RADAR NUSANTARA NEWS

Purwakarta RN,. Waktu aku masih kecil ketika masih dud uk dibangku kelas satu SD sekira tahun 80an, pada zaman hits sang legenda musik I...

Purwakarta RN,.
Waktu aku masih kecil ketika masih dud uk dibangku kelas satu SD sekira tahun 80an, pada zaman hits sang legenda musik Iwan Fals atau grup band Koes Plus yang lehih dulu populer. Guruku memberikan pertanyaan, apa cita-cita kalian kalau sudah besar nanti? dengan sikap gagah berani dan suara yang lantang, aku pun menjawab, aku ingin jadi ABRI. Begitupun beberapa teman sekelasku, ada yang menjawab bercita-cita ingin menjadi ABRI juga. Ada yang ingin jadi Presiden. Sebagian anak ingin jadi POLISI. Sebagian anak perempuan ingin menjadi Dokter. Wah wah... hebat kalian semua, seru pak guru. Dari jawaban ingin menjadi ABRI dan ingin menjadi POLISI timbulah percekcokan mulut antar anak SD yg berbeda cita-cita tersebut. Teman ku yang ingin jadi POLISI mengatakan bahwa kalo jadi POLISI nanti punya pistol buat nembak penjahat sedangkan aku dan temanku yg ingin jadi ABRI balas mengatakan kalo jadi ABRI nanti punya senjata bren sama bazoka buat menghancurkan musuh kaya di film Rambo yang kala itu jadi idola sebagai tentara Amerika yang jagoan. Percekcokan anak kelas satu SD itu kemudian ditengahi oleh pak guru. Kata pak guru kalo cita-cita mau jadi ABRI atau mau jadi POLISI adalah hebat karena tugasnya sama-sama membasmi kejahatan dan melindungi rakyat serta membela negara.

Akan tetapi alangkah terkejutnya andai kata pak guru masih hidup di zaman sekarang. Pak guru akan sedih bahkan mungkin akan marah karena kejadian ABRI yang kini bernama TNI dikeroyok oleh para juru parkir yang dapat dikatakan liar karena bukan petugas parkir dari Unit Pengelola Teknis (UPT) Perparkiran Dishub Pemprov DKI. Kasus pengeroyokan anggota TNI yang berseragam dinas Loreng oleh para juru parkir terjadi di depan pertokoan Arundina, Ciracas, Jaktim, Senin (10/12/2018) menjadi berita viral di media sosial.

Yang tak habis pikir dari kasus pengeroyokan tersebut adalah bahwa masyarakat sudah sangat begitu brutal sampai berani mengeroyok anggota TNI berseragam Loreng. Apakah masyarakat yang berprofesi sebagai juru parkir tersebut dalam pengaruh minuman keras beralkohol atau bahkan dalam pengaruh narkoba??. Itu menjadi tugas Polisi dalam pengembangan kasus tersebut, apakah para juru parkir itu dalam pengaruh miras atau  bahkan menggunakan narkoba??
Disini tugas Polisi untuk memberantas pengguna miras ilegal dan sikat habis yang namanya narkoba. Dan juga tugas Gubernur DKI Anies Baswedan untuk menertibkan juru parkir liar yang hanya memungut jasa parkir tanpa mempedulikan keamanan kendaraannya.

Buat yang terhormat bapak -bapak Polisi jangan terus menjadikan hukum itu tajam ke bawah akan tetapi tumpul ke atas. Kasus pengeroyokan  yang kemudian hanya selesai dengan jalan damai diatas materai adalah hukum kekeluargaan. Akan tetapi harga diri martabat bangsa dan negara yang seenaknya dikoyak oleh juru parkir atau lebih layak dikatakan preman pungli!!. Masa Polisi harus kalah sama preman parkiran, atau jangan-jangan ada upeti untuk oknum Polisi??
Bukan karena TNI cemburu gara-gara Polisi kaya-kaya.

Masalah pengeroyokan bagi seorang anggota TNI adalah sangat tidak berarti apa-apa, sepele brow...,  baru apabila menghadapi KKB/OPM, GAM, PKI, atau teroris Poso itu makanan TNI.  Disinilah harga diri Simbol Negara yaitu sergam Loreng dipertaruhkan. Dengan seragam Loreng,Trimatra TNI adalah satu jiwa yaitu Jiwa Korsa yang dipersatukan oleh Seragam Loreng. Satu Loreng disakiti maka seluruh rakyat Indonesia akan bangkit siap membela. Jangan coba-coba TNI dibenturkan dengan rakyat!!
Seperti acara Silaturahmi Akbar Mujahid 212, TNI dengan seragam Loreng dan senjata disandang dengan gagahnya, bersama jutaan umat muslim berbagi kebahagian, beribadah berjamaah, makan minum bersama. TNI lahir dari rakyat, TNI  dengan Rakyat selalu bersatu demi kokohnya NKRI. Bravo Tentara Nasional Indinesia.
(SBN/AYA/TEAMRED).
Area lampiran