Yang Muda Yang Bercinta,Yang Tua Yang Cemburu

Beltim Manggar,RN Satire ini mengandaikan kisah yang terjadi dalam Pilkada di Kabupaten Belitung Timur,  sebuah film karya Syumanjaya pada t...

Beltim Manggar,RN

Satire ini mengandaikan kisah yang terjadi dalam Pilkada di Kabupaten Belitung Timur,  sebuah film karya Syumanjaya pada tahun 1970, Berlandaskan lanskap sosial-politik jamannya, Sjumandjaja mendesain Yang Muda Yang Bercinta sebagai narasi tentang kegelisahan maskulin. 

Naratifnya dibangun seputar Sony (WS Rendra), seorang mahasiswa merangkap penyair. Ia berasal dari keluarga priyayi Jawa yang hidup pas-pasan, dan berayahkan seorang pensuinan yang bersahaja. Masalahnya, Sony terlalu panas untuk keluarganya yang adem ayem. Sejak awal film, Sony menunjukkan semangat anak mudanya yang mekar menggelora. Berdiri di depan jendela dan kemudian turun ke halaman kampus, Sony dengan lantang bertanya ke mahasiswa-mahasiswa yang mengerumuninya, “Kita ini dididik untuk memihak yang mana? Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini akan menjadi alat pembebasan, ataukah akan menjadi alat penindasan?”

Karakter Sony yang diperankan oleh WS Rendra secara apik ini memberikan penghargaan sebagai cinema terbaik karya Syumanjaya, lalu bagaimanakah narasi yang di bangun dari kalimat “Kita ini dididik untuk memihak yang mana? Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini akan menjadi alat pembebasan, ataukah akan menjadi alat penindasan?”, saya menelaah kalimat ini sangat urgen dengan kondisi kekiniaan, yang tua merasa diri nya tersingkir dengan semangat gelora yang dilontarkan anak muda, dunia memang terbalik yang tua justru menggunakan talenta “muda” untuk menyerang anak muda karena kecemburuan nya atas pamor sang penyair “ YURI KEMAL FADLULLAH”, sehingga di ajaklah anak muda sebagai tameng untuk menyerang kemesraan yang “Yuri dan Natalie”, apakah berhasil saya jawab TIDAK SAMA SEKALI, justru terjadi blunder yang berujung pada kasus Pidana.

Semangat muda memang menggebu, itu mengapa saya sendiri  justru mendukung patriotisme pemuda memimpin di Belitung Timur, karena dari mereka lah nanti akan melahirkan beragam terobosan pembangunan visioner menuju Belitung Timur yang bangkit menyongsong abad industry-04, Yuri adalah anak muda, saya tidak melihat dia berada dalam pamor ayah nya Yusril Ihza Mahendra, justru selama ini Yuri melekatkan diri nya SEBAGAI DIRI SENDIRI yang pantas dan mampu memimpin Belitung Timur.

Sang orang tua bergumam “Kamek la isak mudak macam mikak, mikak aja nok lum isak tue macam kamek” dan ini kalimat kecemburuan di antara rematik dan encok akibat memaksakan diri menjadi anak muda, biarkan lah yang muda yang bercinta, dan biarkan lah yang muda yang menjadikan diri nya pemimpin di masa depan.

Kembali pada kisah SONY tadi, Apapun yang Sony pilih nantinya tidak berdampak pada kehidupan cintanya saja, tapi juga perannya sebagai anak muda penerus bangsa. Sebagai seorang mahasiswa vokal, yang selalu berteriak lantang tentang kemacetan perkembangan di Indonesia, Sony jelas memposisikan dirinya sebagai oposisi dari mereka yang berkuasa. Masalahnya, kalau ia tidak mampu memperbaiki krisis dengan kekasihnya, bagaimana bisa ia memperbaiki negerinya? Segala yang sosial pada akhirnya tersemai dari yang personal. Melalui baris puisi “delapan ratus kilo akan kutempuh untuk memelukmu” di akhir film, Sony tidak saja menetapkan pendiriannya, tapi juga mengajak penonton untuk hidup dengan semangat yang sama. Pada titik inilah, Yang Muda Yang Bercinta menjadi penting dalam sejarah sinema Indonesia dan saya yakin sekali bahwa YURI DAN NATALIE, pasangan ini akan mencatat SEJARAH BARU di BELITUNG TIMUR.

Catatan Politik Kik Dudung.(Jphp).