Oleh : Marshal ( Alumni MENWA ) Di era orde baru salah satu perkembangan terpenting dalam perjalanan Menwa adalah keluarnya surat Keputusan ...
Oleh : Marshal ( Alumni MENWA )
Di era orde baru salah satu perkembangan terpenting dalam perjalanan Menwa adalah keluarnya surat Keputusan Bersama tiga Menteri, Mendikbud, Menhankam, mendagri No.Kep/39/XI/1975 tanggal 11/11/75 tentang pembinaan organisasi Menwa yang ditindak lanjuti dengan SKB 3 Menteri yaitu menhankam, Mendikbud, dan Mendagri No.Kep 02/!/1978 tanggal 19/1/1978 tentang petunjuk pelaksanaan Pembinaan organisasi menwa . secara umum sasaran pembinaan menwa di arahkan pada
1. terwujudnya menwa sebagsai patriot pejuang, pelopor dalam pembangunan sebagai inssan Pancasila yang bertakwa kepada Tuhan YME
2. terwujudnya identitas Menwa sebagai mahasiswa Indonesia yang terlatih dan sadar akan tanggung jawabnya dalam pembangunan negara serta menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi selain sebagai komponen kekuatan Hankam
3. tewujudnya penghayatan, penyerapan serta pelaksanaan tekad dan pendirian Resimen mahasiswa Indonesia sebagai sumpah setia terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Melalui konsep NKK/BKK, yang dicetuskan oleh DR. Daoed Joesoef, Mendikbud waktu itu, Menwa ditempatkan sebagai salah satu unit kegiatan resmi di tingkat universitas. Dengan mereka mempunyai kesejajaran dengan unit kegiatan mahasiswa (UKM) lainnya seprti Pecinta Alam, marching Band, Pramuka , pers kampus dll. Mereka digolongkan dalam pembianaan minat, bakat dan Kegemaran. Namun secara structural pembinaan meliputi tran- departemental, disitulah awal “konflik” itu barangkali timbul.
Dalam wacana kemahasiswaan, mereka dibawah mendikbud, karena semata-mata mereka adalah mahasiswa Indonesia , yang juga mahasiswa Indonesia lainnya yang memiliki status mahasiswa. Unsur pembinaan dari Menhankam , oleh karena itu secara atributifdan posisi mahasiswa itu dibekali dengan teori-teori dan praktik ketentaraan dan kesatrian yang seperti yang dicontohkan untuk militer kita, dan berkaitan dengan Depdagri, karena walau bagaimanapun, sebagai salah satu bentuk dari unsur bela negara, maka dia ditempatkan di bawah koordinasi Pertahanan sipil, yakni Mawil hansip. Jadi memang secara structural pula, Menwa adalah Komcadnas.
Sedang aspek paling menonjol karena fungsi kesetaraan itu di Indonesia itu untuk trend sekarang dibawah Orde Baru adalah bahwa ABRI ikut terjun dalam dunia politik, maka sulit rasanya di elakkan kalau dikatakan bahwa mereka pun telah memainkan fungsi-fungsi dari DWI-fungsi ABRI. Ini pulalah memicu tuduhan bahwa mereka dalam performansinya lebih mirip tentara dari pada sebagai sosok mahasiswa. Ini terlihat dari atribut yang dikenakan , dari cara berjalan , dan secara psikologis jiwa sesama korps (espirit de corps) lebih kuat karena mereka digodok di kawah candradimuka untuk beberapa minggu. “Setting” politik ini memang tak menguntungkan Menwa “generasi baru” ini sejak awal mereka diposisikan sebagai pengamanan kampus yang harus berhadapan dengan gerakan-gerakan mahasiswa yang semakin terdesak ke dalam kampus. Saat itu lazim terdengar ejekan kepada menwa sebagai “alat penguasa”. Karena sejak akhir 1970-an, mereka cenderung diminorkan oleh mahasiswa relatif menyusut, sumber perselisihan antar menwa dengan non-menwa berlangsung pada wilayah ini. Karena, terkadang , persoalan sepele—perbedaan penafsiran tentang kedisiplinan misalnya— menwa ditempatkan sebagai penjaga kepentingan dan pimpinan perguruan tinggi setiap kali terjadi konflik dengan mahasiswa. bagaimana sekarang sikap menwa dikampus..kita lihat saja pergerakan mahasiswa sekarang lebih brutal merusak kampus dan perkelahian antar kampus maupun antar fakultas..apa menwa sekarang berdiam diri..siapa yang salah sebenarnya..? pasti perubahan yang kebabalasan kurang perhatiannya para rektorat dengan Menwa indonesia
Sejarah Menwa bisa dilacak sampai 61 tahun yang lalu. Yang mengawali nya adalah keterlibatan sejumlah mahasiswa FK-Unpad dalam penumpasan DI/TII Karto suwiryo, 1959. mereka diikut sertakan langsug dalam operasi militer tersebut, sesudah memperoleh latihan militer di Kodam Siliwangi.
