Kubu Raya (Kalbar), RN. Calon Guberur Kalimantan Barat, dr. Karolin Margret Natasa dari Nomor urut 2 mengharapkan masyarakat Kalbar,...
Kubu Raya (Kalbar), RN.
Calon Guberur Kalimantan Barat, dr. Karolin Margret Natasa dari Nomor urut 2 mengharapkan masyarakat Kalbar, khususnya Desa Batu Ampar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan gizi untuk menghindari anak stunting atau gizi buruk, Minggu (18/3/2018).
"Terkait dengan stunting, adalah masalah anak-anak yang tinggi badannya kurang.Masyarakat harus memahami hal ini, bukan hanya sekedar masalah tinggi anak yang kurang, namun yang perlu diwaspadai adalah daya pikir anak yang juga akan berkurang dan ini dapat menyebabkan tingkat kecerdasan anak berkurang," kata Karolin saat berdialog dengan masyarakat Desa Padang Tikar 1, Kecamatan Batu Ampar.
Mantan PNS Puskesmas Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak itu memaparkan data hasil pemantauan status Gizi tahun 2016, provinsi Kalimantan Barat Prevelensi balita Stunting sebesar 32 persen, artinya 3 dari 10 balita mengalami Stunting. Gizi buruk 26 persen dan kurus 14,2 persen serta gemuk 4,7 persen, ibu hamil mengalami energi kronis sebesar 18,7 persen.
"Sedangkan Kubu Raya prevalensi sebesar 25,3 persen artinya 2-3 balita Kubu Raya mengalami stunting, Gizi Kurang 20 persen dan kurus 12,9 persen serta gemuk 6,6 persen dan ibu hamil mengalami energi kronis 5,6 persen dan ibu hamil anemia 11,2 persen," tuturnya.
Untuk itu, dia menyarankan, jika orang tua menemukan umur anak tidak sesuai dengan tinggi badannya, maka orang tua harus bisa cepat mengambil langkah, salah satunya dengan berkonsultasi dengan petugas pustu atau puskesmas terdekat.
"Umumnya, masalah stunting lebih diakibatkan oleh ketidaktahuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Dan perlu diketahui, stunting tidak bisa diobati, namun bisa dicegah,"katanya.
Caranya dengan menjaga kesehatan dan memenuhi gizi anak dari satu hari dalam kandungan sampai 1.000 hari pertama kehidupan. Dia mengatakan, dengan menjaga asupan gizi anak jelas menjadi hal yang sangat penting bagi pertumbuhan anak ke depan.
Karolin menjelaskan, stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi, dimana stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.
"Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi," jelasnya.
Adapun penyebab stunting dikarenakan beberapa faktor antara lain, kurang gizi kronis dalam waktu lama, retardasi pertumbuhan intrauterine, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, perubahan hormon yang dipicu oleh stres, sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak, "pungkasnya. (Santo)
"Terkait dengan stunting, adalah masalah anak-anak yang tinggi badannya kurang.Masyarakat harus memahami hal ini, bukan hanya sekedar masalah tinggi anak yang kurang, namun yang perlu diwaspadai adalah daya pikir anak yang juga akan berkurang dan ini dapat menyebabkan tingkat kecerdasan anak berkurang," kata Karolin saat berdialog dengan masyarakat Desa Padang Tikar 1, Kecamatan Batu Ampar.
Mantan PNS Puskesmas Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak itu memaparkan data hasil pemantauan status Gizi tahun 2016, provinsi Kalimantan Barat Prevelensi balita Stunting sebesar 32 persen, artinya 3 dari 10 balita mengalami Stunting. Gizi buruk 26 persen dan kurus 14,2 persen serta gemuk 4,7 persen, ibu hamil mengalami energi kronis sebesar 18,7 persen.
"Sedangkan Kubu Raya prevalensi sebesar 25,3 persen artinya 2-3 balita Kubu Raya mengalami stunting, Gizi Kurang 20 persen dan kurus 12,9 persen serta gemuk 6,6 persen dan ibu hamil mengalami energi kronis 5,6 persen dan ibu hamil anemia 11,2 persen," tuturnya.
Untuk itu, dia menyarankan, jika orang tua menemukan umur anak tidak sesuai dengan tinggi badannya, maka orang tua harus bisa cepat mengambil langkah, salah satunya dengan berkonsultasi dengan petugas pustu atau puskesmas terdekat.
"Umumnya, masalah stunting lebih diakibatkan oleh ketidaktahuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Dan perlu diketahui, stunting tidak bisa diobati, namun bisa dicegah,"katanya.
Caranya dengan menjaga kesehatan dan memenuhi gizi anak dari satu hari dalam kandungan sampai 1.000 hari pertama kehidupan. Dia mengatakan, dengan menjaga asupan gizi anak jelas menjadi hal yang sangat penting bagi pertumbuhan anak ke depan.
Karolin menjelaskan, stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi, dimana stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.
"Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi," jelasnya.
Adapun penyebab stunting dikarenakan beberapa faktor antara lain, kurang gizi kronis dalam waktu lama, retardasi pertumbuhan intrauterine, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, perubahan hormon yang dipicu oleh stres, sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak, "pungkasnya. (Santo)
COMMENTS