Sulteng, RN Hasanuddin Atjo, Kepala Bappeda Sulawesi Tengah dalam keterangaanya terkait covid 19 Pandemic Corona kini menbuat semua orang...
Sulteng, RN
Hasanuddin Atjo, Kepala Bappeda Sulawesi Tengah dalam keterangaanya terkait covid 19
Pandemic Corona kini menbuat semua orang jadi pusing, cemas dan mulai dihinggapi rasa panik. Mulai Kepala Negara sampai kepada masyarakat kecil pun di seluruh dunia.
Pasalnya, krisis ekonomi mulai dirasakan akibat kebijakan social dan physical distancing, termasuk stay at home atau tinggal di rumah dan bekerja dari rumah yang wajib dan mutlak dilakukan. Kecuali untuk hal tertentu yang sangat penting.
Ketersediaan bahan pangan yang merupakan “bahan bakar, energi ” setiap manusia mulai terbatas, akibat physical dan social distancing. Harga beras, ikan, ayam dan protein lainnya mulai bergerak naik. Dilain sisi kebijakan merumahkan karyawan dan memutus kontrak kerja terpaksa dilakukan di sejumlah perusahaan..
Dua masalah , secara bersamaan menimpa dan menjadi beban masyarakat yaitu harga kebutuhan pangan yang cenderung naik, dan pendapatan cenderung berkurang. Sudah pasti angka inflasi, kemiskinan dan ketimpangan akan meningkat signifikan. Disinilah baru disadari betapa pentingnya peran kemandirian pangan sebuah Negara, sebuah wilayah.
Di saat seperti ini peran Negara bersama Pemerintah Daerah harus hadir untuk meminimalisir permasalahan itu. Sejumlah regulasi telah dikeluarkan Presiden Joko Widodo bersama wakilnya Ma’ruf Amin diantaranya “Lock Down Terbatas” yang dianggap sudah tepat. Karena Lock Down penuh yang diterapkan di beberapa Negara seperti India dan Amerika Serikat telah melahirkan sejumlah masalah baru yang lebih memperparah keadaan.
Re-alokasi sejumlah anggaran pembangunan tahun 2020 yang akan diberlakukan di semua daerah, juga dipandang sebagai solusi yang akan meringankan beban masyarakat. Namun perlu dicari formulasi yang tepat.
Badan Usaha Logistik, BULOG yang berperan sebagai penyangga tentunya berperan strategis untuk penyediaan pangan bagi masyarakat namun masih terbatas kepada beras, gula dan minyak goreng. Itupun juga masih harus di suply dari luar wilayah.
Pertanyaan penting. kemudian bagaimana dengan penyediaan pangan lain seperti ikan, ayam dan hortikultura yang memerlukan gudang pendingin atau Coldstoredge?
Di saat ditugaskan sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah periode (2007-2019), di setiap pelabuhan perikanan telah dibangun gudang pendingin dan pabrik es melalui APBN dan APBD. Gudang pendingin ini bertujuan untuk stabilitas harga, yaitu di saat musim ikan, hasil tangkapan nelayan di tampung dan disalurkan pada saat dibutuhkan.
Ada sembilan lokasi yang telah dibangun fasilitas itu yaitu 2 unit di kab. Donggala, 2 unit di Tolitoli, 1 unit di Parigi Moutong, 1 unit di Kab. Morowali, 1 unit di Banggai dan 2 unit di kabupaten Banggai laut.
Fasilitas ini tentunya dapat dimanfaatkan untuk menampung bahan pangan protein seperti ikan atau ayam dengan intervensi dana dari re-alokasi Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menjadi cadangan pangan protein bila nantinya Pandemic ini berkepanjangan. Harapan dan doa kita bersama kiranya pandemic ini bisa segera diakhiri.
Belajar dari pengalaman danpak yang ditimbulkan oleh Pandemic Corona, maka program dari Kemandirian maupun Ketahanan Pangan yang telah lama menjadi program nasional, seyogianya harus lebih diprioritaskan, didorong dan dimaksimalkan. Menjadi salah satu tugas pokok pemimpin daerah untuk membangun kemandirian pangan di masing-masing wilayahnya.
Berhubungan dengan hal tersebut di atas, dan berdasarkan data dari Global Food Security Indek (2019), bahwa Ketahanan Pangan Nasional berada di urutan ke 62 dengan nilai indeks sekitar 62,6 dari 113 Negara yang diukur. Philipina berada dibawah Indonesia yaitu peringkat 64. Singapura berada di urutan teratas dengan nilai 87,4. Malaysia di urutan 28, Thailand 52, Vietnam di urutan ke 54.
Bila dikaitkan dengan upaya menghadapi pandemic Corona, maka Negara dengan indeks kemandirian pangan yang tinggi lebih mampu menekan angka kematian dari kasus positif dan menaikkan angka kesembuhan.
Berdasarkan data yang dilansir dari Kompas.com 30 Maret 2020 menunjukkan bahwa Singapura positif Infeksi 802 kasus, sembuh 198 dan meninggal 3 orang. Thailand positif 1.524 orang, sembuh 229 dan meninggal 9 orang. Vietnam positif 194 orang, sembuh 52 orang dan meninggal belum ada. Philipina kasus positif 1546 orang, sembuh 42 orang dan meninggal 78 orang. Dan Indonesia positif 1.414 kasus, sembuh 75 orang, meninggal 122 orang.
