Orang Tua Siswa Keluhkan SMAN 1 Asjap Jual LKS

Cirebon,RN Orang tua siswa mengeluh, dengan dalih mempermudah efesien belajar siswa, Sekolah Menengah Atas Negri (SMAN) 1 Astanajapura (Asja...

Cirebon,RN

Orang tua siswa mengeluh, dengan dalih mempermudah efesien belajar siswa, Sekolah Menengah Atas Negri (SMAN) 1 Astanajapura (Asjap) Kab. Cirebon, jual buku Lembar Kerja Siswa (LKS).

Dalam hal ini, pihak sekolah mengindahkan larangan Pemerintah untuk tidak diperbolehkannya praktik jual beli bahan ajar dilingkungan pendidikan karena hal tersebut merupakan pungutan liar (pungli).

AG, salah satu orang tua siswa SMA Negeri 1 Asjap. Mempertanyakan apakah masih diperbolehkan sekolah menjual buku LKS. Dari jumlah 14 matapelajaran itu, setiap matapelajaran pihaknya dikenakan kewajiban membayar Rp 11.000,-

“Artinya, dari harga yang wajib dibayar per-LKS dikalikan dengan jumlah 14 matapelajaran akan muncul angka nominal Rp 154.000,- Dan dengan jumlah nominal tersebut dikaitkan dengan kondisi saat sekarang, terasa cukup memberatkan sekali." ujar AG kepada media baru-baru ini.

Dan mau tidak mau. AG mengatakan, pembelian LKS terpaksa akan dilakukannya juga. Kerena Dia berfikir menurutnya, selain menjaga perasaan kejiwaan anaknya dan satu hal jangan sampai gara-gara tidak membeli buku LKS kemudian anaknya merasa dikucilkan dilingkungan sekolah tempat belajarnya.

Sementara, Kepala Sekolah SMAN 1 Astanajapura A. Dedi Kenedi saat dikonfirmasi pihaknya membenarkan adanya tuntutan siswa untuk memiliki LKS, akan tetapi dalam kepemilikannya siswa tidak wajib untuk membelinya.

"Kami mewanti-wanti kepada setiap walikelas untuk tidak memaksa anak didiknya membeli LKS. Dan kalau ada yang minat beli diarahkan datang kekoprasi sekolah, karena koprasi sendiri sebagai pengelolah LKS." jelas Didi

Dan menurutnya. Lembar kerja siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran yang digunakan sebagai pedoman di dalam pembelajaran serta berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kajian tertentu.

Dalam hal ini kata Dia, seharusnya sebagai orang tua kalau ingin anaknya pintar dan mau maju, minimal mendukung adanya program yang ada disekolah seperti kepemilikan LKS. Karena menurutnya, seharusnya buku pegangan seorang anak didik kalau ingin berwawasan minimal 4 buku dimilikinya dalam setiap mata pelajaran. "Dan apalah dibandingkan dengan harga LKS kurang lebih Rp 200 ribu itu sangatlah sedikit kalau anaknya ingin pintar dan berwawasan." ujarnya.

Dan diyakini, persoalan LKS bukan hanya di SMAN 1 Asjap saja. Akan tetapi, dialami seluruh sekolah-sekolah yang ada di-Cirebon. Karena permasalahnnya, suatu kebutuhan dan tuntutan sebagai bahan belajar anak didiknya.

Menanggapi persoalan itu. Ketua Lembaga  Masyarakat Pamantau Anggaran Negara (MAPAN) Kab. Cirebon, Agus Beny Hidayat. Mengatakan, Larangan penjualan LKS ini mengacu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 75/2016 tentang Komite Sekolah Pasal 12 ayat 1. Penjualan LKS telah melanggar Permendikbud.

Dan Beliau menyatakan, dalam Permen tersebut ditegaskan, Komite Sekolah baik perseorangan maupun kolektif dilarang menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan ajar, pakaian seragam atau bahan pakaian seragam di sekolah.

" Untuk itu kami katakan dalam persoalan praktik jual beli buku LKS yang dilakukan oleh sekolah SMAN 1 Asjap itu, masuk dalam kategori bahan ajar di sekolah dan jelas hal itu tidak bisa dibenarkan." tegas Agus. (hasan)