Pangkalan Elpiji 3 Kg Budi di Desa Campakawarna Diduga Fiktif

Pandeglang, Radar Nusantara  Terungkapnya Pangkalan Maman Rukmanudin dengan pemilik Ahmad Nur beralamat di Kampung Nyalindung RT 04/01...

Pandeglang, Radar Nusantara 
Terungkapnya Pangkalan Maman Rukmanudin dengan pemilik Ahmad Nur beralamat di Kampung Nyalindung RT 04/01 Desa / Kecamatan Sindangresmi yang disuplai oleh Agen PT Mulya Putra Abadi (MPA) telah menjual ecer dengan harga diatas HET yaitu Rp.28.000,- dan juga harus nebus elpiji dengan cara membayar kontan ke Haji Aceng Cikeusik (driver) dengan harga Rp.20.000,- pertabungnya dengan jatah 400 tabung untuk setiap bulannya.

Menurut Rina (Ibu Ahmad Nur) ke awak media mengaku dari alokasi tabung elpiji tersebut harus memasok kedua desa, yaitu Desa Sindangresmi dan Desa Campaka Warna, Rabu (23/7/20) lalu.

Namun berdasarkan konfirmasi ke beberapa warga dan Kepala Desa didapati informasi tidak ada pasokan elpiji 3 kg ke Pangkalan Elpiji Budi Desa Campakawarna oleh pihak Agen PT MPA atau dari pangkalan lain hingga bertahun-tahun.

Tidak adanya pasokan tabung elpiji mirip buah melon tersebut menyebabkan langkanya peredaran elpiji 3 kilogram di tengah masyarakat Campakawarna membuat kewalahan lantaran harus mencari dan membeli gas elpiji ke desa lain  dengan harga yang lebih tinggi bahkan mencapai harga eceran Rp.30.000,- pertabungnya.

Kepada media, Karim (47) Warga Kp. Langkap Caang RT 04/01 Desa Campakawarna menyampaikan bahwa menurut teman dan Kades tentang Pangkalan Elpiji di Desa Campakawarna memang ada tapi tidak berfungsi cuma atas nama doang, kenyataannya tabung mah langka tidak dikirim-kirim selama 3 tahun, padahal Plang Pangkalan Budi mah ada dirumah tetangga yaitu teman saya bernama Pak Dacim tapi penyaluran barangnya tidak ada," Ungkapnya Karim tegas, Selasa (28/7/20).

Dikatakannya, akibat terekpos nya pangkalan Maman di Desa Sindangresmi kemarin ada orang bernama Budi mengaku pemilik pangkalan datang menemui kami dan juga Kepala Desa Campakawarna, dia berjanji mau kirim elpiji kembali dan ngajak kerjasama usaha," imbuhnya.

"Kata Budi kepada kami, dikira elpiji itu dikirim terus dan lancar lancar saja ke Desa Campakawarna dan kata saya kenapa bapak selaku pemilik Pangkalan bertahun tahun tidak kontrol padahal di Desa kami ada informasi bahwa dapat alokasi 500 tabung perbulan tetapi tidak ada kiriman, "terang Karim.

"Sebagai warga kami ingin mendapatkan kemudahan mendapatkan elpiji, selain harga murah pengiriman barangnya pun harus tepat dan jangan ada penyimpangan," harapnya.

Hal itu dibenarkan oleh Dacim, "memang benar pak, plang pangkalan Budi itu ada dirumah saya, dan seingat saya pernah dikirim satu kali namun setelah itu tidak pernah dikirim lagi hingga bertahun-tahun," kata Dacim saat ditemui di lokasi Wisata Embung Ranca Cayo Depan Kantor Desa Campakawarna.

Ditempat yang sama, Kepala Desa Campaka Warna, Awang menuturkan bahwa dirinya mengaku sering mendapat banyak keluhan dari warga desanya terkait langkanya gas elpiji 3 Kg bahkan hingga bertahun-tahun.

"Seingat saya, pada awalnya memang ada pangkalan elpiji 3 kg bernama Budi untuk di Desa Campakawarna bahkan pada awal Januari 2016 lalu ada komitmen dengan kami akan selalu mengirimkan elpiji melon tersebut namun kenyataannya tidak ada kelanjutan," ungkap Awang.

Kata dia, saat ini para pengecer atau warung dan warga harus beli ke desa lain seperti ke Desa Sindangresmi dengan harga Rp.27.000.,- pertabungnya dan dijualnya lagi mencapai Rp.30.000,- bahkan akibat mahalnya elpiji tersebut ada warga kami terpaksa menggunakan kayu bakar," paparnya.

"Saya minta kepada pemerintah dan dinas terkait harus benar- benar mengawasi pendistribusian elpiji 3 kg ini khususnya di desa kami yang katanya ada pangkalan tetapi kenyataannya tidak ada kiriman ke Desa kami, ini harus diungkap dan diluruskan agar persoalan yang sama tidak terulang kembali," tutupnya. (Iwan RN).