Camat Bumi Agung : "Kok Bisa Lolos Itu ?"

Lampung Timur, RN . Menyikapi perihal dugaan pemalsuan status cerai mati, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bumi Agung akan cros...

Lampung Timur, RN. Menyikapi perihal dugaan pemalsuan status cerai mati, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bumi Agung akan cross chek terlebih dahulu.
"Terimakasih atas info dan kerjasamanya, nanti kita kroscek dulu",tegas Kepala KUA Kecamatan Bumi Agung, Muhammad Hidayat Senin, 26/11 pukul 19:00 WIB melalui aplikasi WhatsAppnya.

Jika ada calon pengantin (catin) surat diperiksa sesuai aturan. Jika cerai mati harus ada surat keterangan kematian lengkap dari kepala desa setempat.
"Seingat saya jika ada catin mau nikah, syarat sudah kita periksa sesuai aturan. Jika cerai mati, harus ada surat kepala desa dan itu ada lengkap",jelasnya.

Camat Kecamatan Bumi Agung, Irwan Fariza,SH,MH akan memanggil Kepala Desanya, pihaknya menyayangkan terjadi perihal itu.
"Besok akan saya cek dan pelajari dulu, saya panggil dan konfirmasi dulu ke pak kadesnya juga kok bisa lolos itu",kata Irwan Fariza Camat Bumi Agung Senin, 26/11 pukul 19:41 WIB melalui telepon selulernya.

Sebelumnya, telah diberitakan tentang indikasi pemalsuan status perceraian antara SA (38) warga di Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dengan Skd warga Pakuan Ratu Kabupaten Lampung Utara.
SA menyatakan cerai mati atas Skd suaminya pada Sekretaris Desa setempat, Hmw. Perihal itu dinyatakan SA saat akan buat surat pengantar guna menerbitkan kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). Lantarannya, Skd suami SA meninggalkannya selama sepuluh tahunan.
Pernikahan SA dan Skd secara siri tidak dicatat di Kantor Urusan Agama (KUA) Bumi Agung. Surat keterangan kematian dari Desa syarat penerbitan KK dan e-KTP diduga dipalsukan.

"Saya nikah siri gak ada buku nikah, terus ditinggal suami semenjak anak masih bayi sampe sekarang gak ada kabar",keluh SA disungguhkan oleh ibu dan kakak lelakinya, Senin, 19/11 pukul 13:30 WIB pada Radar Nusantara di rumahnya.

SA menikah dengan Skd warga Pakuan Ratu Kabupaten Lampung Utara dirumah orangtuanya.
"Kalo nikah disini, suami dari Pakuan Ratu, saya di ajak kesana cuma sekali. Saya ngurusin anak sendiri banting tulang sepuluh tahun sampe anak kelas 4 SD. Nama suami saya Skd, mau cari kemana",tuturnya meratap.

Sampai saat ini, SA belum bersuami takut suaminya kembali lagi. Sayangnya Skd terkesan menggantung status istrinya.
"Belum ada yang ngelamar, tadinya ada tapi saya tolak siapa tau dia pulang. Sekarang telpon gak, surat gak lempar tanggungjawab. Setidaknya ngomong gini, kita sudahan saja, itukan gak ngegantung saya",jelasnya.

SA mendatangi Sekretaris Desanya, Hmw minta dibuat surat pengantar persyaratan pembuatan Kartu Keluarga (KK).
"Kalo dari desa jujur ya, kita bohong kan gak bagus, lebih baik saya jujur. Saya ketempat pak carik, carik itukan karena saya, saya bilang suami saya mati",terangnya.

Selain membuat Kartu Keluarga (KK) KK, ia juga membuat kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP).
"KTP sudah ada sekalian bikin kartu keluarga",tutupnya.

Ketika akan dikonfirmasi Kepala Desa berinisial, Syt tidak ditempat. Spw istrinya seakan tak tau saat Radar Nusantara ke rumahnya.
Spw bersama ibu - ibu dipojok seberang jalan depan rumah asik ngobrol.
"Saya istrinya lurah, nama saya Spd, Spw, Ngapa tanya - tanya, ada apa, gak tau kemana perginya pak lurah",ucap Spw ketus dengan sikap tidak menyenangkan disertai tatapan mata melotot yang ditemui disaat sedang duduk ditepi bangunan drainase dipinggir jalan dipojok depan rumahnya ditemani seorang ibu rumah tangga disaksikan beberapa tukang bangunan yang bekerja dirumah tetangganya.

Sembari berpamitan Radar Nusantara titip pesan pada Spw agar sampaikan pesan untuk Syt suaminya. Pesan Radar Nusantara tentang status perceraian SA san Skd yang diduga dipalsukan dengan cara dibuat cerai mati.
Seharusnya cerai hidup sebab SA belum mengetahui kematian Skd suaminya.

Spw spontanitas meriwayatkan bahwa HAS (10) anak SA tak mengenal Skd ayahnya.
"Belum tau itu muka bapaknya gimana, ditinggal 7 bulan. Dia nangis pengen punya ayah",imbuh Spd panggilan akrab Spw.

Ia menjelaskan, apabila SA datang hanya minta stempel dan tandatangan atas surat pengantar pada Syt suaminya.
"Gak minta, cuman diminta surat pengantar saja. Pengantarnya itu aku yang nerima, cuma tandatangan",paparnya.

Syt tidak bertemu dan tidak mengetahui SA yang membuat surat pengantar. Karena Syt sedang pergi dan Spw istrinya yang menyampaikan surat pengantar yang akan ditandatangani suaminya.
"Dia gak ketemu orangnya, makannya bapak ku gak tau. Mau bikin ada itu gak tau pak lurah pergi, sama saya minta tandatangan",papar Spw Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Desa setempat.

Terdapat proses dan syarat pengurusan KK, e-KTP dan surat keterangan kematian, dari Ketua RT sampai Kepala Desa. Mestinya Pemerintahan Desa menganjurkan sidang isbat cerai di Pengadilan Agama. Perihal itu terindikasi melanggar Pasal 7 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam. (rk/ai).

--