Banyuwangi, RN Aksi Penghadangan yang dilakukan warga dusun Pancer Desa Sumberagung kecamatan Pesanggaran terhadap tim peneliti dari Univer...
Banyuwangi, RN
Aksi Penghadangan yang dilakukan warga dusun Pancer Desa Sumberagung kecamatan Pesanggaran terhadap tim peneliti dari Universitas Tri Sakti Jakarta yang berkolaborasi dengan PT BSI selaku perusahaan pengelola tambang emas Gunung Tumpang Pitu terus terjadi.
Sesuai pantauan dilapangan selama melakukan aksi beberapakali sempat terjadi ketegangan antara dua kelompok warga yang kontra tambang dengan warga yang pro tambang.
Pada saat PT BSI dikonfirmasi awak media bagaimana tanggapan perusahaan terkait aksi penghadangan warga tersebut melalui humasn Mufizar Mahmud mengirimkan respon resmi yang dikirim melalui pesan diaplikasi WhatsAppnya pada hari Kamis (9/1/2020).
Isi respon itu adalah, bahwa terkait dengan penghadangan warga terhadap penelitian Geolistrik di daerah Lompongan dan Genderuwo, Pancer, Sumberagung, Pesanggaran, perusahaan terus berupaya memberi pemahaman kepada masyarakat menghadang bahwa kegiatan merupakan kegiatan awal untuk menginventarisasi potensi yang ada sebagai salah satu kewajiban BSI dibawah IUP yang diberikan pemerintah.
Terkait kejadian tersebut, kami menegaskan bahwa:
1. Kegiatan penelitian geolistrik adalah kegiatan penelitian yang lazim dilakukan dalam industri pertambangan oleh perusahaan yang telah memiliki izin dan dalam kegiatannya PT BSI bekerjasama dengan Universitas Tri Sakti, yang juga selain untuk kepentingan perusahaan yang harus dilaporkan ke pemerintah, juga dharma bakti perguruan tinggi dalam melakukan penelitian dan menjadi bahan pembelajaran di dunia akademis perguruan tinggi
2. PT Bumi Suksesindo (BSI) adalah pemilik izin (IUP) di wilayah Salakan dan sekitarnya. Perusahaan ingin melakukan penelitian potensi mineral di wilayah tersebut dengan teknologi Geolistrik.
3. Sebagai pemegang izin, perusahaan berharap dapat bekerja dengan aman tanpa gangguan.
4. Perusahaan melibatkan 70 tenaga pekerja lokal dalam penelitian ini guna memberdayakan, mendapat pembelajaran, dan upaya transparansi kepada masyarakat lokal dusun Pancer selama penelitian berlangsung.
Namun rupanya respon dari PT BSI itu ditanggapi dingin oleh warga kontra tambang yang menganggap apa yang disampaikan banyak yang bertolak belakang dengan yang terjadi dilapangan selama ini.
Seperti yang disampaikan Amin Fauzi (36th) warga dusun Pancer yang kontra tambang dan dikenal vokal dalam setiap aksi tolak tambang.
Kepada wartawan yang menemuinya dilokasi penghadangan pria yang akrab dipanggil Wafi itu didampingi warga lainnya menyatakan jika warga sudah bertekad bulat untuk mempertahankan gunung Salakan dengan menghadang pihak PT BSI maupun tim peneliti dari universitas Jakarta untuk masuk dan beraktivitas disana.
"Warga Sumberagung khususnya dusun Pancer banyak yang menggantungkan hidupnya untuk mencari nafkah digunung Salaan, mereka bercocok tanam dengan berkebun untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, saya sendiri juga anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) diwilayah sini",tutur Wafi .Jumat (10/1/2020).
"Kami hanya orang desa yang hidup dipinggiran hutan, kami tidak paham dengan apa yang disampaikan perusahaan, yang kami tahu silahkan habiskan gunung Tumpang Pitu tapi jangan sentuh Gunung Salakan, jika nekad kami siap pertahankan sampai titik darah penghabisan",tambah Wafi dengan tegasnya yang diamini warga lainnya.
Memang hingga hari ketiga aksi penghadangan tampak warga masih terus berkumpul dibeberapa titik diwilayah dusun Pancer, namun konsentrasi massa terlihat lebih banyak berkumpul dilokasi bekas tambak yang juga merupakan salahsatu akses masuk ke gunung Salakan.
