Radar Nusantara- RIAU Apakah guru yang pandai menyimpan rasa jengkelnya merupakan guru terbaik, lalu bagaimana dengan guru yang tidak p...
Radar Nusantara- RIAU Apakah guru yang pandai menyimpan rasa jengkelnya merupakan guru terbaik, lalu bagaimana dengan guru yang tidak pernah jengkel? Tentu hal itu menjadi buah bibir masyarakat, bahwa guru yang tidak pernah jengkel kepada muridnya bukanlah seorang guru sejati. Seorang guru pasti akan mengalami rasa jengkel itu, jangankan guru di sekolah, bahkan orang tua yang menjadi guru dan pondasi utama bagi anak-anaknya juga mengalami kenjengkelan yang sama.
.
Guru yang pandai menyimpan rasa jengkelnya justru merupakan anugerah terindah dari tuhan dan suatu kesyukuran bagi si murid. Seharusnya, seorang murid yang memiliki guru yang jengkel terhadap dirinya–bersyukur—biasanya, orang yang jengkel kepada anda adalah orang yang selalu memperhatikan tingkah laku dan gerak-gerik kehidupan anda sehari-hari. Itu artinya, jengkel merupakan sesuatu yang tidak boleh dipandang dari satu sisi saja. Semakin jengkel seseorang, maka semakin terus menerus ia memperhatikan.
.
Istilah jengkel ini adalah istilah lama bukan suatu hal yang baru, mendengar istilah ini, pasti kita membayangkan bahwa jengkel adalah perilaku yang tidak baik, perbuatan yang buruk, yang mesti dijauhi. Namun pernahkah kita berpikir bahwa jengkel itu adalah hal yang terbaik, hal yang indah, dan memiliki daya tarik yang amat luar biasa?
.
Memang jengkel pada umumnya selalu dikaitkan dengan perilaku yang buruk dan tidak menarik dari pribadi seseorang tersebut. Iya, apabila semua hal itu kita pandang buruk maka buruklah ia, jika disisi lain kita pandang baik, maka ia akan menjadi pelajaran yang terbaik.
.
Seperti seorang anak yang menjengkelkan, setiap pulang dari sekolahnya selalu melempar pakaiannya di mana saja, hingga orang tuanya yang melihat perilakunya itu memukul dan menasihati karena sangat menjengkelkan sekali, padahal jika anak itu tidak menjengkelkan tentu tidak begitu si orang tua.
.
Anak yang menjengkelkan membuat orang tua (anda) yang melihatnya pun jengkel, tetapi jengkelnya orang tua adalah rasa jengkel yang khusus dan wajar dari Tuhan, yang hanya diberikan kepada orang-orang yang tepat dan diwaktu yang memang sudah tepat.
.
Seperti orang tua, guru, dosen, ustadz, dll. Mereka adalah orang-orang yang tepat yang boleh mendapatkan rasa jengkel itu, jengkel yang diberikan tuhan kepada anak didiknya. Selain itu, tidak ada jengkel yang lebih nikmat melainkan jengkelnya seorang guru terhadap muridnya. Lain daripada itu, hanya jengkel yang dapat menumbuhkan benih peperangan serta pertumpahan darah.
.
Jengkel yang dikatakan khusus yakni jengkel yang spesial yang tuhan berikan kepada orang yang spesial. Lain daripada itu, tidak ada kata "spesial". Persis saat seorang pujangga yang menulis puisi untuk kekasihnya, "Puisi ini ku tulis khusus untuk orang yang aku sayang, sebab aku menulisnya karena aku memang benar-benar cinta padanya." ini dinamakan "spesial" sebab bersifat khusus.
.
Begitulah rasa jengkel yang tuhan berikan kepada seorang guru. Menyenangkan jika rasa jengkel itu dipahami dengan rasa positif. Kejengkelan terkadang mendatangkan manfaat yang luar biasa dari seorang guru, tetapi kejengkelan guru itu juga bisa mendatangkan kesakitan yang perih sekali bagi si guru itu sendiri dan si murid. Jengkel yang berlebihan misalnya, tidak suka melihat si A, lantas membiarkannya dirinya tetap begitu-begitu saja tanpa mau menasehati atau mendorong dirinya lebih baik lagi, tentu hal ini akan mendatangkan bencana yang amat besar.
