Pandeglang, RN Diduga akibat lambat penanganan dan kurang tanggapnya Tim Medis terhadap penanganan pasien yang terserang demam berdarah (DB...
Pandeglang, RN
Diduga akibat lambat penanganan dan kurang tanggapnya Tim Medis terhadap penanganan pasien yang terserang demam berdarah (DBD) Restu Ramadhan Bin Teguh Pendirian warga Kp. Muncang RT 001/009 Desa Labuan Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang hingga mengakibatkan meninggalnya bocah yang masih berusia 4 tahun, Minggu (26/4/20).
Agus Heriyadi sang Paman menyampaikan gara-gara ada corona banyak orang yang sakit hingga meninggal dunia, karena DBD, semua yang berobat panas, SOP nya Corona. Pasien panas yang berobat disuruh pulang lagi disarankan dirawat dirumah saja.
"Gara-gara ada corona banyak orang yang sakit hingga meninggal dunia karena DBD, semua yang berobat panas, SOP nya Corona. Pasien panas yang berobat disuruh pulang lagi disarankan dirawat dirumah," ungkapnya ke awak media, Minggu (26/4/20).
Dikatakan Agus bahwa sakit panas yang diderita Restu Ramadhan sudah tiga hari kemudian berobat ke dokter atau bidan manapun ditolak jangan ke puskesmas karena puskesmas sedang banyak virus tidak steril katanya.
"Akhirnya pasien disuruh istirahat dan dirawat dirumah. Padahal pasien DBD harus cepat mendapatkan penanganan. Begitu sudah kritis baru dirujuk ke klinik swasta. Ternyata penanganan DBD telat dan akhirnya pasien meninggal di ruang IGD,"imbuhnya.
Dokter dan bidan praktek pada tidak mau menangani, bahkan melarang ke puskesmas dengan dalih di puskesmas tidak steril, Cuma suruh bawa pulang lagi aja. tanpa diperiksa sedikit pun, ucapnya.
Pasien DBD, lanjut Agus, Restu Ramadhan sebelumnya pernah dibawa ke PKM Labuan dengan keluhan panas. dikasih obat, pulang. Lalu tadi siang dengan kondisi kritis ke PKM lagi, disuruh cek darah ke Al-Furqon dengan alasan ini hari Minggu petugas Lab tidak ada.
Namun saat IGD Klinik Al-Furqon disalahkan kenapa baru dibawa kesini saat sudah kritis begini. Lalu saat itu juga meninggal di IGD ALfurqon. Jam 11.00 wib siang tadi,” Pungkas Agus
Lukmanul Hakim selaku Ketua PC GP Ansor Pandeglang mengatakan saat ini selain virus covid-19 atau Corona, kita juga dihadapkan pada penyakit tahunan yang bernama DBD (Demam Berdarah Dengue) yang penularannya oleh nyamuk aedes aegypti, "ungkapnya ke awak media radarnusantara.com melalui telepon seluler.
"Gejala-gejala DBD yang hampir mirip dengan Corona terutama dalam hal demam tubuh, ini menjadi kendala juga tentunya dalam hal penanganan. Karena setiap orang yang demam otomatis SOP yang diterapkan adalah SOP Covid-19, " tuturnya.
Padahal kita tahu bahwa DBD dan Covid-19 penanganannya tentu berbeda. Dimana DBD harus secepatnya ditangani supaya tidak lagi berjatuhan Korban jiwa,” imbuhnya.
Dikatakan Lukman Beberapa hari ini kita dengar Korban meninggal dunia akibat DBD, karena standar penanganannya menggunakan Covid-19, tentu saja ini berdampak buruk bagi pasien DBD, karena akan mengalami lambat penanganan dan kita tahu bersama, ajal akan segera menjemput. Tanpa mengesampingkan peran yang luar biasa dari seluruh Tenaga Medis, sebagai pejuang kemanusiaan dalam memerangi Covid-19.
Ia berharap agar pihak pemerintah melalui dinas kesehatan selain fokus terhadap Covid-19 juga harus menangani penyakit lainnya termasuk DBD juga harus di perhatikan tentunya dengan penanganan yang berbeda," tandasnya. (Iwan RN).
