Para Honorer Diantara Sumber Daya yang Melimpah

Kukar (Kaltim), RN Ada salah satu desa di Indonesia yaitu desa Tanjung Brukang, kabupaten Kutai Kartanegara, prov Kalimantan Timur pot...

Kukar (Kaltim), RN

Ada salah satu desa di Indonesia yaitu desa Tanjung Brukang, kabupaten Kutai Kartanegara, prov Kalimantan Timur potensi perikanan melimpah ruah tapi banyak yang belum tersentuh. Diantaranya rumput laut, keramba untuk ikan kurapu atau ikan ikan lain yang nilai komersilnya cukup tinggi dan lain lain satu contoh saja yang bisa dijadikan uang tapi dibuang percuma seperti kepala udang cangkang kepiting maupun ikan ikan yang dianggap apkir atau rijek istilah mereka terbuang percuma. 

Setiap hari kepala udang atau yang dianggap limbah tersebut bahan baku tepung ikan yang paling jempolan khususnya untuk pakan ternak harga jual perkilonya cukup mahal lo dengan ketidaktahuan mereka ditambah tidak ada penyuluhan dari instansi terkait  menambah kebuntuan yang mereka alami desa Tanjung Brukang cukup terisolir dari desa desa sekitarnya karena tidak adanya fasilitas transportasi  hanya satu sarana jika ingin ke Samarinda ibu kota Kalimantan Timur dengan menumpang kapal kecil milik Bapaknya Nisa sebutan tokoh masyarakat di desa tersebut. Itupun kalau beliau ada keperluan untuk mudik ke Samarinda. 

Desa Tanjung Brukang merupakan desa yang melimpah sumber daya kelautannya tapi kehidupan masyarakat disana sangat memprihatinkan hampir hampir tidak tersentuh oleh dunia luar begitu juga para pejabat kabupaten bisa dikatakan 5 tahun sekali hadir disana itupun hanya tebar pesona untuk kepentingan PILEG dan PILKADA dan tentunya sembari obral janji, hasil akhirnya ya tentu kita semua tahu, desa yang minim sarana seperti Tanjung Brukang ini perlu perhatian khusus dari para petinggi kabupaten terutama sarana kesehatan, air bersih, dll. 

Pendidikan di desa Tanjung Brukang cukup lumayan, untuk desa sekecil itu sudah tersedia sekolah lanjutan pertama (SLTP) ironisnya sebagian besar pendidik (guru) masih tenaga honor seperti yang dialami ibu RISA sudah belasan tahun belum pernah dipanggil apa lagi diangkat untuk menjadi (PNS). 

Untuk bermukim di Tanjung Brukang biaya hidup untuk harian sangat tinggi apalah arti pendapatan ibu RISA perbulan sebagai tenaga honorer, apakah nasib ibu RISA akan menimpa para tenaga honor yang  lain, yang mayoritas kaum wanita pula. Atensi pihak dinas dinas yang membawahi mereka akan menjadi  dambaan mereka  apakah untuk  memenuhi  kebutuhan keseharian mereka yang serba mahal di daerah itu mereka harus nyambi kerja serabutan setelah pulang mengajar ??? 

Keterbatasan transportasi menambah penderitaan mereka untuk bertemu maupun berkomunikasi dengan keluarga, signal telpon seluler pun kadang ada dan tidak, penerangan hanya malam hari, serta kurangnya alat tenaga medis, dan juga sangat minim air bersih. (MARTIN PANGARA RN)