Tim ini kemudian berkembang menjadi Resimen Mahawarman dan diresmikan pada 13 Juni 1959. sesudah mahawarman dan di UI Jakarta dibentuk pula resimen serupa dengan nama mahajaya, pada 1962. perkembangan di kedua universitas ini menjadi daya dorong bagi Resimen mahasiswa yang lain—sebagai salah satu unsur pertahanan sipil (Hansip)—di banyak perguruan tinggi Indonesia lainnya.
Namun yang dilakukan menwa pada saat itu bukanlah untuk melawan para Mahasiswa sendiri. Misalnya Soekarno mengomandokan “Trikora”, para anggota Menwa menjadi bagian dari tim sukarelawan yang dikirim ke Irian Jaya, Timor Timor Jadi betul-betul terjun ke medan pertempuran. Tugas intelijen mulai dilakukan mereka di saat-sat menjelang akhir rezim orde lama. Kampus memang menjadi ajang politik yang sangat hangat saat itu. Menwa berfungsi sebagai mata telinga ABRI di kampus dalam rangka menangkap penyusupan PKI ke kampus-kampus. Menwa misalnya menjadi salah satu garda terdepan dalam berhadapan dengan organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan PKI, CGMI, Karena keefektifitasnya, konon DN Aidit, ketua komite sentral PKI pernah meminta kepada Presiden Soekarno untuk membubarkan Menwa. tapi soekarno bilang menwa masih diperlukan nah sampai sekarang menwa lebih mementingkan NKRI
pemuda merupakan asset bangsa yang perannya sangatlah menonjol dalam segala bidang maupun sektor, sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan. Gerakan pemuda mulai dipelopori dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908 sebagian pendirinya adalah pemuda, pelajar, dan mahasiswa.setelah tercetus Sumpah Pemuda 1928 para pemuda, pelajar, dan mahasiswa rela meninggalkan bangku kuliahnya untuk mengangkat senjata guna merebut kemerdekaan yang lebih dikenal dengan nama Tentara Pelajar (TP). Semua itu dilakukan karena mereka memiliki rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang sangat tinggi.
Sejarah Resimen Mahasiswa
Resimen Mahasiswa pertama kali dibentuk oleh Jendral Besar A.H.Nasution (alm). Keberadaan MENWA saat itu mengemban misi dan tujuan untuk membendung penyebaran paham komunis dalam kampus. Pada tahun 1959 dengan Keputusan Panglima III/Siliwangi No 40-25/S/1959 diselenggarakan wajib latih bagi mahasiswa perguruan tinggi di Bandung. Pada tahun 1959 digabungkan 3 bentuk DIKHANKAMNAS menjadi 1 bentuk yakni Wajib Latih Mahasiwa (WALAWA) yang menjadi 3 bentuk masing-masing dengan kualifikasi Tamtama Walawa. Bintara dan perwira. 19 Januari 1978 dikeluarkan lagi SKB 3 menteri tentang juklak pembinaan organisasi Resimen Mahasiswa. Bersama Keputusan bersama tiga Menteri Menha, Mendiknas, dan Mendagri dan Otda No:KB/14/M/X/2000, No:6/U/KB/2000, dan No:39 A tahun 2000 tanggal 11 Oktober 2000 tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa. Resimen mahasiswa mahadipa satuan 939 UMP berdiri pada tanggal 5 Oktober 1985 di bawah Komandan Hari Kuswarno.
