Rumah Hantu Marak di Binong Kaler, Spekulan Harus Siap Gigit Jari

Sumedang, RN  Akibat pembangunan Jalan Tol Cisumdawu, sebagain wilayah Dusun Binong Kaler, Desa Rancamulya, Kecamatan Sumedang Utara, baru-b...

Sumedang, RN 

Akibat pembangunan Jalan Tol Cisumdawu, sebagain wilayah Dusun Binong Kaler, Desa Rancamulya, Kecamatan Sumedang Utara, baru-baru ini telah diterbitkan surat penetapan lokasi (Penlok). Dengan terbitnya surat ini kemungkinan besar lahan di wilayah tersebut bakal segera dibebaskan.

Namun seiring terbitnya surat penlok,  ada beberapa spekulan yang diduga berusaha mencari keuntungan lebih. Caranya, dengan mendirikan bangunan-bangunan baru atau biasa disebut rumah hantu.  Harapannya, pada saat ada tim penilai harga lahan dan bangunan atau tim terkait, rumah hantu itu didata untuk kemudian dibayar.

Hasil pantauan tim radar nusantara , ada puluhan rumah hantu yang berdiri di atas lahan yang telah dipenlok. Padahal, sebelumnya lahan tersebut kosong atau paling tidak hanya ada satu atau dua bangunan saja.

Mendapati maraknya rumah hantu, Kabag Tapem Pemda Sumedang, Ili S.Sos, mengaku tak habis pikir dengan perilaku para spekulan. Padahal, bangunan-bangunan rumah hantu terdahulu banyak yang tak lolos verifikasi dan tidak dibayar. Untuk itu, Ili meyakini para spekulan ini bakal kembali gigit jari.

"Saya yakin, bangunan-bangunan baru ini akan bernasib sama dengan bangunan-bangunan terdahulu (tidak akan lolos verifikasi). Karena, bila dipaksakan lolos bakal sangat berisiko hukum," tandasnya.

Warga Kecewa

Dampak terbitnya surat penlok untuk Blok Binong Kaler, salah seorang warga Dusun Sayang Kaak berinisial Y, merasa kecewa dan geram. Pasalnya, merasa sangat dianaktirikan pemerintah desa maupun Pemda Sumedang. Betapa tidak, jauh sebelum terbit surat Penlok di Blok Binong Kaler, pemerintah telah lebih dulu mendata lahan dan bangunan miliknya, termasuk lahan dan bangunan  yang ada di Dusun Antaria, yg terancam longsor tapi hinga sekarang tidak ada kejelasan.

Akibat berlarut-larutnya sikap pemerintah, bangunan yang ditempati Y, lahan serta bangunan yang ada di Dusun Antaria jadi lebih terisolir. Bahkan, kondisi rumahnya jadi retak-retak akibat pergerakan lahan yang labil dan aktivitas pembangunan jalan tol.

"Jujur, saya  dan warga sayang kaak  dan Dusun Antaria merasa dianak tirikan. Kenapa Blok Binong Kaler yang jelas-jelas tak ada penghuninya lebih diprioritaskan, sementara kami seolah-olah tak dianggap. Untuk itu, jangan salahkan saya bila menduga ada permainan kotor atau kepentingan mafia-mafia tanah. Karena merasa banyak duit bisa dengan mudahnya mempengaruhi pihak-pihak berwenang untuk lebih memprioritaskan mereka," beber Y, sangat geram.

Bicara adanya dugaan mafia tanah, Y jadi teringat kejanggalan tiga tahun lalu. Ia masih ingat betul pernah tergiur membeli lahan yang berada di sekitar kediamannya di Sayang Kaak. Karena budgetna tidak cukup, ia harus merelakan tanah tersebut dibeli pihak lain. 

Masih kata Y, dari pihak lain itu kembali dijual pada seseorang yang diduga biasa jadi spekulan sekitar April 2021. Mujurnya, sekitar Juli tahun yang sama, lahan tersebut terjadi longsor sehingga akhirnya dibebaskan pemerintah. Alasannya khawatir mengancam keselamatan penduduk setempat.

Aku Y, pihaknya tak masalah jika lahan itu dibebaskan, mungkin telah menjadi rejeki spekulan. Namun aneh, pada saat ganti rugi tiba-tiba muncul bangunan yang juga turut dibebaskan. Nilainya hingga milyaran rupiah.

"Saya yakin betul sebelum terjadi longsor, lahan itu tak ada bangunan permanen yang bisa ditaksir hingga milyaran rupiah. Tapi kenapa tiba-tiba ada bangunan yang dibebaskan. Saya kira tak masuk akal, kecuali ada pemupakatan jahat untuk sama-sama merampok duit negara, antara pemilik tanah dengan oknum-oknum dinas terkait," paparnya.

Lanjut Y, mestinya pemerintah bisa bekerja profesional dengan lebih memihak pada rakyat kecil, bukan malah sebaliknya lebih memihak para mafia tanah.

"Dan bagi para aparat penegak hukum harusnya lebih sigap dalam menyikapi kasus-kasus mafia tanah. Jika terus dibiarkan, mereka akan makin merajalela. Akibatnya, negara yang bakal dirugikan," pungkasnya. 

( aris TIM)