Beredar Berita, PN Pandeglang Diduga Menjadi Ajang Suap Kasus, Praktisi Hukum Angkat Bicara

  Pandeglang, Radar Nusantara Beredarnya sejumlah berita di media online yang sempat ramai disebarluaskan di beberapa WhatsApp Group (WAG) d...

 

Pandeglang, Radar Nusantara

Beredarnya sejumlah berita di media online yang sempat ramai disebarluaskan di beberapa WhatsApp Group (WAG) dengan judul, PN Pandeglang Diduga Menjadi Ajang Suap Kasus, menimbulkan beragam tanggapan salah satunya dari Praktisi Hukum Banten Misbakhul Munir, SH.,MH hingga angkat bicara.

Praktisi Hukum Banten, Misbakhul Munir, SH.,MH menilai bahwa pemberitaan tersebut terkesan ngawur dan tak terarah bahkan terkesan tak beretika.

"Wartawan dalam menjalankan tugasnya harus profesional, paham kode etik jurnalis dan mengedepankan hati nurani," ungkapnya Misbakhul Munir ke awak media radarnusantara.com melalui pers rilisnya, Minggu (2/5/21).

Dia menyarankan agar wartawan lebih hati-hati dalam menuangkan berita. Menjadi wartawan bukan hanya sekedar bisa menulis akan tetapi harus tahu etika dan paham etika jurnalistik yang tertuang di undang undang Pers nomor 40 tahun 1999, ”tegas Misbakhul Munir SH.,MH Praktisi Hukum senior di Banten. 

Tak hanya itu, berita yang beredar terkait dugaan suap kasus di Pengadilan Negeri Pandeglang dapat merusak reputasi institusi hukum di Pandeglang.

Bagaimana bisa obrolan warung kopi menjadi produk jurnalistik ?, ucap Misbakhul Munir penuh tanya. Artinya wartawan itu juga patut diduga sudah melanggar undang-undang pers pasal 7 Kode etik Jurnalistik tentang hak Private.

“Saya ikut menelusuri isu yang bergejolak dan simpang siur di Pengadilan Negeri. Saya tak menemukan adanya dugaan kearah suap yang dilakukan oleh Oknum PN, kedua video amatir yang saya dapatkan semuanya semu dan tak jelas. Sehingga diragukan kebenarannya,”terang Dosen Fakultas Hukum di Banten.

Namun walaupun demikian,  sambung Agus Munir (Panggilan akrabnya) dirinya menyarankan terhadap wartawan yang mengupload berita tersebut, jangan sampai berita yang dituangkan merupakan conflik of interest orang tertentu.

”Kalah menang suatu perkara itu hal yang wajar, akan tetapi jangan sampai menimbulkan fitnah dan suudzon, harus ada bukti nyata jangan sampai terjadi lempar batu sembunyi tangan. Yang menjadi pertanyaan siapa yang melempar dan siapa yang mencoba sembunyi ?, harus profesional dan jangan menuduh, "paparnya.

Pihaknya meminta kepada pembuat berita untuk segera meminta maaf, sebab berita tersebut bila tidak memiliki dasar dan bukti yang jelas dapat menjadi fitnah dan tentunya dapat membahayakan narasumber dan juga medianya.

“Apabila itu benar dan terjadi ada oknum suap pastinya ada langkah hukum tegas, akan tetapi sebaliknya jika itu menjadikan fitnah bisa membahayakan nara sumber dan juga media itu sendiri,”pungkasnya. 

(Iwan RN)