Semboyan Resimen Mahasiswa Indonesia adalah "Widya Castrena Dharmasiddha", berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "Penyempurnaan Pengabdian Dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan". Yang dimaksudkan oleh Ilmu Pengetahuan adalah segala macam cabang keilmuan yang didapat saat menjadi mahasiswa. Hal ini dipergunakan untuk menempuh jenjang karier, dengan tidak melupakan tujuan utama melakukan pengabdian pada masyarakat.
Sedangkan Ilmu Keprajuritan adalah yang bersangkutan dengan jiwa keperwiraan, keksatriaan serta kepemimpinan, bukan sekadar keahlian dalam bertempur atau pun yang sejenis.
Teman-teman, sebelum kita Mengenal Lebih Dekat Tentang Resimen Mahasiswa “Menwa” Pasopati UNY mari kita melihat sejarahnya terlebih dahulu...
Awal tahun 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk meyampaikan kuliah umum kepada para mahasiswa Bandung di depan kampus ITB.
Setiba dilapangan udara Andir Presiden disambut oleh Panglima Kodam VI Siliwangi Kolonel R.A Kosasih. Setelah menyalami, Presiden dipersilahkan untuk memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan bersenjata dengan sangkur. Dengan didampingi oleh Panglima Siliwangi, Presiden diiringi korps musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Penghormatan Militer. Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan mengantarnya ke kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima “Kos, itu tadi pasukan darimana kok tidak memakai tanda pangkat?”, Pak Kosasih menjawab “Mereka adalah pasukan Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar Betis” menumpas gerombolan DI/TII Kartosuwirjo”
Kepada Kolonel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Diantara anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang dikemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Ir. Siswono Yudo Husodo.
Ketika PKI gagal membentuk angkatan V, DN Aidit mengadu ke Bung Karno sambil mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen Mahasiswa, sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No.A3/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam.
Kepada Bung Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut: 1) Menertibkan dan menyatukan bermacam-maacam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya instruksi Menteri PTIP No.1 tahun 1962 tertanggal 15 Januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan Perguruan; 2) Sebagai titik awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan Tinggi; 3)Dalam upaya melestarikan tradisi semangat bela negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda.
Sebelum meninggalkan istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno amat singkat “Teruskan!”
Sebagai akibat instruksi Presiden maka munculah Resimen-Resimen Mahasiswa disetiap Kodam. Di Jawa Barat diberi nama “Resimen Mahawarman”, di Jakarta diberi nama “Resimen Mahajaya”, dan di Jogyakarta diberi nama “Resimen Mahakarta”.
Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI, maka DN Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di istana dengan permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa. Ternyata setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tertapi malah membubarkan KAMI.
Dahulu di Jawa Barat anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan baret pada acara pelantikan, harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”.
Panca Dharma Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yaitu setia kepada sang Saka Merah Putih, setia kepada Pancasila, setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli), setia kepada NKRI, dan setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa. Menurut Pak Sutikno Lukitodisastro (mantan Sekretaris militer Presiden) “Panca Dharma Satya” itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari “Nation and Character Building”.