Diduga akibat lambat penanganan dan kurang tanggapnya Tim Medis terhadap penanganan pasien yang terserang demam berdarah (DBD) Restu Ramadhan Bin Teguh Pendirian warga Kp. Muncang RT 001/009 Desa Labuan Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang hingga mengakibatkan meninggalnya bocah yang masih berusia 4 tahun, Minggu (26/4/20).
Agus Heriyadi sang Paman menyampaikan gara-gara ada corona banyak orang yang sakit hingga meninggal dunia, karena DBD, semua yang berobat panas, SOP nya Corona. Pasien panas yang berobat disuruh pulang lagi disarankan dirawat dirumah saja.
"Gara-gara ada corona banyak orang yang sakit hingga meninggal dunia karena DBD, semua yang berobat panas, SOP nya Corona. Pasien panas yang berobat disuruh pulang lagi disarankan dirawat dirumah," ungkapnya ke awak media, Minggu (26/4/20).
Dikatakan Agus bahwa sakit panas yang diderita Restu Ramadhan sudah tiga hari kemudian berobat ke dokter atau bidan manapun ditolak jangan ke puskesmas karena puskesmas sedang banyak virus tidak steril katanya.
"Akhirnya pasien disuruh istirahat dan dirawat dirumah. Padahal pasien DBD harus cepat mendapatkan penanganan. Begitu sudah kritis baru dirujuk ke klinik swasta. Ternyata penanganan DBD telat dan akhirnya pasien meninggal di ruang IGD,"imbuhnya.
Dokter dan bidan praktek pada tidak mau menangani, bahkan melarang ke puskesmas dengan dalih di puskesmas tidak steril, Cuma suruh bawa pulang lagi aja. tanpa diperiksa sedikit pun, ucapnya.
Pasien DBD, lanjut Agus, Restu Ramadhan sebelumnya pernah dibawa ke PKM Labuan dengan keluhan panas. dikasih obat, pulang. Lalu tadi siang dengan kondisi kritis ke PKM lagi, disuruh cek darah ke Al-Furqon dengan alasan ini hari Minggu petugas Lab tidak ada.
Namun saat IGD Klinik Al-Furqon disalahkan kenapa baru dibawa kesini saat sudah kritis begini. Lalu saat itu juga meninggal di IGD ALfurqon. Jam 11.00 wib siang tadi,” Pungkas Agus
Lukmanul Hakim selaku Ketua PC GP Ansor Pandeglang mengatakan saat ini selain virus covid-19 atau Corona, kita juga dihadapkan pada penyakit tahunan yang bernama DBD (Demam Berdarah Dengue) yang penularannya oleh nyamuk aedes aegypti, "ungkapnya ke awak media radarnusantara.com melalui telepon seluler.
"Gejala-gejala DBD yang hampir mirip dengan Corona terutama dalam hal demam tubuh, ini menjadi kendala juga tentunya dalam hal penanganan. Karena setiap orang yang demam otomatis SOP yang diterapkan adalah SOP Covid-19, " tuturnya.
Padahal kita tahu bahwa DBD dan Covid-19 penanganannya tentu berbeda. Dimana DBD harus secepatnya ditangani supaya tidak lagi berjatuhan Korban jiwa,” imbuhnya.
Dikatakan Lukman Beberapa hari ini kita dengar Korban meninggal dunia akibat DBD, karena standar penanganannya menggunakan Covid-19, tentu saja ini berdampak buruk bagi pasien DBD, karena akan mengalami lambat penanganan dan kita tahu bersama, ajal akan segera menjemput. Tanpa mengesampingkan peran yang luar biasa dari seluruh Tenaga Medis, sebagai pejuang kemanusiaan dalam memerangi Covid-19.
Ia berharap agar pihak pemerintah melalui dinas kesehatan selain fokus terhadap Covid-19 juga harus menangani penyakit lainnya termasuk DBD juga harus di perhatikan tentunya dengan penanganan yang berbeda," tandasnya. (Iwan RN).
COMMENTS