Muara Enim,RN Layaknya dua saudari, anak dibawah umur ini bisa bahagia dan tengah berjuang me pendidikan untuk menghadapi masa depannyaNamun...
Muara Enim,RN
Layaknya dua saudari, anak dibawah umur ini bisa bahagia dan tengah berjuang me pendidikan untuk menghadapi masa depannyaNamun yang terjadi sungguh malang nasib yang dialami dua saudari kakak adik ini, sebut saja Intan bin Defg (12th) dan Permata bin Defg (9th) Warga Muara Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.
Dua saudari yang masih dibawah umur ini diduga sudah menjadi korban kekerasan (penganiayaan), diperkerjakan dibawah umur serta perdagangan anak dibawah umur (traffiking)
Korban, Intan (12th) saat diwawancarai media ini mengakui kalau dirinya sudah dijual kepada lelaki untuk ditiduri oleh saudara tirinya itu.
Intan pun menceritakan kisah yang sudah ia dan adiknya alami ketika tinggal dengan saudara tirinya itu.
Setelah Bapak kandungnya menikah lagi dengan perempuan lain, dirinya dan adiknya hidup bersama bapak kandung dan ibu tirinya di SP 3 Lahat.
Namun dia dan adiknya sudah putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu lagi membiayai sekolah mereka.
Tinggal di SP 3 Lahat, itupun tidak berlangsung lama lantaran ibu tirinya itu tidak menyukai mereka berdua. Sedangkan Bapak kandungnya lebih memilih ibu tirinya dari dua anak kandungnya.
Kemudian atas kehendak Ibu tirinya, dirinya dan adiknya dititipkan dengan saudara tirinya yang merupakan masih keluarga dengan ibu tirinya di Muara Enim.
Sebelumnya dia dan adiknya sempat ingin berterima kasih kepada keluarga ibu tirinya itu karena ada keluarga yang mau menerima mereka serta memberi mereka tempat tinggal. Dirinya pun berharap dirinya dan adiknya itu bisa dianggap keluarga oleh saudara tiri ibunya itu.
" Ke tempat om (H) dan tante (P) itu lebih dulu adik saya, saya dijemput di kemudian hari menyusul, sejak awal tahun 2022 ini kami sudah tinggal di tempat om dan tantenya itu " Ujar Intan, Jum'at (24/06/2022).
Lanjut Intan, ditempat om dan tantenya itu, dia dengan adiknya diperkerjakan di laundry milik om dan tantenya yang ada di Pasar Muara Enim. Mereka pun cukup senang asalkan bisa makan dan ada tempat tinggal, walaupun sebenarnya pekerjaan itu sangat berat sangat tidak cocok dengan anak anak seumur mereka, terutama adiknya yang baru berumur 9 tahun, harus menyetrika pakaian bertas - tas setiap harinya.
" Namun ketenangan kami di tempat om dan tante itu tidak begitu lama, terutama diriku " Ucap Intan sedih.
" Pada awal tahun 2022 itulah terjadilah pristiwa yang tidak bisa ku hindari dan menjadi kisah kelam kehancuran masa depanku " Ungkap Intan.
" Malam itu, aku diajak om dan tante ke sebuah cafe sekitar Muara Enim, kami mengendarai sepeda motor, om berboncengan dengan tante, sedang saya berboncengan dengan lelaki yang tidak saya kenal. Di cafe itu saya dipaksa om dan tante minum minuman keras, maka saya pun tidak bisa menolak, saya terpaksa minum " Intan menuturkan.
" Sepulang dari cafe itu, saya di antar tante ke sebuah hotel di Muara Enim. Setiba dikamar hotel, rupanya sudah ada lelaki yang menunggunya " Sambungmya.
" Dikamar hotel, saya disuruh tante masuk dulu ke kamar mandi, karena tante mau ngobrol dulu dengan lelaki itu " Ucap Intan.