Pada awal 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk menyampaikan kuliah umum kepada mahasiswa Bandung di halaman Kampus ITB di jalan Ganesha. Setiba di Lapangan Udara Andir (Husein Sastranegara)Presiden /Panglima Tertinggi Soekarno disambut oleh Penguasa Perang Daerah/Panglima Kodam V Siliwangi Kolonel R.A Kosasi. Setelah menyalami para penyambut kemudian P\residen dipersilahkan untuk memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Sangkur (penghormatan senjata dengan pasang sangkur menurut ketentuan hanya diberikan kepada Sang Saka Merah Putih dan Presiden RI). Dengan didampingi oleh Panglima Siliwangi, Presiden/Panglima Tertinggi Korps Musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Penghormatan Militer. Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan mengantarkannya ke kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima “Kos, itu tadi pasukan darimana kok enggak pakai tanda pangkat?”, Pak Kosasi menjawab”Itu tadi adalah Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar Betis” menumpas gerombolan DTI/II Kartosuwiryo”. Kemudian kepada Kolonel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Di antaranya anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang kemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Siswono Yudho Husodo. Ketika PKI gagal membentuk Angkatan V (buruh dan tani yang dipersenjatai) karena ditentang oleh TNI (Men/Pangad Jend.A. Yani), DN Aidit mengadu ke Bung Karno sampai mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen Mahasiswa sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No. A3/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam. Karena yang menandatangani radiogram tersebut adalah Jend.A.H Nasution sendiri maka Pak Nas dipanggil Bung Karno untuk klarifikasi. Kepada Bung Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut. Menertibkan dan menyatukan bermacam-macam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya instruksi Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) No. 1 tahun 1962 tertanggal 15 januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan Perguruan Tinggi dalam ranngka Trikora Pembebasan Irian Barat. Sebagai titik awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan Tinggi (ROTC:Reserve Officer Training Corps). Dalam upaya melestarikan tradisi semangat bela Negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda seperti yang telah dibuktikan dalam perang kemerdekaan oleh Tentara Pelajar/Corps Mahasiswa. Sebelum meninggalkan Istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno mat singkat “Teruskan !”. Sebagai akibat “instruksi” Presiden maka muncullah Resimen-Resimen Mahasiswa disetiap Kodam. DiJawa Barat Menteri PTIP Prof Toyib Hadiwijaya memberi nama “Resimen Mahawarman”. Di Jakarta Pak Nas memberi nama “Resimen Mahajaya”. Di Yogyakarta Jend. A.Yani memberi nama “Resimen Mahakarta” dan seterusnya. Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demontrasi-demontrasi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dan terpengaruh oleh siaran radio Australia yang menyiarkan berita bahwa TNI akan menggerakkan Resimen Mahasiswa, maka DN Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di Istana dengan permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa yang “ternyata” adalah tentaranya Nasution yang dibiayai oleh CIA. Ternyata setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tetapi malah membubarkan KAMI, bahkan HMI pun tidak dibubarkan. Kisah-kisah tersebut disampaikan sendiri oleh alm.Letjen.TNI(Purn) R.A. Kosasih kepada penulis sewaktu penulis menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Mahasiswa “Mahawarman” Jawa Barat pada tahun 1970. Dahulu di Jawa Barat, anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan baret pada acara pelantikan harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”. Panca Dharma Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yaitu : Setia kepada Sang Saka Merah Putih Setia kepada Pancasila Setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli) Setia kepada Negara (NKRI) Setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa Menurut Pak Sutikno Lukitosudiro (mantan Sekretaris Militer Presiden) “Panca Dharma Satya” itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari “Nation and Character Building”. Sekarang di era reformasi ini, pemerintah sengaja membiarkan Resimen Mahasiswa mati sendiri, bahkan dikalangan elemen mahasiswa menganggap Resimen Mahasiswa adalah salah satu bentuk militerisme dan alatnya TNI, jadi harus dibubarkan. Sumber : Tjipto Sukardono (Gedung Juang 45, Jl.Menteng Raya 3 Jakarta Pusat).