Sebagai clossing statment dari tulisan ini bahwa: Ada korelasi antara nilai indeks Kemandirian atau ketahanan pangan sebuah Negara atau sebuah wilayah, dengan upaya menekan korban meninggal dan meningkatkan jumlah yang sembuh terkait dengan pandemic Corona, Covid-19. Tentunya korelasi ini masih harus dikaji lebih dalam lagi dan komprehensif. manto
Hasanuddin Atjo, Kepala Bappeda Sulawesi Tengah dalam keterangaanya terkait covid 19
Pandemic Corona kini menbuat semua orang jadi pusing, cemas dan mulai dihinggapi rasa panik. Mulai Kepala Negara sampai kepada masyarakat kecil pun di seluruh dunia.
Pasalnya, krisis ekonomi mulai dirasakan akibat kebijakan social dan physical distancing, termasuk stay at home atau tinggal di rumah dan bekerja dari rumah yang wajib dan mutlak dilakukan. Kecuali untuk hal tertentu yang sangat penting.
Ketersediaan bahan pangan yang merupakan “bahan bakar, energi ” setiap manusia mulai terbatas, akibat physical dan social distancing. Harga beras, ikan, ayam dan protein lainnya mulai bergerak naik. Dilain sisi kebijakan merumahkan karyawan dan memutus kontrak kerja terpaksa dilakukan di sejumlah perusahaan..
Dua masalah , secara bersamaan menimpa dan menjadi beban masyarakat yaitu harga kebutuhan pangan yang cenderung naik, dan pendapatan cenderung berkurang. Sudah pasti angka inflasi, kemiskinan dan ketimpangan akan meningkat signifikan. Disinilah baru disadari betapa pentingnya peran kemandirian pangan sebuah Negara, sebuah wilayah.
Di saat seperti ini peran Negara bersama Pemerintah Daerah harus hadir untuk meminimalisir permasalahan itu. Sejumlah regulasi telah dikeluarkan Presiden Joko Widodo bersama wakilnya Ma’ruf Amin diantaranya “Lock Down Terbatas” yang dianggap sudah tepat. Karena Lock Down penuh yang diterapkan di beberapa Negara seperti India dan Amerika Serikat telah melahirkan sejumlah masalah baru yang lebih memperparah keadaan.
Re-alokasi sejumlah anggaran pembangunan tahun 2020 yang akan diberlakukan di semua daerah, juga dipandang sebagai solusi yang akan meringankan beban masyarakat. Namun perlu dicari formulasi yang tepat.
Badan Usaha Logistik, BULOG yang berperan sebagai penyangga tentunya berperan strategis untuk penyediaan pangan bagi masyarakat namun masih terbatas kepada beras, gula dan minyak goreng. Itupun juga masih harus di suply dari luar wilayah.
Pertanyaan penting. kemudian bagaimana dengan penyediaan pangan lain seperti ikan, ayam dan hortikultura yang memerlukan gudang pendingin atau Coldstoredge?
Di saat ditugaskan sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah periode (2007-2019), di setiap pelabuhan perikanan telah dibangun gudang pendingin dan pabrik es melalui APBN dan APBD. Gudang pendingin ini bertujuan untuk stabilitas harga, yaitu di saat musim ikan, hasil tangkapan nelayan di tampung dan disalurkan pada saat dibutuhkan.
Ada sembilan lokasi yang telah dibangun fasilitas itu yaitu 2 unit di kab. Donggala, 2 unit di Tolitoli, 1 unit di Parigi Moutong, 1 unit di Kab. Morowali, 1 unit di Banggai dan 2 unit di kabupaten Banggai laut.
Fasilitas ini tentunya dapat dimanfaatkan untuk menampung bahan pangan protein seperti ikan atau ayam dengan intervensi dana dari re-alokasi Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menjadi cadangan pangan protein bila nantinya Pandemic ini berkepanjangan. Harapan dan doa kita bersama kiranya pandemic ini bisa segera diakhiri.
Belajar dari pengalaman danpak yang ditimbulkan oleh Pandemic Corona, maka program dari Kemandirian maupun Ketahanan Pangan yang telah lama menjadi program nasional, seyogianya harus lebih diprioritaskan, didorong dan dimaksimalkan. Menjadi salah satu tugas pokok pemimpin daerah untuk membangun kemandirian pangan di masing-masing wilayahnya.
Berhubungan dengan hal tersebut di atas, dan berdasarkan data dari Global Food Security Indek (2019), bahwa Ketahanan Pangan Nasional berada di urutan ke 62 dengan nilai indeks sekitar 62,6 dari 113 Negara yang diukur. Philipina berada dibawah Indonesia yaitu peringkat 64. Singapura berada di urutan teratas dengan nilai 87,4. Malaysia di urutan 28, Thailand 52, Vietnam di urutan ke 54.
Bila dikaitkan dengan upaya menghadapi pandemic Corona, maka Negara dengan indeks kemandirian pangan yang tinggi lebih mampu menekan angka kematian dari kasus positif dan menaikkan angka kesembuhan.
Berdasarkan data yang dilansir dari Kompas.com 30 Maret 2020 menunjukkan bahwa Singapura positif Infeksi 802 kasus, sembuh 198 dan meninggal 3 orang. Thailand positif 1.524 orang, sembuh 229 dan meninggal 9 orang. Vietnam positif 194 orang, sembuh 52 orang dan meninggal belum ada. Philipina kasus positif 1546 orang, sembuh 42 orang dan meninggal 78 orang. Dan Indonesia positif 1.414 kasus, sembuh 75 orang, meninggal 122 orang.
Sebagai clossing statment dari tulisan ini bahwa: Ada korelasi antara nilai indeks Kemandirian atau ketahanan pangan sebuah Negara atau sebuah wilayah, dengan upaya menekan korban meninggal dan meningkatkan jumlah yang sembuh terkait dengan pandemic Corona, Covid-19. Tentunya korelasi ini masih harus dikaji lebih dalam lagi dan komprehensif. manto
COMMENTS