Tanah Petani dan Garis Sempadan Sungai Dikurangi Mafia ?

Lampung Timur, RN. Akin adalah wakil dari Ju dan BW pembeli tanah seluas 25,8 hektar di Desa Tanjung Kencomo Kecamatan Way Bungur senila...

Lampung Timur, RN.
Akin adalah wakil dari Ju dan BW pembeli tanah seluas 25,8 hektar di Desa Tanjung Kencomo Kecamatan Way Bungur senilai Rp.13 miliar. Ia mengungkapkan tentang semua perihal, berawal dari menghubungi Sauji, dari Bandar Lampung Sauji menganjurkan mendatangi Samsul Arifin Kepala Desa Tanjung Qencono. Lalu survei ke lokasi lahan, negoisasi dan ikut mengukur dataran garis sempadan sungai (GSS) 8 hektar.
Akan tetapi, terindikasi akibat tidak pegang komitmen khususnya pembagian uang biaya jasa provisi kurtase untuk makelar broker akhirnya berantakan.
Penyebabnya terindikasi akibat Samsul dan Niki diduga tidak adil melainkan uang masuk kantong pribadi mereka berdua. Niki adalah pengelola pabrik tepung tapioka Sorini yang berlokasi di Desa Tambah Subur Kecamatan Way Bungur.

"Ini blundernya Samsul, nanti baru ke Niki, itu pembagian tadinya jelas untuk Sauji, Aku dan Narmi. Aku di kantor sama Niki, Niki itu janji kalau proyek itu tembus, nilai sekian dibuang (dibagi) untuk Samsul, untuk kita. Begitu tembus 10 ribu per meter dikalikan tanah darat 17,8 hektar itu masuk kas dia, tanah rawa 8 hektar masuk dia. Data tanah ada semua sama saya 25,8 hektar, Aku yang ngukur dasar pertama, Samsul ada."ungkap Akin.

"Proyek ini yang buat Aku sama Niki, yang kerja itu saya dari SB 16 terakhir ditempat Samsul, diel, karena dia udah di permafiaan tanah, cari yang murah. Dia nanya DAS itu, panjangnya ada 10-an hektar. Nanti selip tapi selip itu rumus, dari tanah masyarakat selip, intinnya disitu. Janji dia sama saya lumayan, janji sama Narmi dibelikan mobil inova, naik haji dan plus duit. Sebenernya dari duit itu ada yang dibagikan udah diem semua."

"Jadi tanah itu ada yang mendatangi, ada yang punya, mana silsilahnya, di ukur di laporkan dengan jelas. Yang dapat duit ini, ini, ini, yang lain - lain cuma operasional. Padahal (saya) tau semua harga per meter terus dijual sekian. Itu cuma rundingan, yang pokok saya sama Samsul dan Niki, Samsul gak gerak cuma tandatangan - tandatangan aja."

"Ada yang fatal, Infaq Masjid dari masyarakat tiap bidang itu ditelan dia, katanya untuk AJB. Jadi semua (biaya) surat - surat (dibiayai) dari pusat (pembeli/perusahaan) gak ada dari petani siapapun yang minta seribu rupiah pun, semua ditutup (ditanggung) perusahaan. Untuk AJB kok minta dari petani itu salah, terus ada (Pembayaran) yang dikurangi 100 punya Mahfud, 60 Ferdiana,"

"Ada 4 data, sekitar 300 yang belum dibayar Niki, ada yang ngeluarin 2,5, ada hak - hak Sauji dari Samsul, masa duit ditelan sendiri. Semua jadi sapi 200 ekor, Niki dapat mobil 2 dan 1 rumah. Samsul ganti mobil inova baru, dapet duit tanah DAS, sekarang harga yang tahu 60 cuma dia, gak ada yang tahu, Aku, Samsul sama Niki."

"Sistim keuangan saya paham, duit udah dipegang semua. Waktu itu Samsul nantang Narmi apa berani sama saya bahasanya gitu, dia itu bukan warga saya warganya pak As'ari. Infaq Masjid gak tahu, kata dia untuk AJB."

"Saya wakil juragan terima laporan, artinya betul kalau lapor ke Niki, kerjanya siang malam gak kenal hujan panas, itu tercepat 4 bulan, 5 bulan deal semua. Lama - lama nanti ketemu, kena batu bener Niki sama Samsul, Narmi juga dibohongi. Proyek itu belum berjalan, Niki mana berani nginjakkan kaki, kita tanya apa sudah beres semua, Infaq Masjid kemana, Niki ini judulnya sebab Niki ada dimana - mana, tiap daerah masuk jeruji, dimana mana kalo (Perusahaan) di pegang Niki ya pasti hancur dari Wira Tulang Bawang."tutup Akin.

Selain itu, terdapat sekitar 200 orang kepala keluarga (KK) masyarakat warga Dusun 5 Desa Tanjung Qencono Kecamatan Way Bungur tidak dimintai persetujuan atas rencana pembangunan kegiatan usaha tepung tapioka, petani nelayan yang penghasilannya dari sungai Way Bungur akan terkena dampak baik bau dan limbah meskipun tidak beracun namun merusak alat tangkap ikan nelayan berupa jaring."

"Tadinya yang dimintai tandatangan untuk izin lingkungan cuma 20 orang , didatangi satu persatu. Saya bilang ke Samsul, apa begitu caranya. Sedangkan nanti yang akan kena dampak kami. Akhirnya dikumpulin dirumah bayan (Kepala Dusun 5), tapi banyak yang gak datang. Ke Riyo (anak Niki) saya bilang, biar limbah gak ada racun tapi jaring kami berwarna coklat. Kami disini ada 7 orang cari ikan di sungai susah"kata Suratman warga Dusun 5 Desa Tanjung Kencono Sabtu, 9/3 di rumahnya.

Niki diduga kuat bekerjasama dengan Samsul  Arifin mulai dari pembebasan tanah, menggelapkan uang balas jasa atau provisi kurtase makelar broker, melakukan pungutan liar (pungli) atau memotong uang pembayaran tanah perbidang dan menggelapkan uang infaq, santunan anak yatim piatu dan orangtua jompo. Mengurangi ukuran luas tanah masyarakat. Memanipulasi data tanah, surat menyurat dan bahkan terindikasi mengurangi dataran Garis Sempadan Sungai (GSS).

Niki pada saat dikonfirmasi atau klarifikasi tidak dapat dihubungi baik melalui sambungan telepon selularnya maupun whatssapp sama halnya seperti Samsul. Sebelumnya, telah diberitakan berjudul, "Jasa Broker Tak Dibayar, Pembelian Tanah Dibatalkan" dan "Petani : Uangnya Nggak Penuh, Dipotong, Semuanya Dipotong". ?
(Rop/Sau)


Area lampiran