Gorontalo, RN Miris apa yang dialami keluarga pasangan Parno Laiya (42) dan Ningsih Isima (35), warga Desa Iloponu, Kecamatan Tibawa, Kab...
Gorontalo, RN
Miris apa yang dialami keluarga pasangan Parno Laiya (42) dan Ningsih Isima (35), warga Desa Iloponu, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Mereka tinggal di rumah yang tidak layak huni.
Di Desa Iloponu, tepatnya di Dusun Pancuran, disanalah tempat tinggal mereka. Rumah pasangan keluarga yang tidak mampu itu, nampak jelas berada di pinggir jalan raya Trans Sulawesi. Kurang lebih sekitar 1 kilo meter dari pusat Desa Iloponu, bisa sampai ke rumah tersebut.
Pantauan Media ini, kondisi rumah yang dihuni keluarga tidak mampu tersebut terbilang memprihatinkan. Bangunan rumah berdindingkan bilik bambu yang kondisinya sudah banyak berbolong. Bagian atap pun sudah lapuk, begitupun dengan tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu.
"Sedangkan ini rumah cuma ta tahan dengan tali dari pohon yang ada diatas gunung. Kalau sampai putus itu tali, rumah olo (juga) mungkin mo ta rubuh," ujar Parno, Senin (11/5/2020).
Ia mengaku, dirinya tidak mempunyai pekerjaan tetap, hanya sebagai serabutan. Apalagi disituasi pandemi Covid-19 saat ini, yang membuat dirinya harus kehilangan pekerjaan. Adapun untuk kebutuhan sehari-hari, hanya mengandalkan istrinya (Ningsih) berjualan kue.
"Kalau tidak ba jual kue, setengah mati torang (kami). Itu bahan kue cuma ada utang. Ba utang hari ini, mo bayar besok dan seterusnya bagitu," keluh Parno.
"Mo ba karja (kerja) kasana, skarang belum boleh ka luar daerah. Selain itu, saya kan biasa ba karja di tambang, tapi mo bagimana lagi, tidak boleh mo kaluar. Jadi terpaksa skarang saya cuma ba bantu pa saya pe istri ba jual kue," sambung Parno.
Disamping itu, Ningsih mengaku bersyukur dengan usaha kecil yang dijalaninya itu. Ia mengatakan, itu pun kalau kuenya laku, uangnya dipakai untuk membeli beras dan membayar bahan kue, serta keperluan 4 orang anaknya untuk sekolah.
"Kalau tidak laku, cuma bisa ba sabar (bersabar)," pungkas Ningsih.
Diketahui, pasangan keluarga Parno dan Ningsih dikaruniai 4 orang anak yang masih berstatus pelajar/siswa, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki.
Sebelumnya, Ningsih si penjual kue tersebut sempat viral di Media Sosial (Medsos) Facebook (FB) yang diunggah oleh pemilik akun bernama Maryam Singo di group Portal Gorontalo, Minggu (10/5/2020) kemarin. Postingan tersebut mendapat ribuan tanggapan dan komentar dari warganet.
"Klu dapa liya ti ibu ini ati
Bili ksana depe kue ati.
Cumn bikin sayg b jual kue.biar ujang dia b jual.demi b bili baras for depe anak ada 4 ati.
Klu tidk b jual kata tidk mo dpa makan.
Sedang itu bahan lo kue cuman dia mo utang ati.bru dpe untung dia mo bili akan baras ati.ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜..
Sedang depe rumah cuman tatahan denk tali dari gunungðŸ˜
Cuman bikin sayang ati oloo.
Ada ma lele saya p air mata dapa liya dorng pe rumah.ðŸ˜ðŸ˜..
Bagi2 ibu2 atau sapa saja dapa liya ini orang b bili ksna depe kue ati .😥.
Alamat.li ibu ini.
Desa iloponu.
Kecamatan tibawa.
