalan, oleh karena persaingan usaha di sekitar Kantor Desa dan barang-barang yang sudah dibelanjakan semua kadaluarsa, Senin 23 Agustus 2021.

Selain itu, Dg. Nyonri panggilan akrab membenarkan Bumdes yang dia kelolah sejak beberapa tahun lalu tidak lagi berjalan dan entah kemana anggaran yang dikelolah serta begitu banyak aparat yang menggunakan dana untuk pinjam pakai.

"Sudah lama tidak lagi berjalan, karena bagaimana tidak persaingan penjualan harga dan orang selalu mau belanja mencari lebih murah lagi pula barang-barang sudah pada kadaluarsa", ungkap Ketua Bumdes.

Lebih lanjut, "Mengenai anggaran dikas kondisi keuangan Bumdes, pemerintah desa dan aparatnya banyak yang sudah berutang, tapi belum juga dikembalikan", ungkap Ketua dan Bendahara desa.

Sementara itu, mantan Pj. Kepala Desa Galesong Baru Yusuf Dg. Naba yang dikonfirmasi terkait hal tersebut, mengatakan dirinya menjabat di tahun 2019 - 2020 dan modal Bumdes sebesar Rp. 100.000 yang dikelolah pada waktu itu berjalan beberapa bulan saja, Senin 23 Agustus 2021.

Dg. Naba yang panggilan akrab mantan Pj. Kades Galesong Baru membantah anggaran penyertaan Bumdes tahun 2020 sebesar Rp. 50 juta, akan tetapi sebesar Rp. 25 juta dan diperuntukkan sangat jelas untuk biaya pembelian barang dan kegiatan pelatihan.

Dirinya juga menambahkan, bahwa anggaran penyertaan Bumdes tahun 2020 sebesar Rp. 50 juta diduga masuk dalam perubahan anggaran, sehingga nilai besaran tidak lagi seperti itu.

"Bisa kemungkinan anggaran modal penyertaan Bumdes masuk dalam perubahan anggaran di bulan sembilan tahun 2020 bernilai sekitar lebih 20 juta, tutur mantan Pj. Desa Galesong Baru.

(Rahmat)