Balita di Tengah Perkebunan Sawit: Di Mana Tempat Penitipan Anak yang Dijanjikan?

Labuhanbatu, RN SUMUT – Di balik aroma kesuksesan industri kelapa sawit, terselip kisah memilukan dari jantung perkebunan. Seorang balita ta...

Labuhanbatu, RN

SUMUT – Di balik aroma kesuksesan industri kelapa sawit, terselip kisah memilukan dari jantung perkebunan. Seorang balita tampak duduk di antara pohon-pohon sawit, mungkin diajak sang ibu yang sedang membantu suaminya memanen buah. Balita itu bukan bermain atau berada di tempat yang aman, melainkan ikut berada di area kerja yang penuh risiko.

Kejadian ini ditemukan langsung oleh wartawan di areal kerja PTPN 4 Unit Maranti Paham, Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara belum lama ini.

Saat ditanya, sang ibu mengaku anaknya datang untuk mengantarkan air minum bagi orang tuanya yang sedang bekerja. Tanpa perlindungan dan pengawasan yang memadai, sang balita tampak dibiarkan berkeliaran di area penuh alat berat dan tajamnya pelepah sawit.

Keluarga pekerja sawit, terutama pasangan suami-istri yang keduanya bekerja di lapangan, menjadi pihak yang paling terdampak dalam persoalan ini. Mereka kerap tak punya pilihan selain membawa anak ke tempat kerja akibat ketiadaan pengasuhan yang layak saat jam kerja.

Pihak perusahaan, dalam hal ini PTPN 4 Unit Maranti Paham, disebut-sebut telah memiliki program Tempat Penitipan Anak (TPA) yang seharusnya tersedia di setiap afdeling.

Namun fakta di lapangan menunjukkan masih ada anak-anak yang berada di lingkungan kerja orang tuanya, menandakan bahwa keberadaan atau fungsi TPA itu dipertanyakan.

Peristiwa ini terjadi pada jam kerja pagi di salah satu afdeling PTPN 4 Unit Maranti Paham. Lokasi ini merupakan bagian dari kawasan perkebunan negara yang terletak di Kecamatan Panai Hulu, Labuhanbatu.

Membiarkan anak berada di lingkungan kerja yang berbahaya merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip perlindungan anak. Selain itu, hal ini menunjukkan minimnya fasilitas sosial yang benar-benar bisa diakses oleh para pekerja, terutama kaum ibu yang ingin tetap produktif tanpa mengabaikan keselamatan dan tumbuh kembang anak.

Di sisi lain, bila memang TPA telah tersedia, mengapa masih ada balita yang ikut ke lapangan? Apakah fasilitas tersebut tidak berfungsi, tidak layak, atau tidak bisa diakses oleh semua pekerja?

Sayangnya, hingga berita ini diterbitkan, Asisten Kepala PTPN 4 Unit Maranti Paham yang dimintai konfirmasi melalui WhatsApp belum memberikan jawaban apa pun. Keheningan ini menambah daftar panjang persoalan sosial yang selama ini kerap luput dari sorotan, meski menyangkut hajat hidup dan keselamatan generasi penerus bangsa.

Menanggapi hal tersebut, Pendiri Forum Solidaritas Masyarakat Pantai Labuhanbatu A. Fadhly Harahap mengatakan bahwa, Penting bagi setiap perusahaan, khususnya BUMN di sektor perkebunan, untuk menjamin terpenuhinya hak-hak dasar pekerja, termasuk hak anak untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman dan sehat.

"Penitipan anak bukan hanya soal ketersediaan bangunan, tapi juga soal komitmen pada nilai kemanusiaan" Sebutnya singkat.

(S.Lubis)