Era Disrupsi Dalam Perspektif Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah

J akarta, RM Prof.Dr. Andriansyah, M.Si resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Administrasi Program Pascasarjana Universitas Prof.Dr. Moes...

J

akarta, RM

Prof.Dr. Andriansyah, M.Si resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Administrasi Program Pascasarjana Universitas Prof.Dr. Moestopo / UPDM (Beragama), di Gedung Jakarta Convention Center, pada Rabu (16/12/20).

Berjudul 'Era Disrupsi Dalam Perspektif Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah,' adalah orasi ilmiahnya, "Substansi orasi ini merupakan bagian perjalanan dari rangkaian penelitian yang saya tekuni,  baik yang saya lakukan sendiri maupun secara tim," ujar Prof. Dr. Andriansyah, M.Si selaku Warek I UPDM (B), saat melakukan orasi ilmiah pada acara pengukuhannya sebagai Guru Besar.

Pada masa ini, lanjutnya, zaman berkembang dengan begitu cepat dimana daya saing serta tantangan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya, "Pada era inilah disebut dengan era Disrupsi,"

Akademisi yang juga merupakan Tokoh Banten ini lebih jelimit menjelaskan, bahwa Disrupsi dalam bahasa sehari - hari dapat diartikan perubahan yang mendasar atau fundamental. Fenomena ini mampu menggeser aktivitas yang dilakukan didunia nyata beralih ke dunia maya yang ditandai dengan penggunaan teknologi robotik, rekayasa intelektual, internet of thing, nanoteknologi hingga sistem yang disebut dengan sistem komputasi awan. Permasalahannya ditandai dengan ketidakpastian, kompleksitas dan ambiguitas, artinya bahwa setiap hari ada saja berita yang menimbulkan persepsi bahwa masa depan sulit untuk diuraikan yang berakibat seperti memunculkan banyak makna.

"Arti dari masing - masing makna yang kemungkinan terjadi pada kita, institusi, industri tempat kita bekerja, pada bidang pemerintahan, bidang perekonomian dan lain sebagainya. Kejadian - kejadian itu mengungkapkan kenyataan yang mendalam, ternyata kita sering dalam masa yang penuh ketidakpastian. Pada sisi lain, arus globalisasi dan iringan inovasi terus berlanjut, efeknya adalah ketidakpastian di level lokal dengan semakin berkembangnya segala hal yang dikombinasikan,"

Selain itu, sambungnya, Revolusi Industri 4.O mendorong terjadinya Disrupsi dalam berbagai bidang yang memberikan tantangan dan peluang bagi generasi Millenial. Dan juga Covid-19 sampai dengan hari ini berdampak yang luar biasa, "yang membuat saya berfikir apakah ini bagian dari Disrupsi dan bagaimana kesiapan pemimpin untuk menghadapi ini," 

Menurutnya, Fenomena tersebut seharunya memicu pemikiran Disrupsi bagi pemimpin, namun masih banyak pemimpin yang kurang tanggap dengan fenomena ini. Pada era Disrupsi ini aset yang bernilai besar adalah data, itulah pemikiran yang harus muncul pada pemimpin pemerintahan baik pusat maupun daerah. Pada fenomena ini, ada juga berfikir Disrupsi dengan mengeksekusi kebijakan dengan lebih menggunakan data untuk berbagai kemudahan digital dalam rangka kemudahan pelayanan kepada masyarakat serta untuk mendukung kebijakan - kebijakan yang diiringi dengan inovasi baru.

Pemikiran Disrupsi memunculkan gojeg, grab, uber dan lain - lain, hali ini memudahkan masyarakat akan suatu konsumsi sebagai pengguna tetapi merusak tatanan yang ada, korbannya adalah transportasi konvensional, "Perubahan terjadi dan akan ada yang di korbankan. Korban Disrupsi ini menjadi tugas pemerintah untuk membuat kebijakan yang merekomendasikan kebijakan tersebut," imbuhnya.

Dalam perspektif pemimpin daerah, pemimpin yang tidak mengaktualisasikan dirinya untuk menjadi baik dan peka serta tidak memiliki pemikiran yang visioner dengan sikap yang disrupsif, bisa jatuh dan tergantikan. Perspektif pemerintahan daerah oleh pemimpin daerah tersebut , pemimpin daerah visioner pun sepertinya akan kurang pas jika tidak bertindak dan bersikap disrupsif.

"Dengan kepemimpinan yang visioner dan sikap disrupsif maka langkah terpenting menyikapi Disrupsi adalah penguatan kepemimpinan dengan budaya kwalitas unggul dalam semua lini." ungkapnya.

(RB)