Jelas Intan lagi, dikamar hotel itu dirinya disuruh tantenya menelan sebutir pil, entah pil apa, lalu tante pamit keluar kamar katanya mau beli makanan. Tapi setelah menelan pil itu dirinya langsung pusing sampai tidak sadarkan diri. Intan pun tidak lagi mengetahui apa yang sudah terjadi terhadap dirinya. Setelah cukup lama, dan dirinya sudah mulai sadar, tantenya itu sudah ada lagi dikamar hotel,mengajak pulang.
" Saya tidak tahu, apa yang terjadi pada diriku waktu diriku tidak sadarkan diri di kamar hotel itu. Hanya saja saya merasa perih ditempat sensitif ku ketika buang air kecil. Dan itulah pertama kali kegadisanku direnggut " tutur Intan.
Setelah itu, cerita Intan lagi, selama sekitar 5 bulan, kejadian serupa terus terjadi. Hampir semua hotel dan losmen di Muara Enim pernah didatanginya dengan diantar tante untuk menemui lelaki yang mau menidurinya.
" Setiap menemui lelaki di hotel, saya sering diberi sebutir pil, lalu saya tidak sadarkan diri, kemudian lelaki meniduri ku " terang Intan.
Bukan cuma itu, kata Intan, bahkan dikediaman om dan tantenya itu, dirinya juga disiapkan kamar untuk melayani lelaki. Dikamar itu bukan cuma dirinya, kamar itu sering juga didatangi perempuan lain dengan lelaki numpang kamar.
Dengan wajah murung, Intan terus menceritakan kejadian yang dialaminya karena perbuatan om dan tante nya itu. Dirinya sering diancam akan dibunuh kalau menolak kehendak om dan tantenya itu. Tantenya itu menggunakan aplikasi me - chat menawarkan dirinya ke lelaki.
" Saya juga pernah diajak om ke suatu tempat di Muara Enim, saya dipaksa menghisap sesuatu yang dibakar pakai korek api. Sekarang saya tahu kalau itu sabu " Ungkapnya.
" Saya juga pernah mau di perkosa om, saya diajak ke hutan di Muara Enim, saya disuruh pegang punya dia, dia sempat memegang tempat sensitif ku. Namun ketika itu saya menolak diajak main, om tidak jadi, kami langsung pulang..Saya disuntik KB oleh tante disalah satu ibidan di Muara Enim " Ujar Intan
" Untung Tuhan masih menyelamatkan kami, kami diselamatkan warga, tapi sekarang hidupku benar benar hancur karena perbuatan om dan tante. Adik saya sering dianiaya, Saya minta kepada penegak hukum om dan tante bisa dihukum berat " Tutup Intan.
Sedangkan adik perempuan Intan, Permata (9th) yang sempat diwawancarai media ini, Jum'at (24/06/2022). Permata juga mengalami nasib yang tak kalah menyedihkan.
Cerita Permata, setelah kakaknya (Intan) sering diperintah om dan tantenya melakukan pekerjaan lain, dirinya sering melakukan pekerjaan laundry sendirian. Dia sering dipukul oleh om dan tantenya kalau dinilai lambat sedikit melakukan pekerjaan yang disuruh. Pernah cuma gara gara dia dianggap menghilangkan sebelah kaos kaki laundry, dirinya di siksa habis habisan.
" Saya disiksa habis habisan oleh om dan tante gara gara saya dianggap menghilangkan kaos kaki sebelah ' Ujar Permata.
" ,Oleh om dan tante, saya dibanting seperti smackdown, saya dipukul pakai tangan, ditendang, diinjak tubuh dan kepalaku, dipukul pakai kunci roda mobil, dipukul pakai charger hp, ditusuk tusuk kepalaku dengan colokan hp, dipukul pakai dandang (ember) " Ujar Permata polos
Dirinya juga tahu, kalau kakaknya Intan disuruh om dan tantenya menjual diri ke setiap lelaki.
" Saya juga tahu kalau kakak saya disuruh om dan tante bekerja itu, karena saya sering melihat kakak diajak pergi tante dan ommalam, juga sering kakak masuk kamar dengan lelaki " Ucap Permata bersaksi.
