Oleh : Iqbal Dian Irsyadul Ibad Mahasiswa UIN SMH Banten Jiwa adalah intisari roh dan sesungguhnya jiwa manusia adalah jiwa yang berkedud...
Jiwa adalah intisari roh dan sesungguhnya jiwa manusia adalah jiwa yang berkedudukan tinggi. Itu merupakan ungkapan Plato tentang jiwa. Jiwa menjadi bagian penting dari hidup manusia namun seringkali perlakuan manusia terhadap jiwa dianggap tidak penting.
Banyak sekali orang yang tidak paham bagaimana memperlakukan jiwanya dengan baik. Tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa hanya fisik yang memilki penyakit dan harus disembuhkan, padahal awal dari semua penyakit fisik sejatinya berasal dari jiwa yang sakit. Jiwa yang sakit atau mental yang sakit kadang jarang diperhatikan oleh manusia yang akhirnya membuat penyakit tersebut makin kuat dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Menurut salah satu pakar psikologi di Indonesia, Jalaludin, kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan kondisi batin yang berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).
Banyak sekali faktor yang menyebabkan mental menjadi tidak sehat, misalnya masalah ekonomi, sosial dan budaya dan masalah-masalah tersebut apabila dalam diri manusia tidak didasari keimanan atau kedekatan yang kuat dengan Tuhan dapat menimbulkan masalah yang lain seperti stres, depresi atau bahkan mungkin bunuh diri.
Manusia saat dalam kondisi tersebut kadang bingung harus berbuat apa untuk mengobati sakit mentalnnya padahal sejatinya ketenangan batin bisa didapat dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun, bukannya mendekatkan diri kepada Tuhan manusia justru malah melampiaskannya kepada hal-hal negatif seperti narkoba, miras dan sebagainya. Alhasil, tak sedikit dari mereka yang berakhir dengan kematian.
Di Provinsi Banten, khususnya Kabupaten Pandeglang dalam tiga bulan terakhir telah terjadi tiga kali kasus bunuh diri. Hal ini tentunya bukan hal biasa tapi merupakan hal baru dan mengejutkan di masyarakat setempat.
Pada tiga kasus bunuh diri yang terjadi dua di antaranya terjadi di Kecamatan Cipeucang dan dari tiga kasus bunuh diri tadi dilatarbelakangi oleh masalah kesehatan mental yang menyebabkan kejiwaan para pelaku bunuh diri terganggu.
Seperti yang dilansir dari Detik.com salah satu pelaku bunuh diri di Kecamatan Cadasari yang terjadi pada tanggal 30 Mei 2019 diduga bunuh diri karena batal menikah dengan kekasihnya satu hari menjelang hari pernikahan. Dari berita tersebut pelaku tentu mendapati gocangan kejiwaan yang cukup berat sehingga membuat kondisi mentalnya menjadi tidak sehat, depresi karena batal menikah dengan pujaan hati tentu mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang dibenci Tuhan tersebut.
Kebanyakan pelaku bunuh diri beranggapan bahwa dengan bunuh diri rasa sakit yang dialami juga akan mati. Padahal, bunuh diri justru hanya akan menambah masalah di kemudian hari. Dalam ilmu psikologi, bunuh diri selalu terjadi karena depresi yang dialami pelaku yang gejalanya sulit dikenali atau disadari sehingga ia sendiri tidak tahu cara keluar dari masalah yang dihadapi.
Selain mendekatkan diri pada Tuhan, bercerita kepada orang yang dipercaya dapat mengurangi dampak dari masalah yang dihadapi dan selain itu juga berkomunikasi dengan para ahli kejiwaan atau pemuka agama seperti konselor, psikolog atau kyai dan pendeta juga dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi walaupun sejatinya yang dapat menyelesaikan masalah adalah diri kita sendiri.
Banyaknya kasus bunuh diri yang terjadi di Provinsi Banten seharusnya membuat pemerintah setempat bergerak untuk mengatasi permasalahan tersebut. Banten yang dikenal dengan Kota Seribu Kyai dan Sejuta Santri dengan masyarakatnya yang dikenal religius seharusnya jauh dari kejadian ataupun kasus bunuh diri.
Layanan bantuan kesehatan mental atau konseling harusnya terus digalakkan dan dibuat di setiap titik di Provinsi Banten. Ada baiknya, apabila Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang berada di tiap kecamatan tidak hanya menyediakan layanan untuk pengobatan fisik akan tetapi juga menyediakan layanan pengobatan psikis. Tempat-tempat seperti Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau lebih dikenal dengan sebutan P2TP2A harus lebih dimaksimalkan peran dan fungsinya guna meminimalisasi kasus bunuh diri yang terjadi di Banten.
