Stop Berhutang, Jika Hanya Keinginan, Bukan Kebutuhan

Takalar, RN Kita ketahui, sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa saat ini hutang dalam bentuk uang kepada Lembaga Keuangan dianggap telah me...

Takalar, RN

Kita ketahui, sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa saat ini hutang dalam bentuk uang kepada Lembaga Keuangan dianggap telah menyelamatkan beberapa individu atau sebuah kelompok masyarakat pada suatu kondisi tertentu dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka.

Namun, menurut orang orang yang menjadikan sebuah pemenuhan kebutuhan adalah hal yang utama, berbeda bagi sebagian masyarakat yang menganggap berhutang itu adalah sesuatu yang tidak harus dilakukan jika kita masih bisa bekerja dan mendapatkan pendapatan serta pendapatan tersebut kita jadikan tolak ukur untuk pemenuhan kebutuhan kita.

Mungkin Sebagian kecil masyarakat seperti itu, namun dapat dipastikan dinegeri ini lebih banyak orang yang sudah berhutang dari pada tidak. Hal ini dapat dibuktikan dengan bertumbuhnya berbagai Lembaga pembiayaan dan keuangan (Bank dan Pembiayaan) baik secara real ataupun dunia Digital (Financial Technologi). 

Sebenarnya, Indonesia adalah surganya Lembaga Jasa Keuangan atau bisa dikatakan tempat yang sangat baik untuk menjajahkan uang dalam bentuk pinjaman dengan mendapatkan keuntungan melalui bunga.

Indonesia adalah salah satu Negara yang paling banyak Banknya, bahkan saat ini menurut data dan informasi sudah terdapat kurang lebih 115 bank umum dan bank pemerintah yang bercokol di negeri ini.

Kita ketahui dan mengamati selama ini, bahwa BPR yang jumlahnya begitu banyak, kebanyakan hutang yang beredar di masyarakat adalah hutang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, kebutuhan belanja mereka atau kebutuhan untuk gaya hidup mereka, kendaraan, rumah, barang barang pribadi atau bahkan hutang berliburan dan jalan-jalan keluar negeri.

Hutang ini disebut juga dengan hutang yang bersifat Konsumtif. Kebiasaan sifat konsumtif pada suatu masyarakat tentunya tidak terjadi dengan sendirinya, tapi sangat dipengaruhi dengan agresifnya perusahaan si penjual produk atau barang memasarkan produk mereka kepada masyarakat dan bahkan mampu mengubah pola pikir masyarakat dalam hal prinsip pemenuhan kebutuhan yaitu "produk yang tidak penting menjadi produk yang sangat penting“.

Ada 2 hal yang seharusnya sangat mempengaruhi masyarakat, jika mereka hendak berhutang yaitu :

1. Perlukah saya berhutang ?

2. Mampukah saya mengembalikan ?

Dengan pertanyaan sederhana ini kadang terabaikan oleh Sebagian masyarakat, sehingga mereka larut dalam kesibukan untuk berhutang dan berhutang kembali serta terjerat dalam hutang yang tidak bekesudahan, bahkan asset yang mereka agungkan pada saat berhutang akhirnya tergadai dan terjual untuk menutupi hutang tersebut.

Jika kita Kembali ke atas tadi bahwa hutang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan, maka sangat keliru dirasakan jika kita berhutang hanya untuk menghilangkan harta atau asset yang telah kita miliki, sangat keliru dirasakan jika kita sesungguhnya berhutang hanya untuk membeli barang yang tidak terlalu kita butuhkan dan beresiko menghilangkan barang yang justru sangat kita butuhkan seperti asset kita, nama baik kita, bahkan menghilangkan harga diri kita jika kita berada pada kondisi ketidak mampuan membayar kembali pada Bank.

Sekedar mengetahui dan mengenal Bapak Ahmad Idrus Mohe Selaku Dirut. PT. Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah sosok orang yang bijaksana, beribawa dan penuh tanggung jawab.

(Rahmat)