Pada scimitar awal 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk menyampaikan kuliah umum kepada mahasiswa Bandung di halaman Kampus ITB di jalan Ganesha. Setiba di Lapangan Udara Andir (Husein Sastranegara)Presiden /Panglima Tertinggi Soekarno disambut oleh Penguasa Perang Daerah/Panglima Kodam V Siliwangi Kolonel R.A Kosasi. Setelah menyalami para penyambut kemudian P\residen dipersilahkan untuk memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Sangkur (penghormatan senjata dengan pasang sangkur menurut ketentuan hanya diberikan kepada Sang Saka Merah Putih dan Presiden RI). Dengan didampingi oleh Panglima Siliwangi, Presiden/Panglima Tertinggi Korps Musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Penghormatan Militer.
Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan mengantarkannya ke kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima “Kos, itu tadi pasukan darimana kok enggak pakai tanda pangkat?”, Pak Kosasi menjawab”Itu tadi adalah Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar Betis” menumpas gerombolan DTI/II Kartosuwiryo”. Kemudian kepada Kolonel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Di antaranya anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang kemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Siswono Yudho Husodo. Ketika PKI gagal membentuk Angkatan V (buruh dan tani yang dipersenjatai) karena ditentang oleh TNI (Men/Pangad Jend.A. Yani), DN Aidit mengadu ke Bung Karno sampai mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen Mahasiswa sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No. A3/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam.
Karena yang menandatangani radiogram tersebut adalah Jend.A.H Nasution sendiri maka Pak Nas dipanggil Bung Karno untuk klarifikasi. Kepada Bung Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut. Menertibkan dan menyatukan bermacam-macam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya instruksi Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) No. 1 tahun 1962 tertanggal 15 januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan Perguruan Tinggi dalam ranngka Trikora Pembebasan Irian Barat.
Sebagai titik awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan Tinggi (ROTC:Reserve Officer Training Corps).
Dalam upaya melestarikan tradisi semangat bela Negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda seperti yang telah dibuktikan dalam perang kemerdekaan oleh Tentara Pelajar/Corps Mahasiswa. Sebelum meninggalkan Istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno mat singkat “Teruskan !”. Sebagai akibat “instruksi” Presiden maka muncullah Resimen-Resimen Mahasiswa disetiap Kodam. DiJawa Barat Menteri PTIP Prof Toyib Hadiwijaya memberi nama “Resimen Mahawarman”. Di Jakarta Pak Nas memberi nama “Resimen Mahajaya”. Di Yogyakarta Jend. A.Yani memberi nama “Resimen Mahakarta” dan seterusnya. Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demontrasi-demontrasi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dan terpengaruh oleh siaran radio Australia yang menyiarkan berita bahwa TNI akan menggerakkan Resimen Mahasiswa, maka DN Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di Istana dengan permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa yang “ternyata” adalah tentaranya Nasution yang dibiayai oleh CIA.
Ternyata setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tetapi malah membubarkan KAMI, bahkan HMI pun tidak dibubarkan. Kisah-kisah tersebut disampaikan sendiri oleh alm.Letjen.TNI(Purn) R.A. Kosasih kepada penulis sewaktu penulis menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Mahasiswa “Mahawarman” Jawa Barat pada tahun 1970. Dahulu di Jawa Barat, anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan baret pada acara pelantikan harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”. Panca Dharma Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yaitu : Setia kepada Sang Saka Merah Putih Setia kepada Pancasila Setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli) Setia kepada Negara (NKRI) Setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa Menurut Pak Sutikno Lukitosudiro (mantan Sekretaris Militer Presiden) “Panca Dharma Satya” itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari “Nation and Character Building”. Sekarang di era reformasi ini, pemerintah sengaja membiarkan Resimen Mahasiswa mati sendiri, bahkan dikalangan elemen mahasiswa menganggap Resimen Mahasiswa adalah salah satu bentuk militerisme dan alatnya TNI, jadi harus dibubarkan.
Khairlani
COMMENTS