Yayasan Ponpes Miftahul Huda Bubar Melanggar Kesusilaan !!!

Lampung Timur, RN. Sejatinya, Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda dengan Pembina berinisial, MM di Kecamatan Bumi Agung Kabu...

Lampung Timur, RN.
Sejatinya, Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda dengan Pembina berinisial, MM di Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur bubar. Hal itu karena MM dan GM anaknya yang juga disinyalir berperan menjadi Pengurus merangkap Pengawas diduga melanggar kesusilaan. Bapak dan anak itu terindikasi mencabuli ke 6 orang santriwati sebagai anak dibawah umur berinisial Ti (16), Ul (17), Is (19), De (19), Nu (20) dan Ve (18) pada Januari 2018 lalu.

Mereka diperiksa diruang Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) berikut MM dan GM diruang reserse umum (Resum) Kepolisian Resort (Polres) Lampung Timur (Polres), seperti diberitakan di media massa Kabupaten setempat. Mereka diperiksa diruang Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) berikut MM dan GM diruang reserse umum (Resum) Kepolisian Resort (Polres) Lampung Timur (Polres), seperti diberitakan di media massa setempat. Keduanya divonis hukuman selama 5 tahun penjara dipotong tahanan sekitar 5 bulanan lalu oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Lampung Timur.
Salah seorang perintis Yayasan Miftahul Huda Gunung Terang Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung, Yayan mengatakan dirinya pada 1993 pernah diajak menjadi pendiri. Yayan mengundurkan diri dari Yayasan Pondok Pesantren Yayasan Miftahul Huda pada 2005 menyusul 2 orang rekannya Bahusin dan Safuri yang sudah lebih dulu mengundurkan diri. Keluarnya Yayan dari Yayasan Miftahul Huda diduga Mualim tidak transparan dalam mengelola keuangan.

"Perihal yayasan miftahul huda itu berkaitan dengan saya gak ada jabatan, dulu baru - barunya saya disini saya dengan Ketua Yayasan Miftahul Huda pak Mualim waktu itu ikut mendirikan awal - awalnya tapi yang disini (Pondok Pesantren dan Madrasah Tsanawiyah). Formalnya karena kurang tenaga pengajar belum ada dana BOS, artinya guru - guru itu sukarelawan, saya juga ikut ngajar disitu",terang Yayan Rabu, 20/2 pukul 17:00 WIB di rumahnya.

Sejak ada dana BOS saya berhenti sudah bisa menggaji, cuman terakhir malah saya yang berhenti, pak Bahusin dan pak Safuri duluan. Waktu itu bisa dikatakan relawan, nol, kosong gajinya, saya keluar berhubung sudah ada dana BOS",tutur Yayan.

"Perihal tentang bangunan formalnya, kayaknya pak Mualim kerjasama dengan pak kyai Kusnan dari Metro beli tanah disitu terus didirikan formalnya disitu MI, RA dan terakhir MA. Keterkaitan bentuk diel - dielnya saya gak tau perjanjian antara si pak Mualim dengan pak Kusnan yang punya tanah. Saya hanya dengar - dengar cerita - cerita itu tanahnya milik pak Kusnan Metro, karena kami tidak ada kaitannya didalam struktural jadi kami tidak tau menau tentang itu, tapi kalau luas tanahnya sekitar 1 hektar lebih",jelas Yayan.

"Kayaknya, di KOP suratnya itu, Yayasan Formal Miftahul Huda Gunung Terang Lehan di Catur Swako karena bentuk fisik bangunannya itu ada di Catur Swako, untuk perihal letak Yayasan atau Sekretarisnya, dulu itu, namanya Yayasan Keagamaan, kalau maaf ini dibilang andil jasa ada, cuma kami menghitungnya sebatas jariyah. Jadi bukan kok diatur didalam AD/ART saya mendapatkan sekian persennya tidak ada kami hanya sebatas karimah",ujarnya.

Sehubungan dengan Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Huda Mualim dan anaknya sedang menjalani hukuman, maka jabatan Pembina atau Pengasuh diserahkan kepada Roro anaknya. Karena Roro sedang berada di Jogjakarta maka diwakilkan kepada Plt. Pengasuh, Izad adiknya.

"Sejauh ini pembina diwakilkan ke anaknya, saya dan Roro kakak saya, beliau ke Jogja, saya sendiri pembinanya",kata Izad anak keempat dari 5 bersaudara anak pengasuh Yayasan Ponpes MH, MM Sabtu, 23/2 pukul 17:00 WIB di rumahnya.

Menurut Izad, pada struktur, Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Huda disinyalir tidak memiliki Pengawas, jabatan Pengawas sekaligus dirangkap oleh Mualim selaku Pembina.

"Kalau Pengawas itu biasanya Pembina Yayasan, artinya Pengawas dalam struktur kepengurusan itu tidak ada, karena biasanya langsung Ketua Yayasan",sambungnya.

Guna mempertanggungjawabkan dugaan perbuatan cabul, MM dan GM divonis pidana penjara 5 tahun, kini keduanya menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sukadana.

"Sidang keputusannya sudah sekitar 5 bulanan ini, masing - masing putus 5 tahun. tidak dipindah masih di LP Sukadana karena dia banyak program",terangnya.

Terkait izin operasional dinyatakannya masih berlaku bahkan sampai selama masih berdiri atau tidak dicabut, sedangkan di Ponpes MH masih memiliki 100 lebih santri menurun 30 % dari sebelumnya.

"Izin operasional masih berlaku, masa berlaku itu selama berdiri, artinya perizinan itu tidak dicabut karena disini masih banyak santri lebih kurang 100 orang turun 30 persen",paparnya.

Tidak ada tindakan ataupun sangsi tegas dari pihak Kantor Kementerian Agama Lampung Timur bahkan datang memberikan support apabila santrinya masih.

"Sangsi dari Kemenag tidak ada, justru mereka datang kesini untuk mensupport, tetap kuat kalau santrinya masih banyak tetap berlanjut",tutupnya.

Perbuatan Pembina Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Huda di Kecamatan Bumi Agung terindikasi melanggar
Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan Pasal 62 dan Peraturan Daerah 06 Tahun 2016 tentang Kabupaten Ramah Anak Pasal 8 Ayat (4) serta Anggaran Dasar tentang Pembubaran Pasal 42. (Ropi)

Area lampiran