Oleh : Ahmad Syafaat Dalam hati ini mulai muncul keresahan ketika melihat daerah sendiri, dari berbagai sudut pandangku selami sambil ...
Oleh : Ahmad Syafaat
Dalam hati ini mulai muncul keresahan ketika melihat daerah sendiri, dari berbagai sudut pandangku selami sambil meminum kopi agar berbuah kongklusi yang integral dalam tataran spekulasi. Ternyata oh ternyata menyelami ~hati si ayang sangat dalam sekali melebihi lautan~ eh maksudnya menyelami segala permasalahan yang terjadi di daerah begitu dalam sekali sampe ke akar-akarnya.
Aku merenung sejenak sambil kening mengerut karena saking dalamnya berfikir berdialog dengan hati membaca lingkungan sekitar sampai pertanyaan-pertanyaan radix muncul dalam benak ruang imajinasi ini, apa yang terjadi ?
Kenapa bisa terjadi ?
Bagaimana cara menyelesaikannya ?
Siapa penyebabnya ?
Silahkan membuat pertanyaan sendiri dan jawab sendiri sambil ketawa ketawanya wkwkw hehehe.
Berbicara tentang masalah, tidak ada yang bisa keluar darinya, baik mahluk hidup dan mati bahkan masalah ada akar-akarnya serta banyak yang mencari akar tersebut, jenis akar tunggang atau akar serabut, Seperti pohon-pohon ahh sudahlah lanjutkan mengopi serupuutt..
Imajinasi ini mencoba untuk membaca daerah sendiri khususnya Kabupaten Pandeglang yang katanya sudah terlepas dari daerah tertinggal entah versi siapa? ataukah klaim para penguasa agar terhindar dari ~zona nyaman~ maksudnya zona berbahaya tapi terlepas dari itu, Alhamdulilah semoga itu beneran shahih sanad dan perawinya nyambung sampai pusat.
Kota Pandeglang atau Kota Badak atau Kota Santri atau dikenal kota wisata versi pemerintahnya sampai dibuat I con Narasi di pinggir jalan raya Goyang Lidah dengan tulisan grafity "Selamat Datang Di Kota Wisata".
Narasi ini seolah menghipnotis publik atau warga seantero dunia sampai ke ~planet Pluto yang paling kecil~ masyarakat akar rumput mengetahui dan menelan informasi itu, entah dengan menelan mentah-mentah atau pun dengan di goreng supaya matang. Saya mencermati, menganalisa dan menilai hasil menggoreng-goreng sana-sini, daerah Pandeglang sedang diambang kegelisahan dan di hempas badai besar maju bergerak ke kiri ke kanan? atau pun stagnan diam ditempat atau yang lebih ekstrem lagi menurut kaum mu'tazilah dengan sebutan Al Manzilah bainal Manzilatain (posisi diantara dua posisi) entah posisi apa? Tengah, kiri, kanan, atau pun belakang entah ahh saya engga mau menjustifikasi, silahkan berspekulasi menafsirkan sendiri, lanjutkan mengopii.. seruputtt...
Menurut saya apabila daerah ini di analogikan kapal yang besar dalam melewati badai semuanya ada ditangan nahkoda atau pemimpin yang mengendalikannya.
Keyakinan penumpang dan keahlian nahkoda ini dalam mengarungi samudra sangat mempengaruhi kesetabilan kapal dan kondisi keselamatan para penumpangnya yang pasti seorang nahkoda mempunyai skill jurus-jurus sakti andalan dalam menghadapi ~tang ting tung masalah~ samudra besar yang mengancam keselamatan kapal dan penumpang supaya seimbang dalam berlayar dan berperang. Waspadalah ~sebelum dunia api menyerang~ atau badai menerjang, silahkan angkat tangan gunakan jurus-jurus saktinya seeettt...
Jika dalam pemerintahan, jurus sakti nahkoda atau seorang pemimpin biasanya terkumpul dalam konsep skema yang di sebut " Visi Misi " yang sebagai arah jalan penggerak dan tujuan.
Sebagus apapun kapal, mobil, atau kendaraan lainnya itu sangat ditentukan oleh nahkoda yang mengendarainya, kalau seorang nahkoda itu tidak profesional dan berkualitas maka yang pasti potensi celaka tabrakan atau ugal-ugalan itu suatu keniscayaan.
Setiap orang adalah pemimpin, setiap pemimpin akan di minta pertanggung jawabannya, disini ada subjek dan objek yang saling keterkaitan, ada pemimpin pasti ada yang dipimpin. Maka dalam tulisan ini saya akan lebih membahas pemimpinnya atau nahkodanya layak atau tidak? semua itu secara sederhana kita kuliti saja melalui visi misinya.
