Dianggap Bodong, PJ Kades Diduga Jual Motor Aset Desa ke Pengepul

Pandeglang-Banten, RN  Berawal adanya informasi ditengah masyarakat soal Pemerintah Desa Waringin Kurung Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeg...

Pandeglang-Banten, RN 

Berawal adanya informasi ditengah masyarakat soal Pemerintah Desa Waringin Kurung Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang diguncang isu skandal penjualan aset desa "motor bodong" yang diduga melibatkan salah satu Pj Kades di Kecamatan Cimanggu. Dalam dugaan yang menghebohkan, PJ Kades dan jajarannya diduga menjual sepeda motor roda tiga bermerek Nozomi merupakan aset desa yang dibeli menggunakan dana desa tahun 2018 dengan nominal dikisaran Rp 25 juta. 

"Sepeda motor roda tiga bermerek Nozomi yang dibeli dari Dana Desa tahun 2018 dengan nilai Rp 25 juta kini dijual kepada pengepul sebesar Rp. 1.200.000,- dan itu terjadi sekitar dua pekan lalu. Kami menduga penjualan aset pemerintah tersebut tidak sesuai dengan mekanisme dan aturan yang berlaku", kata sumber yang minta namanya dirahasiakan ke media, Kamis (8/8/24). 

Dirinya berharap, agar pemerintah desa tidak gegabah menjual aset pemerintah desa meskipun dianggap sudah tidak layak pakai.

"Meskipun sepeda motor roda tiga milik pemerintah desa sudah rusak dan tidak layak pakai jangan dijual begitu saja, seharusnya tempuh perijinan dan bicarakan dengan BPD, perangkat desa, tokoh masyarakat, Camat Cimanggu, DPMPD Pandeglang termasuk kepada Dinas di bagian aset Pemerintah Kabupaten Pandeglang",imbuhnya. 

Sementara, Penjabat (Pj) Kepala Desa Waringin Kurung Kecamatan Cimanggu, Sarhani, SH saat dikonfirmasi tidak membantah adanya penjualan motor roda tiga. 

"Terkait sepeda motor roda tiga, itu memang milik Pemerintahan Desa Waringin Kurung tapi setelah tidak ada identitasnya dan sudah menjadi barang bekas/ tidak layak pakai", jelas Sarhani, SH ke media.

Sarhani yang juga sebagai Sekertaris Camat (Sekmat) Cimanggu menyampaikan bahwa sepeda motor tersebut tidak ada surat surat nya (bodong) sehingga tidak masuk di aset keberadaannya. Akhirnya hasil inisiatif para perangkat karena mengganggu dimanfaatkan, dibeli oleh pengepul barang bekas dengan harga Rp.1.250.000,- dan uangnya dikaskan oleh bendahara dan dipakai untuk keperluan desa lagi", pungkasnya. *(Wan).