Pemerintah juga seharusnya memerhatikan tenaga kerja psikologi atau konseling, seperti yang dikemukakan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) Provinsi Banten jumlah konselor atau tenaga konseling di Provinsi Banten sangat sedikit dan kebanyakan bergerak di bidang pendidikan dan sangat sedikit sekali yang bergerak di bidang sosial. Sampai saat ini pola pikir masyarakat Banten pada umumnya beranggapan bahwa menyelesaikan permasalahan cukup pada pemuka agama atau kyai padahal setiap permasalahan psikis yang dihadapi itu punya spesialisasi masing-masing.
Pola pikir yang seperti ini seharusnya tidak dibiasakan supaya masyarakat sadar pentingnya kesehatan mental bagi kehidupan. Pemerintah dapat menggandeng lembaga-lembaga terkait seperti ABKIN ataupun Ikatan Psikolog Indonesia untuk ikut serta dalam meminimalisasi terjadinya kasus bunuh diri di Provinsi Banten.
Selain harus adanya upaya pemerintah dalam menangani kasus bunuh diri yang terjadi, masyarakat juga harus turut aktif dalam mengatasi masalah tersebut. Sangat miris sekali, kasus-kasus bunuh diri yang terjadi terkadang tetangga atau bahkan keluarganya pun tidak mengetahui motif atau latar belakang pelaku. Kepedulian atau kepekaan kita selaku makhluk sosial harus selalu ditingkatkan karena walau bagaimanapun sebuah ironi apabila kita hidup bahagia tapi tetangga atau kerabat dekat kita hidup menderita.
Dalam hadist riwayat Bukhari Nabi Muhammad SAW berkata “Jibril senanstiasa berwasiat kepadaku agar memuliakan (berbuat baik) kepada tetangga sampai aku mengira seseorang akan menjadi ahli waris tetangganya”. Dari apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW sudah jelas bahwa kita harus memuliakan tetangga atau berbuat baik atau peduli terhadap tetangga jangan sampai justru kita menjadi penyebab tetangga kita bunuh diri.
Peran pemerintah tentu akan sangat membantu mengurangi kasus bunuh diri yang terjadi tapi tanpa peran serta masyarakat hal itu akan menjadi omong kosong belaka. Selain itu, mendekatkan diri kepada Tuhan harus senantiasa kita lakukan agar tidak terjerumus dalam lembah kegelapan dan rayuan setan, Rabu (14/08/19). (*).
Banyak sekali orang yang tidak paham bagaimana memperlakukan jiwanya dengan baik. Tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa hanya fisik yang memilki penyakit dan harus disembuhkan, padahal awal dari semua penyakit fisik sejatinya berasal dari jiwa yang sakit. Jiwa yang sakit atau mental yang sakit kadang jarang diperhatikan oleh manusia yang akhirnya membuat penyakit tersebut makin kuat dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Menurut salah satu pakar psikologi di Indonesia, Jalaludin, kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan kondisi batin yang berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).
Banyak sekali faktor yang menyebabkan mental menjadi tidak sehat, misalnya masalah ekonomi, sosial dan budaya dan masalah-masalah tersebut apabila dalam diri manusia tidak didasari keimanan atau kedekatan yang kuat dengan Tuhan dapat menimbulkan masalah yang lain seperti stres, depresi atau bahkan mungkin bunuh diri.
Manusia saat dalam kondisi tersebut kadang bingung harus berbuat apa untuk mengobati sakit mentalnnya padahal sejatinya ketenangan batin bisa didapat dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun, bukannya mendekatkan diri kepada Tuhan manusia justru malah melampiaskannya kepada hal-hal negatif seperti narkoba, miras dan sebagainya. Alhasil, tak sedikit dari mereka yang berakhir dengan kematian.
Di Provinsi Banten, khususnya Kabupaten Pandeglang dalam tiga bulan terakhir telah terjadi tiga kali kasus bunuh diri. Hal ini tentunya bukan hal biasa tapi merupakan hal baru dan mengejutkan di masyarakat setempat.
Pada tiga kasus bunuh diri yang terjadi dua di antaranya terjadi di Kecamatan Cipeucang dan dari tiga kasus bunuh diri tadi dilatarbelakangi oleh masalah kesehatan mental yang menyebabkan kejiwaan para pelaku bunuh diri terganggu.
