Menyoal Pilkada Beltim, Niat Baik Tapi Keliru

Belitung Timur (Manggar), RN  Menyoal pelaksanaan pilkada Beltim 9 desember 2020 yang lalu, Tokoh Masyarakat Beltim, Khairul Effendi, berika...

Belitung Timur (Manggar), RN 

Menyoal pelaksanaan pilkada Beltim 9 desember 2020 yang lalu, Tokoh Masyarakat Beltim, Khairul Effendi, berikan tanggapan kepada penyelenggara pemilu khususnya KPUD Beltim.  

Khairul Effendi yang pernah jabat Bupati Beltim periode 2005-2010, tanpa sengaja bertemu dengan awak media RN di tempat wisata A1 Bukit Samak Desa Lalang Kecamatan Manggar, Minggu (20/12/2020). Pak Pen (panggilan akrab Khairul Effendi-red)  mengungkapkan kepada RN terkait surat pemberitahuan pemungutan suara kepada pemilih, formulir model C.pemberitahuan-KWK menjadi salah satu faktor penyebab keengganan pemilih untuk gunakan hak pilih. Niat baik terapkan protokol kesehatan tapi menjadi keliru yang prinsip, ujar Pak Pen. Dalam surat tersebut ada pembatasan terhadap waktu yang ditentukan dan menurutnya ada dugaan pelanggaran konstitusi kebebasan untuk memilih dan dipilih sebagai warga negara. Khususnya pemberian waktu yang sangat singkat, juga berdampak pengaruhi partisipasi masyarakat dengan pengaturan waktu gunakan hak pilihnya pada pilkada ini.

Dalam pemilu atau pilkada sebelumnya tidak pernah pemilih dibatasi waktu untuk sampaikan hak pilihnya, Bebas gunakan waktu sepanjang mulai TPS dibuka pukul 07 hingga pukul 13.00.  Pak Pen contohkan pemilih yang datang dari luar daerah ketika ingin sampaikan hak pilihnya menjadi enggan ke TPS saat melihat waktu yang disediakan baginya hanya satu jam dan disaat yang bersamaan pemilih tersebut tidak bisa ke TPS. "Ada pembatasan,  pemilih tidak bebas, secara sepihak petugas tentukan kapan waktu untuk pemilih nyoblos di TPS dan sangat singkat, ini bisa bikin pemilih enggan ke TPS," sesal Pak Pen.

Pak Pen juga sampaikan surat pemberitahuan yang diterimanya, dari 3 surat pemberitahuan untuk keluarga serumah semua dengan waktu yang berbeda.

Lebih lanjut Pak Pen juga pertanyakan kenapa pemilih dalam surat tersebut diminta untuk membawa alat tulis/pena sendiri sementara alat coblos tetap disediakan penyelenggara. Saat berikan hak uara pemilih diberikan sarung tangan juga disediakan sarana cuci tangan. Menurut Pak Pen permintaan membawa alat tulis sendiri juga bisa menjadi keengganan pemilih khususnya masyarakat awam yang aktifitas kesehariannya jauh dari alat tulis. "Kalau sudah sediakan cuci tangan dan sarung tangan,  buat apa bebankan pemilih bawa pena sendiri?" kata Pak Pen penuh tanda tanya.

Sebelum akhiri perbincangannya, Pak Pen tegaskan maksudnya bukan untuk pancing kekisruhan tapi lebih kepada evaluasi bagi Beltim khususnya penyelenggara pemilu. "Ini sudah lebih seminggu dari hari pencoblosan,  pilkada Beltim aman dan lancar, hasilnya sudah diterima semua pihak, kita kondusif, saya sampaikan ini untuk evaluasi penyelenggara pemilu," tegas Pak Fen.

Sementara itu di tempat terpisah ketua KPU Beltim, Rizal ST, melalui pesan whatsapp telepon selularnya tidak berkenan tanggapi hal tersebut alias no comment.

Dari hasil penghimpunan informasi terkait penyelenggaraan pemilukada serentak  Beltim tahun 2020 terjadi  peningkatan partisipasi pemilih  Pilbup Beltim walau dilaksanakan diera pandemi Covid-19 menjadi 77,36 % dibanding pilkada tahun 2015 lalu yang catatkan pada angka 76,7 %.

Suro