.
Pertama, kredebelitas seorang guru boleh jadi tidak dipandang lagi dalam pergaulan masyarakat karena membiarkan anak didiknya dalam kebodohan. Kedua, si murid akan menjadi orang yang tidak berkompeten dalam bidang ilmu pengetahuan. Tentu akan menambah bahaya bagi si pendidik. Salah satunya, reputasi seorang guru kian menurun di mata masyarakat. Masyarakat tidak akan percaya lagi kepada guru. Jika masyarakat tidak percaya, mau di bawa ke mana gelar guru itu?
.
Di sinilah letak pentingnya rasa jengkel seorang guru kepada muridnya. Jengkelnya seorang guru bisa mendatangkan kebaikan serta hikmah yang besar pada si murid. Seperti jengkelnya orang tua kepada anak, orang tua memarahi anaknya jangan bermain pisau, tentu akan bermanfaat sekali, agar si anak tidak luka. Kejengkelan seorang guru juga begitu, saat guru jengkel melihat muridnya tidak pernah mengerjakan PR, apakah guru tetap membiarkan murid itu dalam kemalasannya, persis seperti orang tua memarahi anaknya jangan bermain pisau, apakah orang tua itu tetap juga membiarkan anaknya bermain pisau, membiarkan ia luka sampai anak itu mati dalam lukanya, membiarkan murid itu bodoh dan mati dalam kebodohannya?
.
Hamka rahmatan alaih mengatakan di dalam bukunya "Pribadi Hebat" yang di terbitan pada tahun 1950. "Orang yang berjiwa besar bukan tidak tahu ada yang buruk dalam dunia ini. Akan tetapi, kebesaran jiwanya dan keteguhan pribadinya menyebabkan dia memandang dunia ini dari sisi yang baik. Hal itu dinamakan pengharapan."
.
Artinya adalah pandangan yang baik terhadap hidup ini (jengkel) dapat menimbulkan akal, ilham, serta membuka jalan untuk memperbaharui hidup. Sedangkan prasangka yang buruk menimbulkan malas dan lalai.
.
Sifat jengkel seorang guru kepada muridnya itu bukankah suatu keburukan, jika kita memandangnya dari sisi yang baik. Sifat jengkel itu merupakan suatu kewajaran antara guru kepada murid, orang tua kepada anak, namun tetap pada koridor jengkelnya seorang guru atau orang tua, bukan jengkelnya seorang preman.
.
Pepatah Arab mengatakan :
"Aqbil 'Alan nafsi wastakmil fadhaailahaa.
Fa anta bin nafsi laa biljismi insanu."
(Hadapkan perhatian kepada jiwa
Tegakan sempurna budi utama
Dengan jiwamu bukan dengan tubuh
Engkau akan sempurna menjadi insan.)
.
Begitulah hendaknya jengkel itu dilihat, hadapkan semua itu kepada jiwa dan budi, bukan kepada tubuh atau hawa nafsu. Maka ia akan menjadi jengkel yang terbaik yang dapat merubah sesuatu yang buruk menjadi mulia.
.
Janganlah seperti seorang filsafat terkenal, Nietsche, yang memandang hidup ini dari satu sisi saja, sisi buruk. Padahal hidup ini mesti dipandang dari dua hal, baik dan buruk. Jika diharuskan untuk memilih antara keduanya maka pilihlah jalan yang terbaik.
.
Sebab Al-Qur'an sendiri menjelaskan :
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu, (jalan) kefasikan dan ketaqwaan," (QS.91:8)
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
"sesungguhnya beruntunglah, orang yang mensucikan jiwa itu," (QS.91:9)
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
"dan sesungguhnya, merugilah orang yang mengotori-nya." (QS.91:10)
_______________________________________
*Selamat Hari Guru*
*Terima kasih atas kejengkelanmu kepadaku*
*Terima kasih didikannya*
*Semoga Allah Memberikanmu
Kebaikan dan keberkahan dalam hidup ini*
Penulis:Apriyawan” mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif kasim Riau
COMMENTS