Program Pemagaran SMPN 3 Palimanan Tarik Siswa 300 Ribu

Cirebon, RN . Kasus penarikan pungutan kepada para orang tua dan wali murid kembali terjadi di sekolah SMPN 3 Palimanan Kab. Cirebon. J...

Cirebon, RN.

Kasus penarikan pungutan kepada para orang tua dan wali murid kembali terjadi di sekolah SMPN 3 Palimanan Kab. Cirebon. Jika kelas IX ditarik dana untuk pemugaran Rp 300 ribu karena sebelumnya sudah membayar iuran komputer, sementara kelas VII dan VIII selain dikenakan Rp 200 ribu juga dikenakan tarikan dana computer.

Para orang tua siswa kelas 7,8 dan 9 sengaja dimintai dan ditarik dana untuk pembangunan pagar dan tembok sekolah. Pihak sekolah beralasan selain untuk keselamatan warga lingkungan sekolah dari hal yang tidak diinginkan seperti posisi tembok sudah miring, juga untuk mengantisipasi dari banjir saat musim penghujan.

Menurut Hm, salah seorang wali murid, beberapa bulan lalu tepatnya awal bulan Agustus 2018, seluruh orang tua siswa kelas VII.VIII dan IX dikumpulkan. Saat itu mereka diajak bicara soal kenyamanan dan keamanan pagar pembatas sekolah. Pihak sekolah pun meminta sumbangan kepada orang tua siswa untuk membangun pagar dan tembok.

’’Sebenarnya, orang tua siswa dari kelas VII.VIII dan IX iuran tarikan dana disamaratakan Rp 300 ribu, karena kelas VII dan VIII ada beban untuk membayar computer maka, pihak sekolah memberikan keringan Rp 100 ribu dari Rp 300 ribu menjadi Rp 200 ribu ’’. Ungkapnya baru-baru ini.

Dia menuturkan, sebelumnya sejumlah orang tua siswa sempat memprotes tarikan itu. Para orang tua tersebut beralasan segala bentuk perbaikan atau pembangunan sarana dan prasarana sekolah telah dikaver pemerintah dalam bentuk bantuan operasional sekolah (BOS) maupun dana alokasi khusus (DAK). Tapi, kenyataannya, sekolah tetap meminta sumbangan lagi dari orang tua.

’’Mau bagaimana lagi. Orang tua akhirnya terpaksa membayar tarikan pembangunan tersebut,’’ katanya.

Saat dikonfirmasi, Kepala SMPN 3 Palimanan Drs Sodikin membenarkan adanya tarikan dana pembangunan pagar dan tembok sekolah itu. Tetapi, dia berkilah bukan sekolah yang meminta sumbangan tersebut, melainkan menjadi kesepakatan bersama. Orang tua siswa itu setuju membantu pembangunan pagar dan tembok sekolah.

“ Maaf, yang harus digaris bawahi dana sumbangan dari siswa yang sudah diterima sekolah baru 25 persennya. Sementara, pemagaran harus selesai sebelum bulan Oktober 2018 “. Terang Sodikin dengan nada tinggi kepada RN, Senen (29/10/2018).

Dan menurutnya. Dari perhitungan anggaran dibawah Rp 100 juta, namun dalam realisanya anggaran membengkak sampai lebih dari Rp 100 juta. Dan kalau dikakulasikan dengan dana yang terkumpul dari iuran orang tua siswa sebesar 25 persen dari jumlah anak didik kurang lebih 800 itu. Maka mau tidak mau sekolah harus mencari dana talangan dulu.

“ Dan sampai saat sekarang sekolah masih berhutang kepada orang yang mau mengeluarkan dana talangan untuk pembangunan pemagaran itu. Dan bisa dilihat hasil pelaksanaan pemagaran yang ternyata anggarannya lebih dari yang dianggarkan ”. Katanya.

Saat disinggung adanya pengalokasian dana bantuan dari alokasi ADD (Angaran Dana Desa) Desa setempat. Pihaknya membenarkan adanya pengajuan ke-Desa. Namun, sampai pelaksanaan pekerjaan pemagaran dan sampai selesai pekerjaan pihak desa tidak mengalokasikan anggaran dana kesekolahan. Dengan alasan pihak desa tidak ada anggarannya. (Panjat/Hasan)