Seperti yang dilansir dari Detik.com salah satu pelaku bunuh diri di Kecamatan Cadasari yang terjadi pada tanggal 30 Mei 2019 diduga bunuh diri karena batal menikah dengan kekasihnya satu hari menjelang hari pernikahan. Dari berita tersebut pelaku tentu mendapati gocangan kejiwaan yang cukup berat sehingga membuat kondisi mentalnya menjadi tidak sehat, depresi karena batal menikah dengan pujaan hati tentu mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang dibenci Tuhan tersebut.
Kebanyakan pelaku bunuh diri beranggapan bahwa dengan bunuh diri rasa sakit yang dialami juga akan mati. Padahal, bunuh diri justru hanya akan menambah masalah di kemudian hari. Dalam ilmu psikologi, bunuh diri selalu terjadi karena depresi yang dialami pelaku yang gejalanya sulit dikenali atau disadari sehingga ia sendiri tidak tahu cara keluar dari masalah yang dihadapi.
Selain mendekatkan diri pada Tuhan, bercerita kepada orang yang dipercaya dapat mengurangi dampak dari masalah yang dihadapi dan selain itu juga berkomunikasi dengan para ahli kejiwaan atau pemuka agama seperti konselor, psikolog atau kyai dan pendeta juga dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi walaupun sejatinya yang dapat menyelesaikan masalah adalah diri kita sendiri.
Banyaknya kasus bunuh diri yang terjadi di Provinsi Banten seharusnya membuat pemerintah setempat bergerak untuk mengatasi permasalahan tersebut. Banten yang dikenal dengan Kota Seribu Kyai dan Sejuta Santri dengan masyarakatnya yang dikenal religius seharusnya jauh dari kejadian ataupun kasus bunuh diri.
Layanan bantuan kesehatan mental atau konseling harusnya terus digalakkan dan dibuat di setiap titik di Provinsi Banten. Ada baiknya, apabila Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang berada di tiap kecamatan tidak hanya menyediakan layanan untuk pengobatan fisik akan tetapi juga menyediakan layanan pengobatan psikis. Tempat-tempat seperti Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau lebih dikenal dengan sebutan P2TP2A harus lebih dimaksimalkan peran dan fungsinya guna meminimalisasi kasus bunuh diri yang terjadi di Banten.
Pemerintah juga seharusnya memerhatikan tenaga kerja psikologi atau konseling, seperti yang dikemukakan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) Provinsi Banten jumlah konselor atau tenaga konseling di Provinsi Banten sangat sedikit dan kebanyakan bergerak di bidang pendidikan dan sangat sedikit sekali yang bergerak di bidang sosial. Sampai saat ini pola pikir masyarakat Banten pada umumnya beranggapan bahwa menyelesaikan permasalahan cukup pada pemuka agama atau kyai padahal setiap permasalahan psikis yang dihadapi itu punya spesialisasi masing-masing.
Pola pikir yang seperti ini seharusnya tidak dibiasakan supaya masyarakat sadar pentingnya kesehatan mental bagi kehidupan. Pemerintah dapat menggandeng lembaga-lembaga terkait seperti ABKIN ataupun Ikatan Psikolog Indonesia untuk ikut serta dalam meminimalisasi terjadinya kasus bunuh diri di Provinsi Banten.
Selain harus adanya upaya pemerintah dalam menangani kasus bunuh diri yang terjadi, masyarakat juga harus turut aktif dalam mengatasi masalah tersebut. Sangat miris sekali, kasus-kasus bunuh diri yang terjadi terkadang tetangga atau bahkan keluarganya pun tidak mengetahui motif atau latar belakang pelaku. Kepedulian atau kepekaan kita selaku makhluk sosial harus selalu ditingkatkan karena walau bagaimanapun sebuah ironi apabila kita hidup bahagia tapi tetangga atau kerabat dekat kita hidup menderita.
Dalam hadist riwayat Bukhari Nabi Muhammad SAW berkata “Jibril senanstiasa berwasiat kepadaku agar memuliakan (berbuat baik) kepada tetangga sampai aku mengira seseorang akan menjadi ahli waris tetangganya”. Dari apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW sudah jelas bahwa kita harus memuliakan tetangga atau berbuat baik atau peduli terhadap tetangga jangan sampai justru kita menjadi penyebab tetangga kita bunuh diri.
Peran pemerintah tentu akan sangat membantu mengurangi kasus bunuh diri yang terjadi tapi tanpa peran serta masyarakat hal itu akan menjadi omong kosong belaka. Selain itu, mendekatkan diri kepada Tuhan harus senantiasa kita lakukan agar tidak terjerumus dalam lembah kegelapan dan rayuan setan, Rabu (14/08/19). (*).
COMMENTS