Mas Dun : Saya di Racuni & Jadi Bulan - Bulanan... Pandeglang, RN Sepenggal kalimat, "Saya sakit, cape saya, saya sulit tid...
Mas Dun : Saya di Racuni & Jadi Bulan - Bulanan...
Pandeglang, RN
Pandeglang, RN
Sepenggal kalimat, "Saya sakit, cape saya, saya sulit tidur" terucap dari sosok Mas Dun (panggilan Akrab Duniah) membuat hati terenyuh mendengarnya saat dikonfirmasi tentang dugaan maraknya pungli di kecamatan patia saat pembagian uang jamsosratu ke wartawan radarnusantara.com dirumah istrinya dikampung/desa ciherang kecamatan picung kabupaten pandeglang propinsi banten, sabtu (20/01/2018), menjelaskan, "Betul saya Pendamping Jamsosratu yang merangkap jadi Pegawai Staf desa pasirlancar kecamatan sindang resmi saat ini saya mendampingi lima desa dalam program jamsosratu yaitu desa pasirgadung, desa patia, desa turus dan desa surianeun," Ungkap Mas Dun.
"Demi Allah Demi Rasullah, lanjutnya, Saya hanya mendampingi RTS (rumah tangga sasaran) pada saat pengambilan kartu Atm di BJB Panimbang sedangkan untuk pengambilan uang ke bank dan pembagian uang jamsosratu ditiap desa saya tidak ikut serta dan yang mengatur pengambilan dan pembagian uang jamsosratu sepenuhnya diatur oleh perangkat desa masing-masing terutama sekdes," papar Mas Dun .
"Terus terang saya sakit, saya tuh jadi bulan-bulanan (kata camat subro ke saya ) Cape saya, dengan adanya masalah dugaan pungutan jamsosratu ini beberapa sekdes dan semua staff desa telponin ga nyambung nyambung disamperin kerumahnya gak ada sedangkan jalannya seperti itu (rusak*red). Saya seolah diracuni oleh perangkat desa hingga beberapa malam ini saya sulit tidur," tambah Mas Dun.
Lanjutnya, terus terang memang saya akui diberi uang sebagai uang cape/lelah oleh kepala desa pasir gadung (sukrama) sedangkan nilainya saya lupa lagi.
"Ini pelajaran berharga buat saya kedepan saya tidak akan percayakan lagi masalah pendampingan saat pengambilan dan pembagian uang kepada perangkat desa, lebih baik saya dampingi sendiri karena saya tak mau hal ini terulang kembali cukup kali ini saja," pungkas Mas Dun.
Ditempat terpisah Jumaenah didampingi suaminya (jupri) saat dikonfirmasi radarnusantara.com menerangkan, " Saya warga desa pasirgadung, sy telah menerima uang jamsosratu sebesar Rp.1.850.000,- mewakili saudara saya yaitu Nurasiah/aep karena mereka lagi berada di tangerang bertempat dikantor desa pasir gadung dan perangkat desa yang hadir pada waktu itu kepala desa, carik , ahmad dan penerima manfaat , terang jumaenah.
"Juga saya melihat Ami ditemani suaminya (Satiri) menangis saat terima uang jamsosratu karena uang nya dipotong lagi oleh pegawai desa , Awalnya uang sudah diberikan Rp. 1.850.000,- setelah jalan beberapa langkah lalu dipanggil lagi dan uangnya diminta lagi sebesar Rp.800.000,- dengan alasan "adatna dipotong ari mimiti mah" ( wajar dipotong untuk yang pertama kali dapat),"pungkas jumaenah sabtu (20/01/2018).
Ami (22 thn) dan suaminya (Satiri) saat di konfirmasi radarnusantara.com dikampung kalahang Rt 01 Rw 03 desa pasir gadung,
" Saya sejak membuat rekening di Bank BJB panimbang waktu desember yang lalu itu, ATM, buku rekening dan PIN saya tidak pegang lagi karena pada saat diperjalanan diambil oleh Pak Suhandi sebagai RT, jelas Ami.
Lanjut Ami, saya sudah terima uang bantuan jamsosratu sebesar Rp. 1.850.000,-dari Carik Heri lalu setelah pergi saya dipanggil carik heri dan meminta uang lagi sebanyak Rp.800.000,- akhirnya saya serahkan saja, jadi uang yang saya terima hanya Rp.1.050.000,- (satu juta lima puluh ribu rupiah).
Saat meminta uang Rp 800.000,- ada yang ngomong, "Kalu tidak dikasih maka tahun yang akan datang tidak akan dapat lagi, karena saya takut dibilang begitu akhirnya uang tersebut saya serahkan saja," papar Ami .
"Setahu saya uang bantuan dari jamsosratu itu harusnya saya terima Rp.2.250.000,- tapi kenyataannya cuma Rp.1.050.000,- ," jadi uang saya dipotong Rp. 1.200.000,- , "pungkas Ami dengan nada sedih.