Sementara Itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Kabupaten Muara Enim, Yenifer Oktafianti didamping anggotanya Eti Nurjana, yang juga mendampingi kedua korban jugs membenarkan kejadian itu. Mereka dari LPAI bersama Lurah Pasar Muara Enim Yudha Pratama, Bhabinkamtibmas Aipda Edy Pranolo, Babinsa Serda Hendri Ardiansyah sudah melakukan introgasi terhadap dua korban. Dua anak itu sudah menceritakan dan mengakui apa apa yang mereka alami selama tinggal dengan saudara tirinya itu.
" Kalau Anak yang bernama Permata (9th) diduga mengalami kekerasan fisik oleh saudara tirinya itu, sedang Intan (12th) diduga sudah dijual, dijadikan wanita untuk melayani lelaki oleh sepasang suami - istri saudara tirinya itu. Intan juga pernah dipaksa narkoba oleh suami saudari tirinya itu, dilecehkan bahkan disuntik KB agar tidak hamil karena sering berhubungan dengan lelaki " Jelas Wanita yang akrab disapa Yeni ini.
Terungkapnya kasus ini, Yeni menuturkan berawal dari pegawai lurah Pasar Muara Enim curiga melihat ada anak kecil (Permata) yang mukanya bengkak. Ketika ditanya, anak itu sempat berbohong, ngaku jatuh dari tangga karena takut. Tapi setelah terus menerus dibujuk anak itu pun mengaku kalau dirinya sudah disiksa suami istri yang merupakan saudara tirinya tempat ia bekerja.
Setelah mendengar pengakuan anak itu, pegawai kelurahan segera menghubunginya sebagai Ketua Lembaga Peindungan Anak Indonesia (LPAI) Kabupaten Muara Enim untuk meminta bantuan pendampingan.
" Awalnya kejadian itu mau dikoordinasikan saja dengan pelaku, dengan membuat perjanjian jangan diulangi lagi. Tapi setelah ditelusuri dari anak itu, ternyata kakaknya Intan (12th,) juga mengalami nasib yang lebih menyedihkan lagi " Beber Yeni.
" Kami jadi kaget mendengar cerita anak anak itu, Maka kami sebagai organisasi yang membidangi masalah itu merasa tanggung jawab untuk mendampingi dan melindungi dua anak yang masih dibawah umur itu " Kata Yeni.
" Kami anggap ini masalah serius, bukan sepeleh, apalagi dialami oleh anak anak dibawah umur yang nyaris tidak ada fihak keluarga yang mau mengurus " Ujarnya.
Kata Yeni sebagai organisasi baru di Kabupaten Muara Enim, dengan kemampuan yang sangat terbatas, kami tetap melakukan tanggung jawab kami. Dua anak itu segera diselamatkan, diambil dari kediaman saudara tirinya itu.
" Kami segera melapor ke Polres Muara Enim, untuk mengusut kasus ini. Kami sudah melaporkan kasus ini ke Polres, sudah ada LP nya, tinggal lagi tindak lanjut dari Polres Muara Enim " Ungkap Yeni.
" Kami juga sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Muara Enim, untuk penanganan dua anak yang jadi korban itu " Tambahnya.
" Namun sangat kami sayangkan, dari Dinsos Muara Enim belum ada tindakan apa apa, dengan alasan minim SDM, mala kami disuruh melaporkan terus perkembangan kasus itu ke Dinsos, sangat aneh kinerja Dinas yang terkait " Ucap Yeni.
" Kami dengan serba kekurangan tetap saja berusaha maksimal membantu dan melindungi dua korban. Namun Dinas Sosial yang notabene Pemerintah, kok begitu kinerjanya. Pemerintah kan ada anggarannya, ada programnya. Kasus seperti ini cuma dipandang sebelah mata oleh instansi yang terkait " Ungkapnya
" Dalam hal ini, kami sangat berharap Pemkab Muara Enim untuk bisa ada empati terhadap dua korban itu. Kalau bukan kepada Pemerintah Muara Enim kepada siapa lagi kami minta bantu penanganannya, juga kepada stakeholder lain " pungkas Yeni. (Khair)
COMMENTS