(TIM)
Aksi Penghadangan yang dilakukan warga dusun Pancer Desa Sumberagung kecamatan Pesanggaran terhadap tim peneliti dari Universitas Tri Sakti Jakarta yang berkolaborasi dengan PT BSI selaku perusahaan pengelola tambang emas Gunung Tumpang Pitu terus terjadi.
Sesuai pantauan dilapangan selama melakukan aksi beberapakali sempat terjadi ketegangan antara dua kelompok warga yang kontra tambang dengan warga yang pro tambang.
Pada saat PT BSI dikonfirmasi awak media bagaimana tanggapan perusahaan terkait aksi penghadangan warga tersebut melalui humasn Mufizar Mahmud mengirimkan respon resmi yang dikirim melalui pesan diaplikasi WhatsAppnya pada hari Kamis (9/1/2020).
Isi respon itu adalah, bahwa terkait dengan penghadangan warga terhadap penelitian Geolistrik di daerah Lompongan dan Genderuwo, Pancer, Sumberagung, Pesanggaran, perusahaan terus berupaya memberi pemahaman kepada masyarakat menghadang bahwa kegiatan merupakan kegiatan awal untuk menginventarisasi potensi yang ada sebagai salah satu kewajiban BSI dibawah IUP yang diberikan pemerintah.
Terkait kejadian tersebut, kami menegaskan bahwa:
1. Kegiatan penelitian geolistrik adalah kegiatan penelitian yang lazim dilakukan dalam industri pertambangan oleh perusahaan yang telah memiliki izin dan dalam kegiatannya PT BSI bekerjasama dengan Universitas Tri Sakti, yang juga selain untuk kepentingan perusahaan yang harus dilaporkan ke pemerintah, juga dharma bakti perguruan tinggi dalam melakukan penelitian dan menjadi bahan pembelajaran di dunia akademis perguruan tinggi
2. PT Bumi Suksesindo (BSI) adalah pemilik izin (IUP) di wilayah Salakan dan sekitarnya. Perusahaan ingin melakukan penelitian potensi mineral di wilayah tersebut dengan teknologi Geolistrik.
3. Sebagai pemegang izin, perusahaan berharap dapat bekerja dengan aman tanpa gangguan.
4. Perusahaan melibatkan 70 tenaga pekerja lokal dalam penelitian ini guna memberdayakan, mendapat pembelajaran, dan upaya transparansi kepada masyarakat lokal dusun Pancer selama penelitian berlangsung.
Namun rupanya respon dari PT BSI itu ditanggapi dingin oleh warga kontra tambang yang menganggap apa yang disampaikan banyak yang bertolak belakang dengan yang terjadi dilapangan selama ini.
Seperti yang disampaikan Amin Fauzi (36th) warga dusun Pancer yang kontra tambang dan dikenal vokal dalam setiap aksi tolak tambang.
Kepada wartawan yang menemuinya dilokasi penghadangan pria yang akrab dipanggil Wafi itu didampingi warga lainnya menyatakan jika warga sudah bertekad bulat untuk mempertahankan gunung Salakan dengan menghadang pihak PT BSI maupun tim peneliti dari universitas Jakarta untuk masuk dan beraktivitas disana.
"Warga Sumberagung khususnya dusun Pancer banyak yang menggantungkan hidupnya untuk mencari nafkah digunung Salaan, mereka bercocok tanam dengan berkebun untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, saya sendiri juga anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) diwilayah sini",tutur Wafi .Jumat (10/1/2020).
"Kami hanya orang desa yang hidup dipinggiran hutan, kami tidak paham dengan apa yang disampaikan perusahaan, yang kami tahu silahkan habiskan gunung Tumpang Pitu tapi jangan sentuh Gunung Salakan, jika nekad kami siap pertahankan sampai titik darah penghabisan",tambah Wafi dengan tegasnya yang diamini warga lainnya.
Memang hingga hari ketiga aksi penghadangan tampak warga masih terus berkumpul dibeberapa titik diwilayah dusun Pancer, namun konsentrasi massa terlihat lebih banyak berkumpul dilokasi bekas tambak yang juga merupakan salahsatu akses masuk ke gunung Salakan.
(TIM)
COMMENTS