Kepala desa pasir gadung ke Tim radarnusantara.com menjawab konfirmasi via WhattApps minggu (21/01/2018),
"Yang saya tahu dari pendamping dan aparat desa bahwa uang dari jamsosratu itu kena ongkos mobil 100ribu waktu membuat Atm di panimbang, biaya administrasi 100 ribu, biaya ambil uang ke bank tiga x 100 ribu dan disaldokan di Atm 100 ribu, " kilah Sukrama. (Iwan RN)
"Demi Allah Demi Rasullah, lanjutnya, Saya hanya mendampingi RTS (rumah tangga sasaran) pada saat pengambilan kartu Atm di BJB Panimbang sedangkan untuk pengambilan uang ke bank dan pembagian uang jamsosratu ditiap desa saya tidak ikut serta dan yang mengatur pengambilan dan pembagian uang jamsosratu sepenuhnya diatur oleh perangkat desa masing-masing terutama sekdes," papar Mas Dun .
"Terus terang saya sakit, saya tuh jadi bulan-bulanan (kata camat subro ke saya ) Cape saya, dengan adanya masalah dugaan pungutan jamsosratu ini beberapa sekdes dan semua staff desa telponin ga nyambung nyambung disamperin kerumahnya gak ada sedangkan jalannya seperti itu (rusak*red). Saya seolah diracuni oleh perangkat desa hingga beberapa malam ini saya sulit tidur," tambah Mas Dun.
Lanjutnya, terus terang memang saya akui diberi uang sebagai uang cape/lelah oleh kepala desa pasir gadung (sukrama) sedangkan nilainya saya lupa lagi.
"Ini pelajaran berharga buat saya kedepan saya tidak akan percayakan lagi masalah pendampingan saat pengambilan dan pembagian uang kepada perangkat desa, lebih baik saya dampingi sendiri karena saya tak mau hal ini terulang kembali cukup kali ini saja," pungkas Mas Dun.
Ditempat terpisah Jumaenah didampingi suaminya (jupri) saat dikonfirmasi radarnusantara.com menerangkan, " Saya warga desa pasirgadung, sy telah menerima uang jamsosratu sebesar Rp.1.850.000,- mewakili saudara saya yaitu Nurasiah/aep karena mereka lagi berada di tangerang bertempat dikantor desa pasir gadung dan perangkat desa yang hadir pada waktu itu kepala desa, carik , ahmad dan penerima manfaat , terang jumaenah.
"Juga saya melihat Ami ditemani suaminya (Satiri) menangis saat terima uang jamsosratu karena uang nya dipotong lagi oleh pegawai desa , Awalnya uang sudah diberikan Rp. 1.850.000,- setelah jalan beberapa langkah lalu dipanggil lagi dan uangnya diminta lagi sebesar Rp.800.000,- dengan alasan "adatna dipotong ari mimiti mah" ( wajar dipotong untuk yang pertama kali dapat),"pungkas jumaenah sabtu (20/01/2018).
Ami (22 thn) dan suaminya (Satiri) saat di konfirmasi radarnusantara.com dikampung kalahang Rt 01 Rw 03 desa pasir gadung,
" Saya sejak membuat rekening di Bank BJB panimbang waktu desember yang lalu itu, ATM, buku rekening dan PIN saya tidak pegang lagi karena pada saat diperjalanan diambil oleh Pak Suhandi sebagai RT, jelas Ami.
Lanjut Ami, saya sudah terima uang bantuan jamsosratu sebesar Rp. 1.850.000,-dari Carik Heri lalu setelah pergi saya dipanggil carik heri dan meminta uang lagi sebanyak Rp.800.000,- akhirnya saya serahkan saja, jadi uang yang saya terima hanya Rp.1.050.000,- (satu juta lima puluh ribu rupiah).
Saat meminta uang Rp 800.000,- ada yang ngomong, "Kalu tidak dikasih maka tahun yang akan datang tidak akan dapat lagi, karena saya takut dibilang begitu akhirnya uang tersebut saya serahkan saja," papar Ami .
"Setahu saya uang bantuan dari jamsosratu itu harusnya saya terima Rp.2.250.000,- tapi kenyataannya cuma Rp.1.050.000,- ," jadi uang saya dipotong Rp. 1.200.000,- , "pungkas Ami dengan nada sedih.
Kepala desa pasir gadung ke Tim radarnusantara.com menjawab konfirmasi via WhattApps minggu (21/01/2018),
"Yang saya tahu dari pendamping dan aparat desa bahwa uang dari jamsosratu itu kena ongkos mobil 100ribu waktu membuat Atm di panimbang, biaya administrasi 100 ribu, biaya ambil uang ke bank tiga x 100 ribu dan disaldokan di Atm 100 ribu, " kilah Sukrama. (Iwan RN)
COMMENTS