Penerima Bantuan PKH Ngaku ‘Disunat’ Pegawai Desa Babakan Lor

Pandeglang, Radar Nusantara Penerima dana bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Kampung Kadukolecer Desa Babakan Lor Kecam...

Pandeglang, Radar Nusantara
Penerima dana bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Kampung Kadukolecer Desa Babakan Lor Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten ngaku di sunat oknum pegawai Desa Babakan Lor berinisial EN, ia diduga telah melakukan pemotongan dana bantuan PKH dari yang seharusnya diterima tanpa musyawarah sebelumnya.

Salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, Ati Surnawati (34) menyampaikan bahwa penarikan dana PKH milik saya dilakukan oleh EN selaku RW 04," ungkapnya warga Kp.Kadukolecer RT 02/04 Desa Babakan Lor, Jumat (21/2/2020).

Dikatakannya bahwa sebelum dilakukan penarikan uang oleh ketua RW 04, terlebih dahulu seluruh penerima PKH harus mengumpulkan ATM PKH melalui RT dan ada juga yang langsung ke EN selaku RW.

"Karena diminta harus diserahkan, namanya orang kecil dan bodoh makanya kami menurut saja ketika ATM PKH harus dikumpulkan melalui RT/ RW secara kolektif dan hal seperti itu dilakukan berulang-ulang setiap pencairan PKH tanpa diketahui berapa nilai sesungguhnya yang didapat karena struk pengambilan dirahasiakan, "imbuh Ibu 2 (dua) anak ditemani suami nya Mujani di kediamannya.

Pada saat pencairan dana bantuan sosial PKH minggu lalu saya hanya diberikan uang Rp.700.000,- tanpa diserahkan struk dari ATM dan mereka bilang sudah beres apa-apanya ,"ucapnya menirukan RW 04.

Namun tatkala bertemu dengan pendamping PKH, Yanti barulah dikasih tahu bahwa uang bantuan untuk biaya pendidikan anak saya tersebut seharusnya  Rp.875.000,- terus terang seharusnya jangan begini dan tidak ikhlas.

 "Uang PKH saya berkurang kemungkinan karena disunat oleh pegawai desa tersebut sebesar Rp.175.000,- dan yang lebih heran lagi ada penerima manfaat PKH yang dinyatakan saldonya zonk alias kosong, seperti ATM atas nama Anasih warga Kp. Kadu Kolecer juga padahal sebelumnya sudah di cek ke Bank terdekat sebelum diserahkan ke RT/RW dan saldonya ada Rp.1.700.000,- saat itu diambil Rp.700.000,- dan tersisa Rp.1.000.000,-  tapi saat Anasih antri ambil uang di Pak RW dikatakan bahwa saldonya kosong, lalu siapa yang ambil uang tersebut ?? Ini jelas aneh, kok bisa demikian,"paparnya.

Dijelaskan Ati, selain yang disebutkan tadi ada juga penerima manfaat PKH yang belum menerima uang seperti Ibu Rasi'ah yang diklaim saldonya kosong padahal menurut pendamping PKH Yanti bahwa saldonya harus ada Rp.500.000,-  dan ada juga yang belum menerima uang yaitu ibu Sapiiah, Marsonah, Ambu Saminah juga ibu Rukanah yang juga dinyatakan saldonya zonk oleh Pak RW sejak itulah di kampung kami jadi ramai bahas soal PKH ,"terangnya.

Terpisah, Ketua RW 04 berinisial EN, mengatakan bahwa dirinya mengakui telah mengumpulkan secara kolektif kartu ATM milik semua KPM di Kp. Kadukolecer dengan dalih atas permintaan dari beberapa penerima manfaat sesuai surat pernyataan yang ditandatangani warga,"kilahnya, Jumat (21/2/2020).

Dijelaskannya memang saya akui struk ATM tidak saya diberikan dan uang PKH milik Ati Surnawati sebenarnya dapat Rp.875.000 dan diserahkan Rp.800.000, dan yang Rp.50.000,- diberikan secara sukarela buat saya sedangkan uang Rp.25.000,- disisakan buat saldo," paparnya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon seluler.

Dikonfirmasi lebih lanjut soal dana bantuan sosial PKH milik Anasih, Marsonah, Ambu Saminah Rukanah dan Rasi'ah yang ngaku belum menerima uang akibat saldonya hilang, Ketua RW 04 Kp Kadukolecer  Desa Babakan Lor Kecamatan Cikedal memilih bungkam seolah enggan menjawab. **(Iwan RN).