Nahkoda Kapal Besar Kabupaten Pandeglang di duduki oleh Ibu Hj Irna Narulita dan Mas Tanto Warsono Arban. Keduanya orang terbaik dan keren-keren itu buktinya di pilih jadi nahkoda, apalagi ini dipilihnya langsung oleh penumpang-penumpang kecil dan besar, tapi awasnya ~bukan penumpang gelap lohhh~ penumpang yang mempunyai tiket ini mah ehehehehehe.
Euttt ssstttt..., saya engga mau lama-lama bahas nahkodanya, saya langsung akan kuliti dan pelajari dari jurus-jurus saktinya yang di miliki oleh keduanya dalam mengatur daerah yaitu Kabupaten Pandeglang.
Berangkat dari jurus andalan yang pertama, tentunya dilihat dari ~siapa musuh yang dihadapinya~ ehh maksudnya situasi kondisi yang berlaku sangat mempengaruhinya. Ahh dari pada saya sebutkan jurusnya satu-satu terlalu lama, akhirnya saya satukan menjadi kekuatan bersama dan gabungan, sebut saja kekuatan "INTAN" kekuatan itu diambil dari brand kedua namanya yang digabung kunfayakun jadilah maka jadilah kekuatan besar.
Jurus sakti kekuatan besar ini termanifestasi dari uraian Visi Kabupaten Pandeglang di bawah kepemimpinan mereka adalah terwujudnya Pandeglang Berkah melalui transformasi harmoni agrobisnis, maritim bisnis dan wisata bisnis menuju rumah sehat dan keluarga sejahtera 2020. Sedangkan Misinya, yakni memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, membangun konektivitas wilayah, meningkatkan nilai tambah sektor pertanian, meningkatkan nilai tambah sektor maritim, modernisasi pengelolaan potensi wisata, meningkatkan tata kelola pemerintahan dan memperkuat sistem inovasi.
Jika kita kupas secara mendalam jurus sakti ini, ikhtiar untuk mencapai visi tersebut memang bukanlah hal mudah, Perlu tenaga ekstra dan sedikit gila dalam mengeluarkan terobosan-terobosan kreatif dan inovatif. Namun, terlepas semua dari masalah semoga ada ‘itikad baik dari Irna – Tanto untuk lebih serius menangani kompleksitas Pandeglang dengan jumlah penduduk total sekitar 1.205.203 jiwa yang tersebar di 35 kecamatan, 13 kelurahan dan 326 Desa sehingga dapat berbuah manis hingga masa akhir periode.
Saya memandang dari sudut pandang baper (berbaik sangka) khusnudzan penulis, pada tiap perayaan selalu ada evaluasi program untuk kemajuan. ldealnya, penduduk yang masih hidup di atas tanah Pandeglang dengan modernitas digitalisasi zaman yang luar biasa serba canggih ini seharusnya tidak perlu lagi menyaksikan hal-hal yang dinilai sebagai kemunduran kerja pemerintah daerah, semisal buruknya akses infrastruktur, pelayanan kesehatan, pendidikan, sosial yang tidak memadai.
Namun itulah realita di Pandeglang, berbanding terbalik dengan keadaan, entah dilihat dari berbagai sudut pandang manapun yaa tetap terbalik.
Jika dianalisa dalam perspektif politik, kepemimpinan Irna – Tanto merupakan buah atau kepanjangtanganan dari dua dinasti yang ada di Banten. Tercatat Irna Narulita merupakan istri dari politisi yang kini berlabuh dalam nahkoda PKS. Dimyati Natakusumah yang tidak bukan adalah mantan Bupati Pandeglang yang menjabat selama dua periode (2000-2005/2005-2009), dan pada pesta demokrasi 17 April kemarin juga anak dan bapak lolos ke senayan dalam partai yang berbeda,, yaa saktiiii....
Sedangkan Tanto Warsono Arban yang meskipun namanya terdengar asing bagi sebagian kalangan masyarakat bawah sejatinya bukanlah aktor yang "dadakan" atau instan ~Mie~ namanya sudah sering menempati posisi strategis dalam pemerintahan seperti Ketua Komisi III DPRD Provinsi Banten periode 2014-2016 dan pernah menjadi Ketua KNPI Provinsi Banten. Tanto tidak lain adalah berasal dari dinasti Atut Chosiyah sebagai menantu mantan Gubernur Banten.
Sebetulnya, penulis tidak memandang "Dinasti politiknya" tapi minimal dalam tataran implementasinya mampu merubah paradigma negatif yang kadung menjadi sebuah rahasia publik. Namun apa yang terjadi dari dominasi kekuasaan ini justru umumnya berimbas petaka dan selalu di posisi sial, wabilkhususon bagi masyarakat setempat yang merasakan dampak secara langsung bagaimana daerah seolah tanpa kemajuan dan diam di tempat bahkan mundur, terutama Kabupaten Pandeglang. Optimis Pandeglang Bisa Lebih baik ; Sebuah Evaluasi Pembangunan Untuk Kemajuan. (*).
COMMENTS