WORKSHOP PENYUSUNAN DOKUMEN GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI BUKA BPBD DONGGALA

DONGGALA,RN Workshop Penyusunan Dokumen Rencana Kontinjensi Gempa Bumi dan Tsunami Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Dimana workshop perta...

DONGGALA,RN

Workshop Penyusunan Dokumen Rencana Kontinjensi Gempa Bumi dan Tsunami Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Dimana workshop pertama ini merupakan upaya kesiapsiagaan menghadapi tanggap darurat bencana dengan penyiapan dokumen tersebut.

Kegiatan workshop pertama ini dibuka oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Donggala yang diwakili oleh Ir. Muhammad Mursyid Sanduan (Sekretaris BPBD Donggala). Dimana kegiatan tersebut diselenggarakan selama tiga hari dimulai 2 November sampai 4 November 2022.

Dalam kesempatan itu, Sekretaris BPBD Donggala Muhammad Mursyid Sanduan dalam sambutannya menyampaikan, dalam sejarah Kabupaten Donggala telah mengalami beragam ancaman bencana.

“Salah satu bencana yang memberikan dampak yang sangat besar adalah bencana gempa bumi pada 28 September 2018 silam dengan magnitude 7,4 SR kedalaman 11 km, dimana gempa bumi tersebut diikuti oleh tsunami dan likuifaksi yang sangat mematikan, dan Donggala ini dalam sejarah sudah mengalami empat kali tsunami,” ujar Mursyid di salah satu hotel di Palu.

Muhammad Mursyid pun mengatakan, dalam pelaksanaan kegiatan ini kita akan menyusun dokumen rencana kontinjensi gempa bumi dan tsunami. “Ini dokumen renkon adalah dokumen yang memberikan menjadi paduan bagi kita sewaktu-waktu akan kejadian bencana maka kita akan gunakan paduan untuk berkordinasi,” terangnya.

Dijelaskanya, bahwa prinsip penyusunan renkon ini yaitu rencana kontinjensi. Dimana kontinjensi ini adalah, suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Adapun rencana kontinjensi yaitu suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi (yang belum tentu tersebut) dan mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.

Olehnya itu, Mursyid mengajak kepada seluruh komponen yang terkait, untuk disusun dokumen tersebut, agar dapat digunakan sebagai dasar acuan tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi gempa bumi yang diikuti oleh tsunami. Selain itu, diharapkan masyarakat dapat mengerti dan mampu melakukan penyelamatan atau evakuasi apabila terjadi bencana.      

Muhammad Mursid Sanduan berharap dalam tiga hari kedepan kita harus semangat memberikan atau menyusun dokumen ini sehingga kita dapat gunakan secara terukur dan terealisasi dengan baik.

Sementara itu ditempat yang sama, Nurhayati Pimpilemba, S. Si sebagai narasumber menjelaskan proses penyebab terjadinya bencana gempa bumi. Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak.

“Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan,” ujar Nurhayati.

Nurhayati pun memaparkan pengertian gempa bumi, jenis-jenis penyebab, akibat, dan cara menghadapi gempa bumi. Gempa bumi 28 September 2018 kata Nurhayati dikategorikan sebagai fenomena supershear langka.

“Gempa supershear merupakan gempa yang kecepatannya melebihi kecepatan gelombang geser seismic. Hasil citra satelit menunjukan jika gempa bergerak sejauh 150 km hanya dalam waktu 35 detik,” terang Nurhayati.

Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan diskusi serta penyusunan dokumen rencana kontinjensi bersama Lokakarya 1, para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Donggala, Kejaksaan Negeri Donggala, Polres Donggala, TNI Kodim 1306 Donggala, Badan SAR Nasional Kota Palu, dan BMKG/BMG Palu serta para Organisasi Sosial/Kemasyarakat Lembaga Non Pemerintah atau NGO serta di pandu oleh fasilitator. (Syamsir)