Strategis Kelompok Masyarakat Binaan Yang Dikelola Perempuan Dalam Mempercepat Penurunan Stunting

DONGGALA, RN Sumber daya alam merupakan potensi ekonomi yang sangat besar sehingga perlu dimanfaatkan untuk manusia. Asumsi tadi tak salah b...

DONGGALA, RN

Sumber daya alam merupakan potensi ekonomi yang sangat besar sehingga perlu dimanfaatkan untuk manusia.

Asumsi tadi tak salah bila tinjauannya ekonomi semata, namun jika dipandang asal sisi lingkungan hidup secara menyeluruh, asumsi tersebut kurang sempurna dan pada akhirnya dapat mengancam kesejahteraan manusia itu sendiri.

Hal tersebut dikatakan oleh Dra. Aritatriana, M. Si, saat memberikan materi dalam program Kelompok Masyarakat Binaan yang di selenggarakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di salah satu hotel di wilayah Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu di bulan Desember 2023.

Tujuan kegiatan ini untuk melakukan pembinaan terhadap 100 orang peserta kelompok bina keluarga balita dan bina keluarga lansia serta usaha peningkatan pendapatan keluarga akseptor. Selain itu,  program tersebut juga merupakan salah satu upaya untuk mempercepat penurunan angka stunting di wilayah Kabupaten Donggala.

Aritatriana yang juga sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Donggala dalam laporanya memaparkan materi tentang Wirausaha Perempuan yang memiliki peran penting yang strategis dalam meningkatkan kwalitas hidup keluarga dan membangun kewirausahaan di Indonesia khususnya di Kabupaten Donggala.

“Wirausaha perempuan memiliki tantangan, kekuatan, peluang dan strategi dalam membangun wirausaha perempuan bagi kelompok masyarakat binaan,” ujarnya.

Dijelaskannya, bahwa tantangan wirausaha perempuan memiliki pertama ialah konstruksi sosial dan budaya. Peran perempuan hanya sebatas di lingkup domestik yaitu mengurus rumah dan keluarga, tetapi lebih banyak menghadapi tekanan sosial. Kemudian akses pendidikan berwirausaha rendah dalam arti semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin kecil tingkat partisipasi perempuan, termasuk didalamnya akses pelatihan kewirausahaan.

Lanjut Aritatriana, akses layanan pinjaman rendah lebih banyak mengunakan modal tabungan sendiri untuk kekuatan wirausaha perempuan agar memiliki peluang strategis membangun wirausaha perempuan.

“Mendorong komunitas perempuan agar memiliki kekuatan dan sumber daya untuk meningkatkan kwalitas hidup untuk keluarga mereka dalam bentuk kegiatan berbisnis ekonomi yang kemudia secara berlahan akan berdampak kepada perubahan nilai-nilai sosial, pendidikan, budaya dan politik,” terangnya.

Menurut Aritatriana pihaknya juga memandang, strategi untuk membangun wirausaha perempuan, harus menyelenggarakan proses pemberdayaan yang lebih menekan pada cara berpikir mengoptimalkan sumber daya dan proses bekerja sama dan berkomitmen dalam komunitas perempuan sebagai aktor utama dalam suatu tahapan kegiatan sebagai berikut pertama ialah Fasilitasi memetakan potensi dan peluang komunitas perempuan, kemudian fasilitasi penguatan kelompok, fasilitasi penguatan kapasitas individu, fasilitasi penguatan kolaborasi atau kerjasama dan fasilitasi terhadap akses layanan bisnis.**(Sir)