Tarsono Kepsek SDN 1 Susukan Diduga KKN dan Tidak Koperatif Terhadap Media Terkait Bantuan DAK 2017

Kuningan, RN Kuningan salah satu penerima bantuan anggaran DAK 2017 untuk rehab ruang kelas di Kabupaten Kuningan salah satunya adalah...

Kuningan, RN

Kuningan salah satu penerima bantuan anggaran DAK 2017 untuk rehab ruang kelas di Kabupaten Kuningan salah satunya adalah sekolah SDN 1 Susukan dengan mendapati bantuan Rp 174 juta untuk tiga ruang kelas, disayangkan Kepsek Tarsono sebagai kepala sekolah SDN 1 Susukan terkesan tertutup dan tidak koperatif, tidak transparan dan terbuka. Ini jelas jelas melanggar UUD KIF Ketransparansian Informasi terhadap publik. 

Tarsono saat dikonfirmasi oleh media selalu menjawab tidak tahu malah melemparkan ke konsultan Edi Juhaernedi sebagai konsultannya karena menurut Kepsek Tarsono konsultan yang lebih paham dan tahu anggaran dalam program DAK sekolah SDN 1 Susukan.

Jawaban dari Kepsek Tarsono jelas menjadi sorotan bagi publik khususnya media kenapa kepala sekolah sebagai pengguna anggaran dalam swakelola program DAK tidak mau menjelaskan dalam penggunaannya seolah-olah banyak yang disembunyikan dan selalu melempar tangan seolah-olah konsultan yang menjadi pengguna anggaran padahal konsultan sifatnya sebagai pembuat perencana gambar dan RAB.

Kepsek Tarsono dalam menghadapi media terkesan acuh dan cuek saja seakan akan dirinya merasa tidak peduli dan dirinya tidak mau menjelaskan kepada media dalam menggunakan anggaran rehab DAK ini padahal waktu dipertanyakan yang jadi sorotan publik terkait mahalnya harga matrial sempat dipertanyakan, namun Tarsono malah berkelit. 

Menurutnya itu sudah ada yang mengatur dan lagi lagi jelas Tarsono konsultan saja yang lebih tahu. "Saya mah hanya melaksanakan sesuai dengan yang ada di RAB kalau bapak mau menanyakan harga satuan matrial yang ada dalam RAB silahkan ke Pak Edi konsultan saja," jelasnya. 

Kepsek SDN 1 Susukan Tarsono terkesan berpura-pura tidak tahu, padahal dalam penggunaan anggaran sudah pasti kepala sekolah yang mempertanggung jawabkan berikut rincian anggaran yang ada dalam RAB yang sudah ditandatangani oleh dirinya selaku kepsek.

Seperti apa yang dituturkan Tarsono hanya susunan kepanitiaan saja seperti ketua dari guru Ayip, sekretaris Ili dari komite, dan bendahara dari guru Yoyoh. Sementara di lapangan hasil pantauan oleh media terkait fisik sarana untuk rehab SDN 1 Susukan pekerjaannya terindikasi pekerjaan ringan, karena pekerjaan hanya ganti genteng beberapa persen saja dengan konstruksi atap memakai baja ringan dan pembetonan hanya balok tanpa memakai kolom kolom praktis tiap ruangnya, bahkan dilihat dari pekerjaan kusen untuk kusen kaca memakai kayu lokal jenis salam karena menurut Kepsek Tarsono dirinya mempelajari dalam juklak juknis tidak dicantumkan nama jenis kayu untuk kusen, dalam juklak juknis hanya di cantumkan kayu jenis kelas dua yang menurut konsultan kayu kelas dua itu kayu rawa lokal model salam juga masuk kelas dua jelas Tarsono. Janggal memang jawaban Kepsek Tarsono padahal kayu kelas dua bukan kayu lokal rawa melainkan kayu sebrang jenis kamper dan meranti seperti apa yang pernah di jelaskan oleh seorang pakar bangunan yang ada di masyarakat belakangan ini.

Diharapakan pihak penegak aturan seyogyanya bisa menindak aparatur sipil negara yang tidak mau transparan dengan publik karena sudah melanggar UUD KIF yang bisa mengarah pada KKN, apalagi program dalam penggunaan anggaran pemerintah banyak yang disembuyikan jelas harus di pertanyakan jangan sampai ada kebocoran anggaran dalam program DAK tahun 2017. (ujang.hendra)