Pas bku muka tempat jualan milu rebus," tulis Maryam Singo dalam postingannya tersebut. (RRK)
Miris apa yang dialami keluarga pasangan Parno Laiya (42) dan Ningsih Isima (35), warga Desa Iloponu, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Mereka tinggal di rumah yang tidak layak huni.
Di Desa Iloponu, tepatnya di Dusun Pancuran, disanalah tempat tinggal mereka. Rumah pasangan keluarga yang tidak mampu itu, nampak jelas berada di pinggir jalan raya Trans Sulawesi. Kurang lebih sekitar 1 kilo meter dari pusat Desa Iloponu, bisa sampai ke rumah tersebut.
Pantauan Media ini, kondisi rumah yang dihuni keluarga tidak mampu tersebut terbilang memprihatinkan. Bangunan rumah berdindingkan bilik bambu yang kondisinya sudah banyak berbolong. Bagian atap pun sudah lapuk, begitupun dengan tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu.
"Sedangkan ini rumah cuma ta tahan dengan tali dari pohon yang ada diatas gunung. Kalau sampai putus itu tali, rumah olo (juga) mungkin mo ta rubuh," ujar Parno, Senin (11/5/2020).
Ia mengaku, dirinya tidak mempunyai pekerjaan tetap, hanya sebagai serabutan. Apalagi disituasi pandemi Covid-19 saat ini, yang membuat dirinya harus kehilangan pekerjaan. Adapun untuk kebutuhan sehari-hari, hanya mengandalkan istrinya (Ningsih) berjualan kue.
"Kalau tidak ba jual kue, setengah mati torang (kami). Itu bahan kue cuma ada utang. Ba utang hari ini, mo bayar besok dan seterusnya bagitu," keluh Parno.
"Mo ba karja (kerja) kasana, skarang belum boleh ka luar daerah. Selain itu, saya kan biasa ba karja di tambang, tapi mo bagimana lagi, tidak boleh mo kaluar. Jadi terpaksa skarang saya cuma ba bantu pa saya pe istri ba jual kue," sambung Parno.
Disamping itu, Ningsih mengaku bersyukur dengan usaha kecil yang dijalaninya itu. Ia mengatakan, itu pun kalau kuenya laku, uangnya dipakai untuk membeli beras dan membayar bahan kue, serta keperluan 4 orang anaknya untuk sekolah.
"Kalau tidak laku, cuma bisa ba sabar (bersabar)," pungkas Ningsih.
Diketahui, pasangan keluarga Parno dan Ningsih dikaruniai 4 orang anak yang masih berstatus pelajar/siswa, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki.
Sebelumnya, Ningsih si penjual kue tersebut sempat viral di Media Sosial (Medsos) Facebook (FB) yang diunggah oleh pemilik akun bernama Maryam Singo di group Portal Gorontalo, Minggu (10/5/2020) kemarin. Postingan tersebut mendapat ribuan tanggapan dan komentar dari warganet.
"Klu dapa liya ti ibu ini ati
Bili ksana depe kue ati.
Cumn bikin sayg b jual kue.biar ujang dia b jual.demi b bili baras for depe anak ada 4 ati.
Klu tidk b jual kata tidk mo dpa makan.
Sedang itu bahan lo kue cuman dia mo utang ati.bru dpe untung dia mo bili akan baras ati.ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜..
Sedang depe rumah cuman tatahan denk tali dari gunungðŸ˜
Cuman bikin sayang ati oloo.
Ada ma lele saya p air mata dapa liya dorng pe rumah.ðŸ˜ðŸ˜..
Bagi2 ibu2 atau sapa saja dapa liya ini orang b bili ksna depe kue ati .😥.
Alamat.li ibu ini.
Desa iloponu.
Kecamatan tibawa.
Pas bku muka tempat jualan milu rebus," tulis Maryam Singo dalam postingannya tersebut. (RRK)
COMMENTS