PT. BAU Bohongi Warga Kec. Merapi Kab. Lahat Pembebasan Lahan Merugikan Masyarakat

Lahat, RN.   Warga diseputaran area tambang PT. Bara Alam Utama ( PT. BAU ) yang lahan ataupun tanahnya dibebaskan oleh PT. BAU mendapat...

Lahat, RN. 

Warga diseputaran area tambang PT. Bara Alam Utama ( PT. BAU ) yang lahan ataupun tanahnya dibebaskan oleh PT. BAU mendapatkan ganti rugi dengan harga yang sangat rendah. Dikarenakan dalam membebaskan lahan PT. BAU menempuh jalan pintas, yaitu tanah atau lahan masyarakat tersebut dibebaskan  melalui jasa para makelar atau broker tanah.

Perusahaan tidak pernah berhadapan langsung dengan masyarakat yang lahan atau tanahnya masuk dalam kuasa pertambangan PT. BAU. Dalam pembebaskan lahan pihak perusahaan menggunakan jasa makelar sehingga masyarakat tersebut sangat dirugikan karena harga yang ditawarkan makelar jauh dari harga normal. Diantara desa – desa tersebut ialah Desa Negeri Agung, Lebak Budi, dan Desa Ulak Pandan Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat.

Dijelaskan oleh Abdulah yaitu orang yang pernah mengukur tanah untuk dibebaskan ke PT. BAU oleh salah seorang makelar tanah, harga yang dipatok para makelar ini berkisar antara Rp.3000/m. Warga tidak mengetahui bahwa tanah mereka tersebut dijual kembali oleh para makelar senilai Rp. 10.000/m - Rp.30.000/m itupun belum dihitung dengan nilai harga tanam tumbuh ke Pihak Perusahaan.

Mirisnya lagi warga yang tidak mau menjual tanahnya yang dibutuhkan perusahaan tersebut terancam kehilangan tanah mereka. Dikarenakan lahan ataupun tanah warga tersebut berpotensi telah dibebaskan ke pihak perusahaan oleh oknum makelar dengan surat kepemilikan yang lain. Sehingga warga dengan terpaksa menjual tanahnya ke makelar dengan harga yang telah ditetapkan oleh makelar.

“Diduga hal ini menjadi ajang bisnis makelar tanah dengan oknum perangkat desa dan pihak perusahaan. Seorang makelar tanah yang sering membeli tanah warga mematok harga bervariasi, dengan keuntungan yang berlipat ganda bahkan pembayarannyapun dicicil. Hal ini tentu menjadi kerugian yang sangat  besar bagi warga, mereka telah kehilangan lahan untuk bertani sedangkan uang ganti rugi yang didapat dari broker tidak cukup untuk dijadikan modal usaha “ ,terang Abdulah.

Dari awal pembebasan lahan sampai sekarang, trik pembebasan lahan dengan menggunakan jasa makelar ini terus berlanjut. Pihak PT. BAU tidak ada niat untuk merubah pola ini yaitu dengan menemui dan membeli lahan yang dibutuhkan langsung kepada warga sekitar sehingga warga bisa mendapatkan harga yang maksimal.

Konspirasi ini terus berlangsung tanpa ada pencerahan dari Pemerintah Desa, Kecamatan ataupun Pemerintah Kabupaten Lahat untuk menjelaskan nilai harga tanah yang sebenarnya yang telah diatur dalam perundangan, ditenggarai cara – cara seperti ini dipertahankan untuk menguntungkan beberapa pihak yang berkepentingan dengan pihak perusahaan.

“Jangankan untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan di Desa dan meningkatkan taraf kesejahteraan hidup warga sekitar tambang, dari pembebasan lahanpun PT. BAU tidak mau tahu bagaimana posisi harga yang jatuh ke tangan warga. Hal ini berlangsung dari tahun 2009 sampai dengan sekarang”, tambah Abdullah.

Modus pembebasan lahan ini juga terjadi di setiap perusahaan tambang batu bara lainnya di kabupaten lahat seperti PT. MAS, PT. GGB, PT. DRP, PT. MIP, PT. BP, PT. BME, PT. BBG, dan lain lain. ( TIM )